Hadapi Tantrum dengan Tenang dan Sabar
Oleh : Wurry Srie
Suatu siang di sebuah pusat perbelanjaan, ada bocil, si bocah kecil yang menangis berguling-guling di samping seorang bapak muda. Bapak itu hanya diam sambil memandangi bocil tersebut. Di sisi lain tak jauh dari lokasi, ada beberapa ibu dengan mimik iba, ada yang ingin menolong, ada yang seolah geram memandangi sang bapak. Namun ada pula yang acuh tak acuh dan berlalu tanpa peduli.
Nah, rupanya kelompok terakhir ini sudah mafhum dengan sandiwara bocil yang nangis jejeritan tak jelas apa maunya. Mereka juga terlihat biasa-biasa saja dan tak menunjukkan ekspresi yang memancing untuk dikomentari. Mungkin pemandangan yang mereka lihat hari itu sudah sering mereka temui.
Saat itu jam-jam ramai pengunjung karena bertepatan dengan akhir pekan. Ada sekian menit sang bapak sabar menunggu tanpa berkata sepatah pun. Beberapa detik kemudian ada seorang ibu muda yang menghampiri si bocil juga dengan ekspresi yang datar dan terlihat biasa. Ternyata ibu dari bocil tersebut. Ketika bapak dan ibu mendekat, tangisan bocil perlahan berhenti lalu bangun sendiri dari lantai dengan memandang kedua orang tuanya secara bergantian. Sedetik kemudian bocah kecil itu tampak nyaman dalam gendongan sang bapak.
Pemandangan seperti itu sudah sering kita jumpai. Namun bagi yang kurang paham, biasanya menyalahkan bapak atau ibu anak tersebut. Mengapa anak menangis dibiarkan saja, bahkan sampai bergulingan? Ada lagi yang menyalahkan sambil menduga-duga mungkin anak minta sesuatu dan tidak dituruti. Yang lebih ekstrim lagi ada yang berkomentar nyinyir, kalau tak bisa mengasuh anak untuk apa punya anak. Nah!
Adegan bocil di atas biasa di sebut tantrum. Menurut KBBI, tantrum adalah kemarahan dengan amukan atau ledakan emosi karena ketidakmampuan mengungkapkan keinginan atau kebutuhan dengan kata-kata. Biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit bahkan berteriak. Mengomel marah tanpa sebab yang jelas dan memancing emosi orang-orang di sekitar.
Tidak semua orang tua paham dengan keadaan ini. Kadang ada yang keliru persepsinya sehingga semakin memperparah kondisi si anak. Ada pula yang ketika hal ini terjadi malah kedua orang tuanya marah-marah dan itu membuat tantrum anak makin menjadi-jadi. Mungkin orang tua merasa malu atau merasa tak nyaman ketika anak tantrum di tempat umum. Walau hanya perasaan saja, hal ini tentu bisa kita atasi jika tahu ilmunya tanpa harus merasa malu sebagai alasan.
Tantrum dalam bahasa Jawa sering dikatakan “beka” atau rewel dan ini tidak hanya dimiliki anak kecil saja. Orang tua khususnya lansia bisa juga tantrum. Yaitu bagi lansia yang mentalnya sudah kembali seperti anak kecil. Pada akhirnya kembali lagi ke kita sebagai orang tua bocil maupun sebagai anak dari lansia, dituntut untuk bisa memahami jika hal ini terjadi.
Tantrum pada anak tidak selalu disebabkan oleh hal-hal yang serius. Hal-hal sepele bisa juga memicu munculnya tantrum. Oleh karena itu, ketika anak sedang tantrum tidak perlu ditanya ini itu atau ditawari ini itu. Dia akan semakin emosional dan dikuatirkan bisa menyakiti diri sendiri dengan memukuli kepalanya, menarik-narik rambutnya dan lain-lain.
Hampir setiap anak pernah mengalami apa itu tantrum. Ada juga yang menyebutnya kolik. Yaitu kebiasaan menangis berjam-jam tanpa tahu apa penyebabnya dan paling sering dialami balita. Tantrum hanya berlangsung pada masa-masa tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia, kebiasaan itu menjadi berkurang bahkan hilang dengan sendirinya.
Sejauh ini, tak ada jurus khusus untuk mengatasi tantrum selain menghadapinya dengan sabar dan tenang. Bagi masing-masing orang tua yang memahami karakter buah hati, sudah pasti punya jurus jitu yang tak sama dengan jurus orang tua lainnya. Bermodalkan sabar, tenang dan tak mudah tersulut amarah, merupakan solusi awal karena peran orang tua diuji dalam situasi ini.
Bila dia mau, kita coba memeluknya tanpa harus berkata-kata sambil memberi dia waktu untuk menuntaskan tangisnya. Selain memeluk penuh kasih, memberi senyuman tulus juga terbukti mampu meredakan emosinya. Di saat seperti itu, dia butuh diperhatikan dengan lebih dan butuh waktu untuk melampiaskan gejolak perasaannya.
Penting bagi kita sebagai orang tua adalah mencari cara bagaimana agar emosi anak yang meledak-ledak itu cepat mereda. Setelah itu baru kita alihkan perhatiannya supaya lupa dengan tantrumnya. Sesungguhnya tantrum adalah sesuatu yang biasa meski awalnya cukup mengejutkan. Tantrum pada anak bisa terjadi kapan saja di mana saja dan pada situasi apa saja.
1 Comment