Resolusi Diri di Tahun 2023
Oleh : Lies Lestari
Kalender meja tahun 2023 terlihat duduk manis diatas meja ruang tamu. Seolah dia sadar kalau angka-angka di tubuhnya akan sering dilirik oleh saya setiap hari. Pastinya ada tanggal-tangal yang saya lingkari untuk menentukan rencana-rencana kegiatan selanjutnya, atau kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan, tetapi ada juga kegiatan yang tidak perlu saya lingkari pada angka-angka di kalender itu.
Lembar per lembar pada kalender terus berganti mengikuti bulan berjalan. Rencana-rencana apa saja yang sudah dilaksanakan dan apa saja yang masih tertunda ? Tahun sudah berganti, tetapi saya merasa masih ada tuntutan-tuntutan tahun lalu yang belum tercapai baik yang sudah tercatat ataupun yang tidak tercatat.
Sudah saatnya saya harus bisa meresolusi diri saya di tahun ini. Yuk..kita pahami dulu apa sih arti Resolusi ? kayaknya keren banget untuk diucapkan. Menurut BBI, kata resolusi berarti suatu “putusan atau kebulatan pendapat yang berupa permintaan ataupun tuntutan.” Resolusi juga bisa diartikan sebagai pernyataan tertulis yang berisi tuntutan tentang suatu hal. Berarti, saya sudah harus menuntut diri saya untuk melakukan sebuah keputusan yang arahnya menuju sebuah langkah perubahan yang positif.
Tahun ini saya masih diberikan kesempatan untuk menyusun resolusi-resolusi yang belum tercapai di tahun lalu dan yang akan menjadi wacana kedepan. Sudah seharusnya disetiap perjalanan hidup ada hal yang harus kita capai. Perlu juga kita mulai menulis apa saja yang akan menjadi target kita di setiap tahunnya, kalau bisa tercapai sesuai waktu yang dijawalkan, patut kita syukuri dan dijadikan motivasi untuk kedepannya. Apabila belum terpenuhi, perlu kita instropeksi diri mencari kekurangan dan mencari solusi pemecahannya.
Sebuah tuntutan apabila berhasil terlaksana dengan sukses, pastinya keinginan setiap orang. Misalnya, mendapatkan jabatan yang diinginkan, harta yang bisa terkumpul, sehingga bisa jalan-jalan untuk wisata, atau bisa membeli barang-barang yang mewah. Sepertinya daya khayal bisa dipergunakan sebagai motivasi untuk tercapainya tuntutan-tuntutan kita, tetapi semua itu tetap harus disesuaikan dengan kondisi kemampuan keuangan kita, karena kalau tidak bisa terwujud yang ada hanya sakit hati dan putus asa.
Resolusi terkadang dikaitkan dengan hal-hal tentang kesuksesan duniawi semata, tetapi saya terkadang suka lupa, bahwa ada resolusi yang paling penting dalam kehidupan, yaitu yang terkait hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Esa. Saya perlu juga analisa kembali kualitas dan kuantitas ibadah yang saya lakukan, karena menurut saya masih banyak pembenahan di sana sini.
Saya sebagai seorang ibu juga mempunyai resolusi dan harus tercapai di setiap tahunnya. Salah satunya yang terpenting adalah membesarkan anak, dalam hal ini diperlukan resolusi untuk mencukupkan mereka dengan bekal pendidikan agama, akademis dan kesiapan mental yang bertujuan untuk dapat membentuk karakter anak yang siap untuk terjun di tengah masyarakat.
Apakah anak-anak saya rajin membaca Al qur’an setiap harinya ? sudahkah anak-anak saya sholat 5 waktu tanpa bolong ? Hal ini tentunya perlu contoh dari saya sebagai seorang ibu, agar mereka bisa melakukan hal yang sama. Terkadang kegiatan-kegiatan di luar rumah yang membuat kualitas ibadah saya berkurang, berarti saya belum sepenuhnya bisa mengatur waktu dengan baik. Naah.. hal ini harus menjadi prioritas saya untuk meresolusi langkah saya di tahun ini terkait dengan manajemen waktu yang sangat berpengaruh terhadap hasil resolusi.
Menjadi orang bermanfaat bagi lingkungannya juga merupakan nilai ibadah yang merupakan bagian dari resolusi saya di tahun ini. Bukan berarti saya dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang hanya memiliki kepentingan untuk dirinya semata.
Setiap tahunnya saya juga harus mengevaluasi berapa persen resolusi-resolusi ini bisa terwujud dan yang meleset dari rencana. Saya berharap paling tidak 80% bisa terwujud sehingga mendekati apa yang menjadi tuntutan terhadap diri saya.
Bagi saya secara pribadi, resolusi terbaik adalah melakukan kegiatan yang bernilai ibadah, karena pada dasarnya kitalah yang membutuhkan ibadah itu sendiri, sehingga tidak merasa kewajiban itu menjadi beban. Jangan sampai pencapaian kita satu tahun ke depan tidak terealisasi sama seperti tahun yang lalu dan ini akan menjadi sebuah kerugian yang sangat besar.
Baca juga :
- Jadi Guru Mah Enak!
- Ketika Nyawa Tak Lagi Berharga
- Menjadikan “Hate Speech” sebagai Pelecut Motivasi
- Berdamai Dengan Inner Child Demi Masa Depan
Yuk ikuti terus linimasa CAPTWAPRI.ID agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya.
1 Comment