Peran Guru Tidak Tergantikan Oleh Kecerdasan Buatan (AI)

Peran Guru Tidak Tergantikan Oleh Kecerdasan Buatan (AI)

 

Suasana kelas saat itu terlihat ramai dengan celoteh anak-anak. Mereka adalah murid-murid kelas 3 Sekolah Dasar yang sedang menunggu pergantian materi selanjutnya. Ibu Nina adalah guru IPA yang akan masuk memberikan materi pelajaran selanjutnya. Tidak lama kemudian, ibu Nina masuk ke dalam kelas dengan membawa laptop yang di jinjing. Murid-murid kemudian menertibkan diri mereka masing-masing, sehingga suasana sedikit hening.

Kemudian ibu Nina mulai mempersiapkan bahan materi ajar dengan menggunakan laptop dan LCD sebagai alat penunjangnya. Tidak lama kemudian muncul dilayar materi pembelajaran yang ditunggu oleh para siswa. Anak-anak terlihat antusias mengikuti pelajaran, suasanapun menjadi mengasyikkan karena semua materi pembelajaran bisa tersaji dengan menarik.

Demikian sekelumit cerita tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media teknologi yang membuat siswa tertarik. Selain itu juga bisa membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Guru mendapatkan kemudahan dalam menjelaskan tema yang disajikan, muridpun mendapat kemudahan dalam menyerap materi. Inilah peran teknologi sebagai media dalam melayani perubahan dalam lingkungan pembelajaran.

Kecerdasan Buatan (AI)

Pergerakan teknologi saat ini begitu cepat, seolah kita berlari ngos-ngosan mengejar ritmenya. Kita baru paham satu jenis aplikasi, besoknya sudah muncul aplikasi-aplikasi baru yang perlu kita pelajari untuk memudahkan kegiatan keseharian kita.

Belum lama ini telah muncul berita-berita di media tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intellegence) atau disingkat dengan AI. Saya penasaran juga tentang berita ini, karena setahu saya kecerdasan itu sudah ada sejak lahir, dan kata “buatan” ini yang membuat saya jadi makin penasaran, bagaimana cara membuatnya? Ternyata ada inovasi yang diciptakan oleh para ilmuwan teknologi saat ini, yang membuat ketar-ketir para karyawan yang diprediksi bisa menggeser pekerjaan mereka sehingga terjadi PHK. Khususnya bagi perusahaan-perusahaan berbasis teknologi seperti Google sebagai mesin pencari yang nasibnya bisa terancam

Berdasarkan tulisan Prasetyo Eko P yang di lansir di media online Kompas, menjelaskan tentang Kecerdasan Buatan yang dirancang berbasis dialog, yang dapat memahami bahasa manusia dan dapat menghasilkan teks tertulis seperti manusia, sehingga bisa terjadi komunikasi dua arah. Salah satu perangkat lunaknya adalah berupa chatbot ChatGPT yang berbasis dialog. Kemampuan ChatGPT ini bisa merespon atau menjawab pertanyaan penggunanya. Perangkat ini diprediksi bisa menggantikan posisi Google karena dianggap mampu memberikan solusi dari sebuah permasalahan, canggih betul ya.

Keahlian Chatbot ChatGPT dalam merangkai kata, dimanfaatkan juga di dunia akademis. Tetapi hal ini di salah gunakan oleh mahasiswa ketika membuat sebuah tugas. Dikisahkan oleh seorang professor filsafat di Northern Michigan University, salah satu mahasiswanya menggunakan chatbot ChatGPT untuk tugas skripsinya.  Ternyata tugasnya tersebut terlalu sempurna, sehingga sang professor curiga terjadi plagiarisme. Ilmu keguruan yang dimiliki oleh seorang dosen akhirnya bisa membongkar kecurangan ini.

Peran Guru di Kancah Teknologi

Pada jaman ini, para pendidik sudah mendapatkan berbagai kemudahan untuk menuangkan materi pembelajaran. Terciptanya teknologi bisa menghadirkan berbagai media  sesuai dengan konsep pembelajaran yang dirancang. Seorang guru juga harus bisa mengoptimalkan teknologi sebagai alat pendukung agar pembelajaran menjadi efektif. Itulah pentingnya guru untuk terus meng-upgrade ilmunya. Sering digaungkan di kemendikbud tentang pentingnya kompetensi guru yang diimbangi dengan pemanfaatan teknologi.

Multifungsi Seorang Guru

Menuangkan ilmu kepada anak didik merupakan hal yang kompleks, karena didalamnya tercakup tentang keilmuan dari segi agama, akademis khususnya pembentukkan karakter anak didik. Media-media penunjang  sangat perlukan sekali untuk mengaplikasikan materi-materi yang disajikan agar anak didik bisa paham secara utuh. Saya jadi teringat waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, ketika guru menjelaskan tentang pelajaran IPA dengan tema transportasi. Guru saya berusaha menghadirkan media dari guntingan koran atau majalah. Bahkan bahan-bahan yang ada disekitar ikut berperan   juga menjadi media.

Guru tidak hanya sekedar memberikan materi pembelajaran semata tetapi juga memantau, membimbing dan membiarkan anak didiknya bereksplorasi dengan ilmu yang mereka dapat. Dalam hal ini diperlukan keterampilan dalam mengajar dan membimbing yang disebut dengan ilmu pedagogi. Menurut Britannica, Pedagogy (2020), pedagogik adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode mengajar, termasuk bagaimana tujuan dari sebuah pembelajaran akan dicapai.

Sebuah perangkat teknologi bisa tercipta dalam kurun waktu yang singkat. Tetapi dalam membentuk karakter dan kematangan berpikir seorang anak hingga dewasa, memerlukan waktu bertahun-tahun. Selain itu sentuhan psikologis terhadap peserta didik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Fungsinya agar bisa memahami karakter anak didik sehingga mereka bisa merasa nyaman.

Hal-hal seperti ini tentunya tidak tercipta dalam teknologi secanggih apapun, hanya seorang guru yang dapat melakukannya. Oleh sebab itu teknologi hanya sebagai alat bantu seorang guru. Tetapi tidak dapat menggantikan peran guru yang memiliki fungsi sebagai seorang psikolog, pembimbing, motivator dan penilai. Menjadi nilai lebih ketika seorang guru juga membekali diri dengan teknologi agar posisi dan keilmuannya tetap relevan dengan perkembangan jaman.

Yuk, ikuti lini masa Instagram captwapri untuk mendapatkan informasi terbaru lainnya!

Baca juga: