Doa yang Langsung Menembus Langit

Doa yang Langsung Menembus Langit
teenage-girl-with-praying-peace-hope-dreams-concept

Bagaikan surya menyinari dunia, lirik sebuah lagu yang menceritakan kasih seorang ibu kepada kita, buah hatinya, benar adanya. Kasih yang tanpa pamrih, tanpa batas dan tak menuntut balas karena sesungguhnya siapapun tak kan mampu membalas. Bahkan andai kita menggendongnya keliling dunia tak sebanding dengan satu kali saat dia mengejang melahirkan kita, kata seorang ustadz.

Kisah tentang sosok seorang ibu tidak akan lekang oleh waktu. Selama bumi berputar selama itu pula seorang ibu menyimpan sejuta cerita yang mewarnai hari-hari di sepanjang usianya. Tak hanya cerita bahagia tapi juga cerita duka yang lebih sering ia tutupi atau ia sembunyikan.

Membaca tulisan teman yang tengah dirundung rindu akan sosok ibu, hatiku ikut merasa pilu. Apalagi ketika dia mulai berdialog melalui mata batin dengan ibu yang sudah lama tiada sebagai pelepas rindu. Rasa-rasanya aku ikut berperan dan terlibat dalam adegan itu dengan penghayatan sepenuh hati. Rasa sentimentil pun muncul seketika dan berefek rasa rindu pula yang tak bisa ditulis dengan kata-kata.

Hati ini kembali teriris perih ketika membaca berita tentang seorang ibu yang meregang nyawa di tangan anak kandungnya. Dibantai tanpa ampun. Mendengar sekilas beritanya saja aku sudah miris dan tak bisa membayangkan bagaimana sadisnya pelaku. Semudah itukah tangan ini beraksi melenyapkan insan mulia yang kita panggil ibu?

Siapapun diri kita hari ini, dari yang tak punya apa-apa hingga mampu memiliki segalanya, tak kan pernah bisa memilih terlahir dari rahim ibu yang mana. Semua ada, lahir dan tumbuh karena hadirnya insan keramat yang disebut Ibu. Apakah dia seorang raja atau hamba sahaya, tak ada yang tak beribu karena tanpa seorang ibu tak mungkin ia ada di dunia ini.

Semua setuju bahwa ibu adalah manusia nomor satu yang harus kita hormati dan kita muliakan. Selain karena perintah agama, dia satu-satunya hamba Allah yang mau dan bersedia menukar nyawa dengan ikhlas demi anak-anaknya. Maka dari itu kedudukan seorang ibu di hadapan-Nya mendapatkan penghargaan tertinggi dengan selalu membukakan pintu langit atas doa-doanya. Ya, doa ibu langsung menembus langit tanpa penghalang.

Tak salah jika keagungan sosok ibu telah menginspirasi beberapa komponis hingga terciptalah lagu-lagu yang menyentuh hati. Saking piawainya sang komponis dalam menyusun syair dalam lagu,  menjadikan lagu tersebut abadi sepanjang masa. Diksi yang indah dan mudah membuat para pendengar menjadi tergugah, sadar betapa agungnya seorang ibu.

Tak terhitung lagu-lagu indah yang bercerita tentang ibu. Misalnya lagu berjudul Keramat milik Rhoma Irama, Bunda milik Melly Goeslaw, Muara Kasih Bunda milik Erie Suzan dan masih banyak lagi. Semua tentang ibu dan semua mengajak kita untuk senantiasa hormat kepada orang yang melahirkan kita, Ibu.

Darah daging kita dari air susu ibu. Jiwa dan raga kita dari kasih sayangnya yang tak ada batasnya. Demikian sepotong syair dari lagu Keramat. Saking keramatnya ibu, semua doanya langsung Allah dengar. Doa yang baik maupun buruk akan terkabul tanpa menunggu lama. Pantaskah kita perlakukan buruk dengan cara menyakiti lahir dan batinnya? Bagaimana jika ternyata di saat yang sama dia langsung mengadu pada yang Maha Adil karena kesewenang-wenangan kita? Siapkah kita menanggung karma atas perbuatan kita?

Di muka bumi ini, perjuangan seorang ibu dengan berbagai kisah yang menyertai dari susah senang, pahit getir, suka dan duka, sungguh tak terbantahkan. Tidak memandang ibu dari keluarga kaya maupun miskin, semua merasakan hal yang sama. Sensasi ketika seorang perempuan menjadi seorang ibu adalah pengalaman hidup yang tak terlupakan sepanjang hayat. Pada saat itu nyawa pun menjadi nomor sekian asalkan buah hati hadir dengan selamat dan sehat.

Ibu yang bertaruh nyawa itu nyata. Kasih ibu sepanjang masa itu fakta. Jika pada suatu masa seorang ibu merasakan rindu berat kepada anak-anaknya yang tengah jauh di mata itu wajar dan sangat manusiawi. Dia berhak memeluk, merangkul dan mencium sebagai wujud pelepasan rindu yang tertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Dalam firman Allah: “… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia 2 tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku kau kembali.” Q.S. Luqman (31): 14.

Tak hanya lemah yang bertambah, tapi rasa sakit yang mendera sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an dalam Q.S. Maryam (19): 23.

“…rasa sakit akan melahirkan anak memaksa Maryam bersandar pada pangkal pohon kurma …”

Ada juga yang mengambil perumpamaan, detik-detik kelahiran seorang anak bagi ibu bagaikan 20 tulang patah bersamaan. Luar biasa sensasinya. Dialah ibu, insan penuh kelembutan yang seketika menjadi kuat dan perkasa manakala berjuang demi hadirnya buah hati di dunia.

Sudahkah kita bersyukur dan masihkah kita ragu dengan keagungan dan kekeramatannya? Sedangkan sudah jelas, bersyukur kepada orang tua adalah perintah Allah setelah bersyukur kepada-Nya?

Wujud syukur kepada orang tua bermacam bentuknya. Tidak selalu dengan limpahan harta benda bila memang tidak ada. Selalu menghormati, tak menyakiti perasaan, membantu semampunya dan menjenguknya secara berkala jika kebetulan tinggal berjauhan. Selama ibu masih ada, segudang rindu kepada anak tetap ada. Haruskah kita menemui beliau ketika sudah tak mengenal kita lagi?

Kita harus meyakini bahwa setiap perjumpaan, setiap sorot mata kerinduan dan setiap belaian tangan keriput seorang ibu selalu ada doa-doa yang dia langitkan. Doa-doa kebaikan untuk anak-anaknya yang tak kuasa kita dengar selain hanya Dia Dzat Yang Maha Mendengar sekaligus Maha Mengabulkan.