Ihwal Tata Kelola Tumpukan Pesan di “Group Chat”

Ihwal Tata Kelola Tumpukan Pesan di “Group Chat”
By pexels-anton-46924

Sebagian besar orang melihat obrolan tanpa wujud layaknya menjadi adab dalam kehidupannya. Komunitas-komunitas saling terhubung melalui platform digital, seperti whatsapp, messenger, beranggotakan tiga, puluhan hingga ratusan orang. Sebagai topik obrolan beragam, mulai dari pembagian jobdesc, kerja kelompok, reuni sekolah, hingga sekedar pertemanan.

Dalam hal tertentu, whatsapp group (WAG) ini mampu membangun dan memelihara sebuah hubungan positif. Di antara anggota grup dapat saling bersenda-gurau, membangun jejaring, dan kadang-kadang saling melindungi. Sisi lain, keberadaan obrolan grup justru bisa menambah beban karena cemas serta memunculkan kekhawatiran mendalam.

Kekhawatiran tersebut sering saya alami sendiri, bahkan teman-teman sekitar saya turut mengalami kondisi yang sama. Kewalahan menerima tumpukan pesan dari pembicaraan ratusan orang dalam grup sangat menonjol. Melihat kondisi demikian, terpikir ingin keluar dari obrolan grup karena merasa terkucil, meski berhenti di keinginan.

***

Saya ingat cerita seorang teman, ia buru-buru ngantor untuk sebuah urusan penting. Setiba di kantor, ia baru sadar ponselnya tertinggal di rumah, namun ia putuskan tetap bekerja dan membiarkan ponselnya tetap di rumah. Saat bertemu esok harinya, ia bercerita bahwa telah melewatkan ratusan pesan WAG dengan berbagai berita penting. Salah satu yang membuatnya menyesal, teman saya telah kehilangan peluang mendapat door price di sebuah kesempatan yang terlewatkan.

Hari itu pekerjaan kantor luar biasa padat, belum lagi koordinasi jarak jauh dengan konsumen menggunakan obrolan grup. Seperti biasa setiap jam 8 pagi hingga sore hari notifikasi WAG terus bergetar hampir tanpa jeda. Saat jam pulang kantor sampai rumah obrolan grup “centhang-centhing” tetap ramai, dan berlangsung hingga jam 12 malam baru menurun intensitasnya.

Saya dan teman saya hanya sebuah contoh yang sangat mungkin anda, sahabat, tetangga, dan masyarakat alami. Seolah telah menjadi masalah umum, bahkan terjadi di negara-negara maju sekalipun. Sebuah artikel menyebutkan, empat puluh persen rakyat Amerika Serikat dan Inggris mengalami kegalauan yang sama. Hal itu belum termasuk notifikasi email, medsos, kalender serta aplikasi berita lainnya.

Kebanyakan kita setiap menghadapi kondisi seperti itu, refleknya langsung membisukan obrolan grup, meskipun yang seperti ini belum tentu benar. Sering keluar masuk ruang obrolan grup semakin membuat kita kehilangan kesempatan. Dilema seperti ini yang membebani seseorang dalam menghadapi percakapan obrolan grup.

Ponsel saya memiliki puluhan obrolan WAG yang sedikitnya beranggotakan 50 orang atau lebih. Beberapa grup dengan kemiripan tujuan, seringkali mengalami percakapan secara bersamaan sehingga bisa membingungkan. Akibatnya, obrolan grup tidak efektif, bergeser dari tujuan awal, serta tumpang tindih asumsi.

Dinamika sosial dapat terjadi dalam obrolan grup, merasa kecil, merasa canggung membuat seseorang ingin keluar dari komunitas tersebut. Fenomena memasukkan seseorang ke dalam obrolan grup tanpa persetujuan orang yang diundang sering terjadi. Konteks ini, saya pernah alami sendiri, memasukkan teman untuk mengajak reuni, meski dia tidak berniat tapi segan menolak.

Kecanggungan justru terasa saat teman-teman seangkatan berkumpul dalam obrolan WAG. Bayangan saya bisa mengobrol setara dan cair seperti beberapa tahun lalu saat itu, tak mungkin terjadi saat sekarang. Hanya seperempat anggota obrolan grup yang aktif berbicara, sisanya lebih banyak diam bahkan terkesan ragu-ragu saat mulai berbicara.

Beberapa teman kurang aktif saya klarifikasi melalui wapri menyatakan keinginan untuk segera meninggalkan obrolan. Namun, adanya pemberitahuan terbuka “si A, B, C telah meninggalkan grup” membuat mereka tidak nyaman lalu mengabaikan grup. Situasi seperti ini biasanya karena obrolan yang kaku, nada kontroversial, tumpukan pesan, dan juga rendahnya etika sosial.

Faktor yang tak terpisahkan dari obrolan grup adalah pengucilan sosial. Beberapa tahun lalu teman-teman SMP membuat obrolan grup, senada cerita WAG sebelumnya, sebagian teman merasa terkucilkan, lalu membentuk grup baru. Mereka merasa terasing di grup, pasif berkomunikasi secara pribadi, atau tidak siap berbeda pendapat sehingga berpotensi admin mengeluarkan dari grup.

Mengamati obrolan grup teman-teman, masalah pendepakan anggota grup jarang terjadi, kecuali hubungannya telah berakhir. Sehingga pada akhirnya upaya pengucilan dari obrolan grup benar-benar terjadi, dan berpeluang menimbulkan kegalauan semata. Galau atas kalian akan ketinggalan gosip, video lucu, atau rencana reunian sekolah.

***

Berdasar yang saya alami dan mengamati perilaku teman-teman dalam ber-platform digital, group chat yang sering bertahan adalah grup kecil beranggotakan teman dekat. Realitanya, obrolan grup tidak banyak berdampak signifikan memperbaiki sebuah hubungan, kecuali hanya menambah kerumitan teknologi. Sehingga, hadirnya obrolan grup justru membuat sebuah hubungan makin aneh, canggung, bahkan berantakan.

Bagi teman-teman yang masih tertelikung dalam ceruk “gaptek” teknologi, maka setidaknya menjaga agar selalu nyaman dalam mengobrol tatap muka jauh lebih bermakna. Membentuk obrolan grup beranggotakan orang-orang dekat membuat lebih nyaman. Untuk komunitas dalam jumlah besar dan komplek akan lebih cocok memakai undangan, facebook, dsb.

Membisukan notifikasi obrolan grup bila menjumpai komentar-komentar yang tidak menarik perhatian. Kecuali, bila teman-teman ingin tidak mau ketinggalan informasi penting di grup, menggunakan jasa “informan” teman dekat, salah satu yang bisa dipakai. Buka tutup notifikasi dapat anda lakukan bila ingin mengecek informasi penting secara rutin.

Selain anda menunggu kabar dari teman, anda juga bisa menyampaikan ke teman dekat bila mendapati dinamika sosial yang kurang kondusif. Meski begitu, terbatasnya informasi yang kita dapat, seringkali kita mengeluarkan asumsi yang kurang komprehensif. Penting sebagai kesimpulan, “orang lain bisa saja membisukan obrolan grupnya, meskipun dia sendiri tidak bermaksud menghindari anda.