Duka-duka berselimut pandu
Rasa luka tiada madu
Keruh hujan menangis sendu
Janganlah kau memberi rindu
Luka-luka yang beragam
Tak membuat mata terpejam
Sirna yang terpendam
Tolong aku wahai seribu malam
Ke manakah engkau pergi
Kau sayat remukku lagi
Hancurkan malam serta pagi
Hatiku kaku tiada bagi
Di manakah ujung waktuku
Siapa yang telah meraut wajahku
Siapa dirimu, siapa diriku
Cinta hatiku kini akan beku
Benih kasihmu yang menghilang
Sudah redup digelang bintang
Jariku luntur dikusut benang
Ku lupakan walau kau datang
Jejak Lirih
Di antara ranah waktu yang aku unggah
Nampak jejakmu melimpah ruah
Menguntit dalam jepitan malam
Yang keluhnya luruh terapung bayangan buram
Goresan hati yang kulukis
Menerpa lirih yang berbaris
Mengalunkan bisikan angan
Mengantarkan tautan keresahan
Bintang Dalam Kesunyian
Jutaan warna melukiskan indahnya dunia
Alunan melodi bersatu menjadi
irama dan lagu
Sungguh indah bukan?
Tapi tidak dengan duniaku
Tuhan memberiku dunia yang hening
Menghembuskan angin dingin ditengah kesunyian yang mencekam
Sebab aku tak bisa mendengar canda tawa anak-anak seusiaku
Tak henti sampai disitu
Tuhan juga memberiku dunia yang gelap
Gelap nampak begitu menakutkan
Sebab hanya ada hitam pekat yang aku temukan
Aku memang buta dan tuli
Tapi aku masih punya hati
Gelap tak selamanya hanya satu warna
Sunyi berarti tak sendiri
Dapatkah kau mendengar bahasa kalbuku?
Aku ingin seperti orang lain
Menjalani hidup dengan ribuan harapan
Melangkah dengan semangat yang tak padam
Aku yakin mampu mengubah duniaku
Meski langit tak berbintang
Sebab aku adalah bintang
Makhluk yang mampu menyinari dirinya sendiri
Lelah
Lihatlah
Senja itu menenggelamkanku
Pada semburat sinar sukar yang tak padam
Oleh ruang kerenjenan
Padahal malam sunyi hampir membunuhku
Senda gurau itu lenyap dalam kesepian
Seuntai kata belum terlontarkan
Hilang kelembutan sehelai benang yang diselipkan
Di antara halaman kepiluan
Lara yang hadir ini selalu melukiskan luka tersendiri
Yang membenamkan keindahanmu dipandanganku
Lepas dari mimpi yang terbit dari samudera
Dan mencari mimpi baru di angkasa
Sementara waktu terus berputar
Pijakan kaki ini seakan melayang
Hinggap pada pucuk kamboja
Tersapu gelombang waktu
Dan lumatan usia yang kian menua
Hujaman air lait itu mengenai kehancuran di hati ini
Pesan
Aku berada pada sajak rindu
Dikelilingi angin berlalu
Pada ketinggian arti palsu
Yang kudamba selalu
Selama bait tiada merayu
Larik tak berlari terbuai rindu
Semoga jelas kalimat untukmu
Tercerai berai dengan lidahmu
Kali ini bisakah aku bersabar
Dalam kepungan tak tersiar
Atau aku akan merapuh
Tinggalkan hati yang kian jenuh
Kali ini semoga terbaca
Untaian kalimat di atas beranda
Semoga terurai dengan indah
Untuk mengisi hati yang resah
Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk informasi menarik lainnya!
Baca juga:
3 Comments