Bukan Suami Idaman

Cerita  dengan tema sebuah pernikahan yang gagal, suami yang mendua, datangnya orang ketiga,memang sering saya jumpai. Baik dalam bentuk film,drama , novel juga cerpen , maupun dalam dunia nyata. Karena daya tarik tentang tema tersebut tak pernah mati gaya. Termasuk  Novel karya Ni’matul khoiroh ini yang berjudul “Suamiku Bukan Suamiku”.

Ulas Buku

 

Judul Buku     :  Suamiku Bukan Suamiku

Pengarang      :  Ni’matul Khoiroh

Jenis Buku      : Fiksi  (Novelet)

Penerbit         : CV.Cipta Media Edukasi.Juli 2020

ISBN                : 978-6232-900172

Tebal              : 100 Halaman

 

 

Bukan Suami Idaman

Oleh: Fatatik Maulidiyah

Hati pria sangat berbeda dengan rahim ibu, Mariam. Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu. Hanya akulah yang kau miliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak akan punya siapa-siapa lagi. Tak akan ada siapa pun yang peduli padamu. Karena kau tidak berarti!”

Kalimat itu seringkali diucapkan ibunya setiap kali Mariam bersikeras ingin berjumpa dengan Jalil, ayah yang tak pernah secara sah mengakuinya sebagai anak. Dan kenekatan Mariam harus dibayarnya dengan sangat mahal. Sepulang menemui Jalil secara diam-diam, Mariam menemukan ibunya tewas gantung diri.

(Novel A Thousand Splendid Suns karya Khaled Hosseini, International Bestseller)

 

Tragis, dramatis, dan  mengenaskan. Begitulah  seharusnya sebuah cerita  ditulis  jika berniat mengisahkan sakitnya perempuan mendapati lelakinya itu begitu  mengecewakannya. Sebagaimana yang saya rasakan tatkala menuntaskan membaca kisah dalam “A Thousand Splended Suns” karya Khaleh Hosseini.

Cerita  dengan tema sebuah pernikahan yang gagal, suami yang mendua, datangnya orang ketiga,memang sering saya jumpai. Baik dalam bentuk film,drama , novel juga cerpen , maupun dalam dunia nyata. Karena daya tarik tentang tema tersebut tak pernah mati gaya. Jalan ceritanya juga bermacam-macam. Entah si perempuannya yang selingkuh seperti dalam film yang dibintangi Richard Gere dan Diana Lane  dalam “Unfaithful”, atau yang paling dominan adalah si laki-laki yang mendua. Termasuk  Novel karya Ni’matul khoiroh ini yang berjudul “Suamiku Bukan Suamiku”.

Sesaat setelah membaca judulnya yang lumayan unik, segera terbitlah pertanyaan, “Lah suaminya siapa kalau begitu?” sehingga saya terdorong untuk membuka bagian pertama dengan POV seorang istri yang menceritakan sikap suaminya yang mulai dingin dan banyak perubahan. Seperti sudah semakin sibuk dan tidak memiliki waktu luang untuk anak terutama istrinya sebagai tokoh cerita ini yang bernama  Rizkia.

Pada bagian 2 dan 3, Rizkia sebagai seorang istri yang dikhianati suaminya karena CLBK masih mengisahkan bagaimana penderitaannya itu berlangsung. Seperti menemukan pengkhianatan suaminya, hubungan yang semakin asing, dan pertanyaan-pertanyaan sang anak atas hubungan orang tuanya yang tak lagi harmonis. Sebuah adegan standar  dan tidak asing seperti yang kerap saya lihat di drama-drama Indosiar.

Dalam mendeskripsikan tokoh Rizkia, agaknya penulis menitipkan profilnya pada sosok tokoh tersebut. Seperti sebagai kepala sekolah, berpengalaman dalam memenangkan lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional, juga Kota Jember sebagai kota yang ditinggali, menyebabkan saya membayangkan sosok Rizkia adalah Ni’matul Khoiroh, penulis buku ini.

Akan tetapi, tentu saja ini bukan kisah sang penulis. Saya rasa menciptakan  tokoh tidak harus bersumber dari diri sendiri, karena akan berdampak pada yang saya sampaikan tadi, membayangkan tokoh tersebut seperti penulisnya. Hal ini terjadi karena penulis tidak memilih riset, tetapi lebih memilih visualisasi dirinya.

 

Selanjutnya sebagaimana yang saya duga, penulis kurang sabar dan telaten untuk  “Menyiksa” tokoh utama. Penulis ingin segera membahagiakannya  dengan cara  memunculkan tokoh laki-laki baik dan tulus datang mencintai dan menikahi Rizkia setelah dicerai suaminya.  Sehingga tak ada lagi yang saya tunggu selain endingnya yang klise.

Di luar itu semua , kisah ini memiliki pesan yang mendalam tentang kehidupan pernikahan dan lika-likunya. Mendorong saya merenung mengapa hal ini kerap terjadi t dalam kehidupan nyata di sekitar kita. Selalu terjadi dan terjadi lagi.  Terutama sebuah pesan bagi perempuan sebagai pihak yang seringkali tersakiti.

Ni’matul Khoiroh cukup mengejutkan saya karena ia mampu menuntaskan  novelnya mengingat  latar belakangnya di bidang Teknologi Pendidikan.  Sebuah usaha yang tak mudah dilakukan. Sebuah perjuangan yang membutuhkan kesabaran dan Ni’mah berhasil menghadirkan kisah fiksi yang terasa begitu fakta.

Pada bagian 10 sebagai endingnya, saya menyukai bagaimana setting happy-nya itu dipilih. Dengan judul “Kopi Penuh Cinta” penderitaan tokoh Rizkia diakhiri dengan cara yang sangat romantik bersama Rayhan, laki-laki baik yang tulus mencintainya. Meskipun sempat bingung pada bagian 9 karena POV berubah menjadi tokoh Rayhan, cerita ini cukup menghibur saya.****

 

Penulis : Fataty M

Foto     :Ni’matul Khoiroh

 

Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk informasi menarik lainnya!

Baca juga: