Merdeka Belajar Ala PAUD
Dua tahun lalu saya pernah mengajar murid kelas 1 di sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu di Jakarta. Materi yang saya berikan adalah Bahasa Inggris. Pada awal pembelajaran saya sudah memprediksi akan menghadapi kendala-kendalanya. Siswa-siswa ini adalah anak-anak yang baru lulus dari jenjang PAUD atau TK bahkan ada juga yang belum pernah duduk dibangku PAUD atau TK. Sudah pasti mereka sedang beradaptasi dengan lingkungan baru yang sedang mereka hadapi.
Terlihat wajah-wajah polos yang agak kebingungan, seolah mereka masih butuh pendamping disamping mereka. Bahkan ada juga beberapa anak yang masih didampingi orang tua mereka didalam kelas sampai pelajaran selesai. Menangis didalam kelaspun masih mereka lakukan, tidak peduli dengan istilah jenjang.
“Mama.. jangan kemana-mana, di sini aja” rengek mereka.
“Mama suapin aku” mereka merajuk.
Itulah lontaran-lontaran kata yang spontan dari siswa-siswa yang baru merasakan bangku kelas 1 SD.
Ketika mulai masuk kedalam lingkaran pembelajaran, masih banyak ditemukan anak-anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar. Membaca satu kalimatpun masih di eja satu persatu, meskipun ada juga yang sudah lancar, tetapi hanya seperempat kelas saja. Bagi siswa yang lulus dari bangku PAUD atau TK tidak terlihat terlalu sulit untuk membimbingnya. Tetapi ada juga siswa yang langsung masuk SD karena usia, dan pastinya diperlukan bimbingan yang ekstra supaya mereka bisa menguasai pelajaran dan beradaptasi.
Melihat kondisi ini, saya jadi merasa bersalah ketika seorang anak yang belum siap, tetapi saya menuntut mereka untuk memenuhi target capaian pembelajaran. Membaca kalimat saja belum lancar, tetapi saya sudah menjejalkan kalimat bahasa Inggris yang pastinya lebih sulit lagi untuk mereka terima.
Belum lagi, buku-buku paket pembelajaran yang tebal-tebal sudah disiapkan di tas mereka, bercampur bekal. Saya yakin, anak-anak belum bisa memahami isi buku-buku itu, karena masih perlu bimbingan dari dasar untuk bisa beranjak lagi pemahamannya. Akhirnya saya putuskan untuk memberikan pelajaran bahasa Inggris dengan bernyanyi sesuai tema yang dipelajari. Saat itu yang saya lakukan adalah berusaha membuat siswa-siswa baru ini menjadi nyaman dan riang, sehingga mereka bisa memahami materi dengan perlahan tetapi terserap.
Bimbingan di Masa Transisi
Kejadian yang saya ceritakan ini, banyak terjadi di awal-awal tahun ajaran baru di tingkat Sekolah Dasar. Proses penyesuaian diri anak-anak dengan lingkungan belajar yang baru perlu adanya campur tangan dari guru-gurunya. Sentuhan psikologi sangat diperlukan untuk siswa-siswa baru yang sedang mengalami masa transisi ini. Kondisi yang nyaman harus diciptakan terlebih dahulu agar tercipta suasanya belajar yang kondusif.
Metode Pembelajaran
Sesuai dengan Kurikulum Merdeka, kegiatan pembelajaran PAUD lebih ditekankan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini bertujuan agar penyerapan pembelajarannya lebih efektif dan sesuai dengan tumbuh kembangnya. Tetapi ketika mereka lulus dari PAUD, pada saat penerimaan siswa baru banyak ditemukan tuntutan dari sekolah yang dituju, untuk bisa membaca dan menulis. Kemudian dihadapkan dengan buku-buku paket pembelajaran yang cukup tebal di setiap materi pelajaran. Sehingga manfaat PAUD menjadi kurang jelas.
Inilah yang terkadang memicu para orang tua murid berlomba-lomba memasukkan putra putrinya pada bimbingan les baca dan menulis diluar sekolah. Tujuannya agar putra putri mereka sudah pandai calistung ketika masuk ke jenjang Sekolah Dasar. Pastinya setiap materi pembelajaran mempunyai target capaian yang harus terpenuhi, seiring dengan penggunaan buku-buku paket yang diberikan. Hal ini terkadang membuat kesulitan bagi siswa-siswa kelas 1 untuk mengikuti ritmenya proses pembelajaran.
Sikap Pemerintah
Pada akhirnya terjawab sudah kegelisahan para orang tua murid dan juga para praktisi pendidikan pada jenjang SD, TK dan PAUD. Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor e-0010/SE/2023, tentang Penguatan Transisi Pendidikan Anak Usia Dini Ke Sekolah Dasar Kelas Awal. Langkah dari pemerintah inilah yang ditunggu-tunggu para orang tua murid agar sekolah yang menjadi tujuannya, bisa mengimbangi kemampuan peserta didik baru.
Penguatan Pendidikan
Saya mengambil inti dari isi Surat Edaran tersebut yang terkait dengan PAUD yaitu :
Pada saat penerimaan siswa baru di Sekolah Dasar, tidak menerapkan tes calistung atau bentuk tes lainnya. Kemudian pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik baru selama 2 minggu. Serta pembelajaran yang dipertimbangkan sesuai kebutuhan belajar peserta didik sejak PAUD sampai dengan kelas 2 SD.
Selain itu melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan sehinggga membangun pondasi yang kuat pada anak. Serta melakukan assesmen dengan teknik yang menguatkan sikap positif dan menyusun informasi perkembangan anak untuk diketahui oleh orang tua murid. Pemerintah juga menyediakan alat bantu yang dapat di akses tautannya seperti s.is/booklettransisipaudsd dan platform Merdeka Mengajar.
Bahkan pemerintah mengharapkan disetiap kabupaten atau kota menyelenggarakan Forum Komunikasi PAUD SD. Sebagai wadah untuk berbagi informasi dan koordinasi antara perangkat sekolah di PAUD-SD. Tujuannya untuk membantu mempersiapkan anak mencapai kesiapan ketika menghadapi kegiatan yang lebih bersifat akademik.
Penguatan dimasa Transisi PAUD-SD sangat dibutuhkan, agar hak anak terpenuhi dari manapun titik awalnya. Pasti seorang guru tidak mengharapkan peserta didiknya hanya sanggup menghafal materi pelajaran tetapi tidak memahami isi dan maknanya. Istilahnya, buku pelajaran habis dibahas tetapi tidak paham isinya. Untuk itu dibutuhkan waktu dan metode yang efektif agar tujuannya bisa tercapai, karena pemahaman lebih utama daripada sebuah target.
Yuk, ikuti lini masa Instagram captwapri untuk mendapatkan informasi terbaru lainnya!
Baca juga:
2 Comments