Tak terasa hari kamis tanggal 9 Februari 2023 kita memperingati hari pers nasional. Media massa sekarang bertumbuh dengan subur dan sangat cepat. Faktor ini karena sudah berkembangnya informasi internet dengan berbagai platform. Zaman dahulu, sebelum internet ada, kita biasanya mencari berita di koran atau media televisi (dunia dalam berita).
Sekarang ini sumber media tidak seperti dulu lagi. Tidak perlu membeli koran, majalah, atau menunggu tanyangan berita. Platform seperti media Instagram, tiktok, google, facebook, youtube dan whatsapp sudah menjadi informasi kita. Tinggal klik tombal “cari” dan ketemu berita yang kita inginkan.
Dengan pesatnya kemajuan teknologi, maka perusahaan media pers harus menyesuaikan model bisnisnya. Saya teringat ketika masih sekolah dulu, media koran Jawa Pos sangat popular sekali di lingkungan saya. Baik dari yang tua dan muda semua suka baca Jawa Pos. Dengan tagline di halaman utama “selalu ada yang baru”, menjadi magnet orang selalu membaca. Karena di Jawa Pos ada halaman khusus untuk anak muda seperti deteksi.
Tapi sekarang Jawa Pos sudah tidak seperti dulu lagi. Memang sekarang sudah ada berita onlinenya tetapi pembaharuan berita yang disajikan terkesan jadul dan membosankan. Saat ini saya lebih suka baca berita dari media Kumparan atau Narasi. Beritanya lebih up to date dan tidak membosankan.
Intinya konsumen sekarang butuh media massa yang cepat, terbarukan, dan terpercaya. Bisa kita ketahui saat ini sangat mudah sekali setiap orang untuk membuat pemberitaan yang terkadang belum tentu benarnya. Orang – orang mudah sekali merekam kejadian tanpa tahu kronologisnya seperti apa. Lalu setelah direkam disebarlah berita itu media online dan konten itu menjadi viral. Disinilah yang terkadang warga netizen berkomentar macam – macam. Bahkan berkomentar negatif atas konten tersebut tanpa mencari tahu sebabnya.
Masih teringat di tahun 2022 terkait kasus Ferdy Sambo. Pada saat itu, disampaikan bahwa tewasnya alm Yosua dikarenakan adanya tembak – menembak di rumah dinas Sambo dengan berbagai scenario busuknya. Mereka melakukan konfrensi pers yang mengatakan ini itulah. Yang pada intinya Ferdy Sambo tidak bersalah dengan alasan mempertahankan martabat keluarganya.
Pada saat itu, sumber informasi hanya bersumber dari kepolisian dan wartawan saat itu cukup percaya dan menerbitkan ke medianya. Tetapi ada beberapa wartawan yang tidak percaya dari informasi polisi. Mereka akhirnya terbang ke tempat keluarga almarhum dan bertanya terkait kronologis kejadian sampai almarhum Yosua meninggal.
Setelah di usut secara mendalam, ternyata banyak kebohongan yang di buat dan akhirnya di sampaikan fakta bahwa Ferdi Sambo telah merekayasa kasus dengan bukti – bukti yang kuat. Ferdi Sambolah yang membunuh Yosua dengan skenario palsunya. Inilah hoax yang menjadi perhatian seluruh masyarakat.
Di masa awal wabah covid 19 yang terjadi pada bulan Februari 2020, banyak sekali berita – berita yang berseliweran di group whatsapp kita. Dari Kominfo, sudah terdapat 850 berita hoax yang tersebar di masyarakat kita. Belum lagi kita mendapat banyak kabar duka dan himpitan ekonomi, makin stress kita. Rasanya sudah malas kita buka whatsapp. Tapi saya teringat berita hoax yang paling buat saya terheran.
Masih inget beredar di broadcat bahwa, vaksin covid telah di susupi microchip agar masuk ke dalam tubuh kita agar bisa di awasi oleh kelompok tertentu (Elite global gitu). Jelas ini tidak masuk akal, bagaimana microchip itu bisa masuk melalui suntikan ? Bahkan sebagaian masyarakat kita masih ada yang percaya akan hal itu. Hal yang sangat tidak masuk akal bukan? Vaksin itu merupakan ikhtiar kita agar kitab isa terbebas dari covid 19.
Memasuki era digital yang sangat bebas, kita harus pinter memilih sumber informasi yang masuk ke kita. Karena apa ? karena kita tidak bisa mencegah berita hoax itu menyebar. Jadi kitalah yang harus menyeleksi berita tersebut. Belajar dari pengalaman agar tidak terkena berita hoax, saya banyak belajar agar selalu kritis. Jangan mudah percaya pada berita tersebut. Tela’ah dan kroscek dahulu apakah berita itu relevan atau tidak. Carilah sumber media lain yang menjelaskan dari sudut pandang lain.
Dan lebih penting lagi, tahanlah jari dan lidah kita untuk tidak mudah menyebarkan berita yang belum tentu benar. Tahanlah emosi dan tingkatkan IQ kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyebarkan berita hoax meskipun kita tidak menulis berita tersebut. Saya teringat petuah hadits yang tertulis “Berbicaralah yang baik atau diem”. Hal itu dapat menjadi nasihat agar kita berhati – hati dalam berucap supaya tidak terjadi fitnah sana sini.
Semoga di hari pers ini, slogan kebebasan pers tetap bertanggung jawab dengan tidak menyebarkan membuat berita hoax kepada masyarakat. Apalagi mau memasuki tahun pemilu, agar pers tetap memberitakan secara adil dan demokratis. Dan untuk masyarakat marilah kita tingkatkan kecerdasan berpikir kita dalam menerima berita agar tidak mudah terprovokasi dan hasutan.
Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk update informasi lainnya!
Baca juga:
Tinggalkan Balasan