Ramadhan Terakhir

Ramadhan Terakhir

Bulan Ramadhan adalah bulan ke-9 di bulan Hijriyah. Bulan ini merupakan bulan yang penuh berkah, penuh ampunan Allah Swt. Dan rahmat-NYa. Bulan Ramadhan identik dengan melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh . Orang Islam berlomba-lomba mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai amal shaleh. Dan tidak akan sia-sia ketika kita melaksanakannya karena pahalanya dilipat gandakan. Maka, semua orang islam merindukan bulan ini dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya. Namun, Ramadhan kali ini tentunya akan terasa berbeda sekali bagiku karena tanpa suami. Dan dengan Ramadhan kali ini mengingatkannku pada satu tahun yang lalu ketika suamiku masih ada dan membersamai hari-hariku dalam suka maupun duka.

***

Flash back

“Mah…Sudah Adzan Maghrib, buka puasa dulu, simpan dulu gih kerjaannya.”Ujar suamiku yang tengah sakit dengan segenap kekuatannya sambil menyodorkan segelas air putih untuk aku berbuka. (Waktu itu aku sedang meresume modul sebagai tugas dari pemerintah yaitu program PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang berbarengan dengan bulan Ramadhan).

Fikiranku seketika buyar sekaligus sedih, disaat seperti ini suami masih memperhatikanku.

”Sesibuk inikah aku? Sampai waktu untuk berbuka saja aku sudah lupa?” Batinku lirih.

Kalau dikatakan sibuk, ya memang sibuk. Karena PPG yang aku jalani berbarengan dengan bulan Ramadahan, dan harus mengejar satu modul yang ketinggalan, otomatis aku harus mengejar tugas yang ketingggalan itu. Kubuka laptop dari pagi hingga menjelang malam. aku pantengin sampai penguploadan. Aku rehat sejenak hanya menunaikan sholat saja dan tidak lupa untuk tilawah AL-qur’an, sesekali menghangatkan bubur yang sudah aku siapkan sebelumnya untuk suamiku, aku harus pintar membagi waktu agar semuanya bisa ditunaikan karena bulan Ramadhan yang penuh berkah ini sayang untuk aku lewatkan.

Dan begitupun tugas-tugas yang aku kerjakan targetku harus selesai sebelum Adzan Maghrib, agar aku dapat melakukan ibadah tarawih bersama di Mesjid dengan khusyuk tanpa ada beban. Menu berbuka seperti biasa, namun yang membedakannya adalah serba instan dan simple semua dapat aku beli di warung, kebetulan di tempat kakakku menunya lengkap, mulai dari menu takjil, seperti: kolak, gorengan, es buah bahkan untuk menu makannya pun juga ada jadi tidak usah repot-repot untuk masak yang tentunya akan mengabiskan waktuku dalam mengerjakan tugas-tugas PPG yang seabreg dan penuh pemikiran.

“Astaghfirullahal’adzim…..”Batinku, sambil berderai air mata tak kuasa aku menahannya. Kututup laptop dan kulanjutkan berbuka puasa bersama mereka (aku, suami, ibu dan kedua anakku)

Ibuku yang sudah renta 85 tahun usianya, Alhamdulillah masih kuat untuk berpuasa bahkan sholat tarwihpun tidak mau ketinggalaln walau sholatnya sambil duduk karena sudah tidak kuat untuk berdiri. Kedua anakku perempuan, Putri pertama berusia 14 tahun masih duduk di bangku SMP kelas 8, sambil mondok di salah satu pesantren yang jaraknya cukup jauh jadi pulang ke rumah hanya sesekali saja kalau libur dan diijinkan pulang oleh gurunya. Dia sedikit pemalu, kalau pun pulang tidak mau menampakkan batang hidungnya ke luar rumah, ia hanya diam di kamar ditemanin hp.

Putri keduaku usia 9 tahun, baru kelas 3 Sekolah Dasar, ia sedikit manja karena memang masih kecil dan Ayahnya begitu menyayangi dan memanjakannya juga, hingga ia mendapat panggilan “Ratu.” Suamiku berusia 40 tahun lebih muda dariku, postur tubuhnya tinggi, namun kurus, ia juga sedikit lemas karena sedang mengidap penyakit komplikasi, bahkan untuk puasa saja sudah tidak kuat, satu kali mencoba berpuasa tubuhnya lemah dan semakin lemah.

Iedul fitri pun tiba, semua orang Islam merasa sangat sedih dengah berakhirnya bulan Ramadhan, karena pada bulan Ramadhan banyak sekali keistimewaan dan keberkahan. khususnya kami (aku dan suami) aku merasa kurang khusyuk dalam menjalankannya, begitupun suami yang memang sedang sakit dan tidak kuat untuk berpuasa. Hanya penyesalan yang kami rasakan. Semoga tidak terulang lagi.

Saat sholat Iedul fitri tiba, kami tidak ikut melaksanakannya, padahal jauh-jauh hari sudah kami rencanakan, bahkan murkah/mukena pun sudah aku persiapkan, yang akan aku pakai khusus di hari lebaran. Begitupun baju koko suamiku sudah aku persiapkan, nyatanya kami tidak melaksanaknnya, aku terpaksa harus menunggu suami di rumah di saat orang-orang pada ke Mesjid, karena suamiku penyakitnya tampak semakin parah meski sudah bolak balik ke Rumah Sakit. Bukan hanya rumah sakit yang pernah kami datangi, setiap ada usulan dari orang lain terkait pengobatan suami, kami pun mendatanginya.

Namun tidak memperlihatkan ada perubahan walau hanya sedikit saja. Entahlah, keadaanya semakin hari malah semakin mengkhawatirkan. Tubuhnya yang dulu tegak, tinggi, walau kurus, kini, ringkih, lemah tidak ada kekuatan sedikitpun, tinggal tulang yang terbungkus kulit hingga setiap lekukannya nampak terlihat jelas. Satu minggu sepulangnya dari Rumah Sakit, Qadarullah suamiku meninggal setelah ia bertarung selama 5 bulan demi melawan rasa sakitnya.

***

Flash on

Kini, setahun sudah berlalu, tidak terasa kau telah meninggalkanku. Tahun lalu kamu masih ada, tapi kini sudah tidak lagi ada. Membawa semua kenangan suka, duka, cinta, kasih sayang juga harapan. Meninggalkan kenangan manis saat disampingku, mengisi hari-hariku walau dalam keadaan sakit, tapi masih memperhatikanku, Tak kusangka itu adalah Ramadhan terakhirmu bersamaku. Kini, hanya kerinduan yang tidak akan pernah berbalas, karena alam kita sudahlah beda.

Tiada untaian do’a yang lebih syahdu semoga diberikan kedamaian, ketenangan, Syurga-Nya Allah Swt. Untukmu suamiku. Dan kami yang ditinggalkan semoga diberikan kekuatan. Kuat berjalan dan kuat bertahan karena masih ada anak-anak yang Engkau Amanahkan. Aamiin YRA.

Hanyalah do’a yang menjadi buhul penghubung yang lekat tersambung hingga waktu jua yang memutus pertemuan dan mengekalkan ingatan, ingatan yang terus melekat mengapa pertemuan begitu singkat, namun waktu tidak pernah kenal kata kompromi, takdir Tuhan sudah pasti, dan semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian, yang tidak akan maju ataupun mundur walau hanya sedetik saja. Ramadhan terakhirmu membawa semua kenangan manis antara kau dan aku.

Alfatihah …

Semoga kita semua kembali dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin YRA.

 

Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk informasi menarik lainnya!

Baca juga: