Di sela-sela saya sedang serius mengumpulkan data, referensi, dan informasi untuk keperluan naskah buku saya bertema Al-Qur’an, saya berselancar di TikTok dan dari sebuah akun VT-nya berseliweran. Sebuah tayangan dengan konten dark, mengungkap kejadian aneh yang terjadi di masa lalu. Tayangan tersebut membuat saya tertarik dan berhasil membuat saya tidak beranjak selama 4 menit. Sebuah durasi yang termasuk sangat panjang untuk sebuah VT (Video TikTok).
Tayangan tersebut menceritakan sebuah peristwa misterius, yakni sebuah pesawat yang terbang pada tahun 1955, dari Bandara di NewYork dan dijadwalkan mendarat di Miami. Akan tetapi pesawat tersebut selama puluhan jam tidak kunjung mendarat. Setelah take-off 3 jam, ia terlepas dari pantauan radar. Pesawat bernama PAN Am Flight 914 milik Amerika. Pesawat yang terdiri dari 6 awak dan 57 penumpang itu dinyatakan hilang dan anehnya muncul kembali setelah 37 tahun dan mendarat di Caracas-Venezuela. Setelah transit, pesawat aneh tersebut berhasil mendarat di bandara Miami. Keadaan penumpang dan awak pesawat yang turun satu persatu tidak mengalami perubahan apapun pada fisiknya setelah 37 tahun berlalu.
Selama menikmati tayangan tersebut saya mengingat sebuah film bertema sama. Berjudul Manifesto Season 3, yang tayang April 2022 lalu di Netfilx. Sebuah pesawat yang hilang selama 5 tahun dan kembali dalam keadaan penumpang tetap normal sediakala. Akan tetapi, jalan cerita berjalan bahwa akhirnya semua penumpang tewas dengan cara-cara yang sangat tragis.
Tayangan PAN Am Flight 914 yang saya nikmati tadi mengingatkan saya tentang informasi berbagai pesawat dan kapal yang hilang di Segitiga Bermuda. Berkaitan dengan konspirasi, dan UFO, juga sebuah buku karya jurnalis Mesir, Muhammad Isa Dawud dalam “Berdialog dengan Jin Muslim”. Mengingatkan juga tentang film seri “The X-Files, Twilight Zone, Friday On 13-th Day” atau film-film sejenisnya yang bertema darkness dan misterius. Dan benar saja, tayangan tersebut merupakan kategori Hoaks.
Firasat saya sudah nggak enak saat menikmati tayangan tersebut sebagai sebuah berita yang semakin saya simak semakin rasa fiksi. Beberapa info yang muncul setelah saya googling dengan kata kunci _misteri PAN Am Fligt 914_ yang muncul adalah konfirmasi dari Tempo media, Kompas.com, dan web resmi pemerintah Kominfo.go.id. Di sana diberitakan tayangan video versi Tiktok maupun Youtube adalah Hoaks. Narator pengisi suara memang di bagian akhir menyampaikan “ Cerita ini mungkin hanya fiksi belaka”, tetapi pasti jelas-jelas netizen tidak akan fokus pada itu, termasuk saya.
Dalam informasi beberapa Media Mainstrean juga mengklarifikasikan bahwa media tersebut telah tersertifikasi IFCN ( International Fact Checking Network), sebuah lembaga international yang memiliki misi membarantas hoaks dan misinformasi. Salah satu platform yang proaktif dalam hal ini adalah Facebook. Dilansir dari Meta Journalist Project (milik FB) yang menganggap bahwa menangkal hoaks dan misinformasi adalah persoalan yang tidak aka nada habisnya dan tidak bisa ditangani sendiri.
Pada 2016, FB mengawali program pemeriksaan fakta pihak ketiga dengan menggandeng pemeriksa fakta di seluruh dunia. Tujuannya, untuk menilai dan meninjau keakuratan konten di platformnya. Sampai sekarang FB telah berpartner dengan lebih dari 60 organisasi ahli dan memberikan pelayanan lebih dari 50 bahasa. Sejak pandemic Covid-19, IFCN yang bermarkas di organisasi nirlaba “Poynter Institute” telah menjadi pelopor dalam mempersatukan organisasi pemeriksaan fakta untuk bersama-sama memberantas hoaks dan misinformasi.
International Fact-Checking Network merupakan aliansi yang beranggotakan organisasi pemeriksaan fakta di seluruh dunia. Diluncurkan pada September 2015 untuk mendukung menjamurnya inisiatif pemeriksaan fakta dengan mengenalkanpraktik terbaik dan pertukaran informasi di bidang ini. Para staf IFCN memantau trend, format, dan penyusunan kebijakan terkait fakta di seluruh dunia.
Dengan menerbitkan artikel secara rutin, mereka dapat mengangkat posisi umum di kalangan pemeriksa fakta dunia dan mengenalkan standar dasar melalui “Prinsip Dasar” pemeriksa fakta. Jaringan ini juga memberikan pelatihan dan sudah mendanai proyek-proyek pemeriksaan fakta lewat dana hibah. Per April 2020, IFCN beranggotakan 82 organisasi penanda tangan terverifikasi di 48 negara.
Dalam ajaran islam upaya dan kewajiban dalam menangkal berita bohong sudah disampaikan dalam Al-Qur’an tepatnya QS.Al Hujurat 6 yang artinya :”Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Di era media online saat ini, sulit bagi kita membedakan mana berita benar dan hoaks, memfilternya sendirian, dan harus juga memiliki kemauan untuk melakukan “Tabayyun” atau konfirmasi. Hal ini sangat penting bagi kita sebagai user, pembaca dan netizen agar tidak mudah membagikan berita-berita yang belum jelas. Di era sekarang, melakukan Tabayyun bisa dengan cara mencari data dan fakta pada sumber-sumber berita primer yang sudah memiliki kredibilitas. Termasuk media-media mainstream maupun tidak yang memiliki komitmen anti hoaks dan hanya memberitakan kebenaran, kejujuran, berdasarkan data dan fakta.***
*)Penulis merupakan guru di MAN 2 Mojokerto tinggal di Miji Kota Mojokerto.
Penulis : Fataty Maulidiyah
Editor : Wahyu P
Foto : IFCN
Tinggalkan Balasan