Jadi Guru Mah Enak!
Oleh : Agus Siswanto
Ungkapan semacam ini sering terlontar dari bibir sebagian masyarakat. Mereka memandang tingkat ekonomi seorang guru berada pada level yang patut untuk diirikan. Terutama pada guru-guru yang mempunyai predikat ASN (Aparatur Sipin Negara).
Apakah ungkapan ini salah? Tentu saja tidak. Secara ekonomi, apalagi ditinjau dari segi gaji, kesejahteraan seorang guru jauh lebih baik dibandingkan sekitar 30 – 40 tahun yang lalu. Selain gaji, guru juga masih mendapat tambahan penghasilan. Di antaranya adalah Tunjangan Profesi Guru (TPG) sebesar satu kali gaji pokok. Sebuah nominal yang tidak pernah terbayang pada masa lalu. Belum lagi tunjangan-tunjangan yang lain di beberapa daerah.
Konsekuensi logis dari semua ini adalah peningkatan penampilan seorang guru. Saat ini seorang guru mengemudikan sebuah mobil baru, menjadi sesuatu yang biasa. Berpakaian pun sangat modis. Tidak seperti guru-guru zaman dahulu yang identik dengan kekunoan. Demikian pula dalam penguasaan teknologi, terutama pada guru-guru muda. Penampilan mereka sangat kekinian, tidak jauh berbeda dengan para muridnya. Sehingga mereka tidak sungkan manakala harus mengikuti apa yang dilakukan murid.
Pemandangan di halaman sebuah sekolah pun, sekarang sangat jauh berbeda. Dapat dipastikan deretan mobil menghiasi halaman itu. Baik dari merk biasa sampai merk yang aduhai. Berjajar rapi menghiasi halaman sekolah tersebut.
Hal yang tentu saja sangat jauh berbeda saat kita melintasi halaman sebuah sekolah 30 atau 40 tahun yang lalu. Kalaupun ada mobil terparkir, pasti milik kepala sekolah. Merknya pun enggak usah ditanyakan. Lama dan tampak kurang terawat. Selebihnya adalah beberapa buah sepeda motor dan sepeda biasa.
Dalam lagunya, Iwan Fals menggambarkan seorang guru sebagai sosok yang menyedihkan dalam lagu Oemar Bakri. Penampilan sederhana seorang guru berbanding terbalik dengan muridnya, walaupun dialah sang pencipta orang-orang sukses. Penampilan dengan sepeda kumbang, tas kulit buaya, lengkap dengan segala sikap lugunya menunjukkan betapa tidak kerennya profesi guru pada saat itu.
Di sisi lain, profesi guru bukanlah sebuah profesi idaman. Sekolah-sekolah guru atau pun perguruan tinggi pendidik calon guru dapat dipastikan dipenuhi oleh anak-anak dari tingkat ekonomi menengah ke bawah. Biasanya mereka datang dari wilayah pinggiran atau luar kota.
Hal yang tidak aneh. Sebab para orang tua pada golongan ekonomi menengah ke bawah mempunyai pikiran sederhana. Dengan sekolah di sekolah pendidikan guru, dapat dipastikan mereka akan diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Dengan pengangkatan tersebut, maka paling tidak anak tersebut sudah mempunyai penghasilan. Titik. Masalah penghasilan itu nanti cukup atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting anak sudah mampu mandiri dan tidak membebani orang tua lagi. Begitu sederhananya skenario yang ada di benak mereka.
Demikian pula di dalam kehidupan masyarakat. Sering terdengar ancaman dari orang tua pada anak gadisnya, jika tidak menurut akan dikawinkan dengan seorang guru. Para orang tua saat itu menyamakan menikah dengan seorang guru adalah posisi yang paling sengsara bagi seorang gadis. Sebab secara penghasilan, gaji seorang guru jauh di bawah profesi lain.
Kini zaman telah berubah. Semua gambaran buruk itu hilang seketika. Profesi guru secara perlahan tapi pasti, mulai diidamkan oleh semua orang. Bukti paling nyata adalah saat pemerintah membuka rekrutmen calon ASN Guru, dapat dipastikan peminatnya pasti berjubel. Demikian pula dengan jurusan pendidikan guru di beberapa kampus, peminatnya pun berjubel.
Akan tetapi di balik peningkatan kesejahteraan itu, ternyata banyak hal baru yang tidak diketahui masyakarat. Peningkatan kesejahteraan ternyata berhubungan pula dengan munculnya berbagai target yang dibebankan pada seorang guru. Guru zaman sekarang tidak lagi dapat bersantai-santai seperti guru zaman dahulu.
Kemajuan teknologi yang demikian pesat, mengharuskan seorang guru harus mampu beradaptasi dengan semua itu. Sehingga tidak heran beberapa guru dari golongan tua dibuat pontang-panting untuk mengikuti alur ini. Hal inilah yang tidak diketahui sebagian masyarakat. Enak sih jadi guru, tapi yang enggak enak tuntutan kinerja yang begitu luar biasa. Yang namanya enak mungkin kalau gajinya gaji sekarang, tapi tuntutan kerjanya seperti zaman dahulu. Hehe ….
Lembah Tidar, 29 Januari 2023
Baca juga :
Ikuti lini masa CAPTWAPRI.ID agar tidak ketinggalan informasi selanjutnya.
3 Comments