Libur telah tiba…
Libur telah tiba…
Hore..
Hore..
Hore…
Hore…
Tampaknya lagu Tasya Kamila tersebut memang cocok untuk menggambarkan suasana hati kita saat ini ya. Hal tersebut tiada lain karena masa liburan akan segera tiba, mulai dari libur natal, tahun baru serta masa libur sekolah. Wah, klop banget rasanya. Bahkan sebagian orang telah membuat persiapan dari beberapa pekan sebelumnya. Supaya liburannya dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan menyenangkan.
Namun tanpa kita sadari kondisi tubuh yang lelah, perjalanan ke tempat wisata yang jauh, dan lalainya untuk menjaga kebersihan diri menyebabkan kita sakit saat liburan. Bukannya asyik menikmati pemandangan di perjalanan, tapi malah sibuk bolak-balik ke toilet umum karena diare misalnya. Rasanya pasti nggak enak banget khan. Apalagi kalau kondisinya sampai mengharuskan dirawat di rumah sakit, amit-amit deh ya.
Diare Saat Liburan
Data dari Yellow Book of Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa 30%-70% wisatawan berisiko untuk terjangkit diare setiap tahunnya ketika liburan. Angka fantastis yang sukses membuat kita bergidik ngeri. Bahkan saking seringnya penyakit ini, sampai-sampai WHO punya julukan spesial yakni traveller’s diarrhea. Dapat dibayangkan betapa spesialnya penyakit diare ini.
Sebetulnya tidak ada beda yang signifikan antara diare saat liburan dengan diare yang biasa terjadi. Hanya penamaan tersebut menunjukkan kemungkinan penyebab dan waktu kejadian diare yang dialami.
Jika kita membicarakan penyebab, diare ini kemungkinan disebabkan oleh virus, bakteri, atau perubahan jenis makanan yang dikonsumsi. Karena saat liburan, lidah kita pasti tergoda untuk mencicipi berbagai macam kuliner di sekitar tempat wisata yang dikunjungi. Biasanya makanan tersebut berbeda dengan yang kita konsumsi sehari-hari. Sehingga pencernaan pun butuh waktu untuk adaptasi dengan jenis makanan baru tersebut.
Selain itu karena sedang asyiknya liburan, kadang kita lupa untuk mencuci tangan sebelum memegang area wajah. Atau kadang karena “cacing-cacing di perut sudah demo” maka kita terburu-buru saat mencuci tangan sehingga lupa untuk menggunakan sabun.
Perlukah Anti-Diare ?
Salah satu persiapan dalam menyambut liburan adalah “kotak P3K”. Dengan “kotak P3K” itu, minimal kita dapat melakukan pertolongan pertama saat dibutuhkan. Tapi bukan berarti kita harus membawa sebuah kotak berukuran 32 x 40 x 10 cm yang berwarna putih kesana kemari ya. Namun lebih tepatnya menyiapkan obat-obatan darurat saat liburan. Rasanya menyesakkan jika liburan kita dihabiskan dengan mengantri untuk bertemu dokter saja khan.
Beberapa studi menyebutkan pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada diare adalah sesegera mungkin untuk mengganti cairan yang keluar. Air putih dan oralit merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan dan elektrolit yang keluar tersebut.
Tapi bagaimana jika tidak punya oralit? Atau bagaimana jika penderita diarenya tidak suka minum oralit? Sebetulnya oralit yang ada sekarang pun rasanya lebih ramah di lidah dan perut. Berbeda dengan oralit versi lama yang malah bikin mual dan muntah setelah mengkonsumsinya.
Namun, jika tidak ada oralit yang tersedia. Kita dapat menggantinya dengan cairan rumah tangga seperti kuah sup atau kuah sayur bening. Karena kuah tersebut mengandung gula dan garam, sehingga dapat menggantikan elektrolit yang keluar. Selain itu rasa kuah pasti lebih nikmat dibanding dengan larutan gula dan garam saja khan.
Setelahnya, kita bisa memberikan obat untuk menghentikan diare seperti entrostop, diapet, diatabs, atau attapulgite sebanyak 2 tablet pada penderita diare dengan usia > 17 tahun. Obat-obatan jenis ini dapat diberikan setiap habis buang air besar. Namun, apabila diare yang dirasakan tidak membaik dalam 24 jam sebaiknya segera konsultasikan ke dokter ya. Karena obat ini tidak boleh dikonsumsi dalam waktu lama.
Sedangkan pada anak, jangan memberikan obat anti-diare ya. Pemberian obat anti diare pada anak akan berakibat mengacaukan kerja usus, sehingga ditakutkan usus akan terjepit. Cukup terapkan LINTAS DIARE pada anak ya.
LINTAS DIARE atau lima langkah tuntaskan diare merupakan program dari Dinas Kesehatan pada tahun 2011 untuk menangani diare dengan 5 langkah. Langkah – langkah ini dirangkum dalam suatu buku panduan untuk menangani penyakit diare. Walaupun demikian, buku panduan tersebut masih relevan dan masih digunakan hingga sekarang.
Dalam buku panduan tersebut menyebutkan bahwa penanganan diare pada anak dengan:
- Memberikan oralit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang,
- Memberikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut untuk melapisi dinding usus guna menurunkan risiko terjadinya diare hingga 2-3 bulan ke depan,
- Tetap memberikan ASI dan asupan makanan,
- Memberikan antibiotik atas anjuran dokter, dan
- Jika keluhan disertai demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, anak sangat kehausan, dan diare semakin sering maka segera ke IGD setempat.
Bekal untuk liburan rasanya sudah lengkap, mulai dari bekal uang, bekal pakaian, hingga bekal ilmu. Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang. Bahkan ketika terjadi diare saat liburan pun, penanganan yang tepat pun sudah dapat diberikan. Supaya liburannya dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan menyenangkan.
Sari bubur ditambah kelapa
Masak besar untuk sebulan
Hari libur telah menyapa
Jangan lupa untuk jalan-jalan
Jadi, sudah siap untuk liburan?
Baca Juga :
- Menumbuhkan Rasa Empati Sejak Dini
- Dua Mata Pisau: Satu Buku Satu Judul Sejuta Petualangan dan Wawasan Kehidupan
- International Fact Checking Network (IFCN), sebuah Upaya Media Menangkal Hoaks dan Misinformasi Hilangnya Pesawat PAM Am 914
Yuk ikuti terus lini masa CAPTWAPRI.ID melalui instagram agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya.
Tinggalkan Balasan