Suasana seremonial pelepasan siswa siswi PAUD kami terasa meriah, para siswa dan siswi dengan balutan baju daerah, menampilkan beberapa tarian. Meskipun kostumnya tampil dengan model yang sederhana, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk tampil di atas panggung. Para orang tua murid dan guru memberikan apresiasinya dengan ikut mengangguk-anggukkan kepala dan sedikit menggoyangkan kepala mengikuti irama.
Setelah prosesi Pentas Seni berakhir, para siswa kelas B yang akan menuju ke jenjang Sekolah Dasar, mengenakan pakaian toga. Mereka berkeliling memberikan setangkai bunga untuk para guru mereka. Kemudian berphoto bersama dengan para guru dan adik-adik kelas mereka, tanpa ada prosesi wisuda yang sakral dan formil.
Kegiatan seremonial ini sudah menjadi rutinitas untuk melepas siswa kelas B bagi lembaga PAUD binaan kami. Pastinya setiap lembaga pendidikan juga merutinkan kegiatan seperti ini, meskipun berbeda-beda pelaksanaannya.
Akhir-akhir ini sedang viral berita di media yang mengemuka tentang pro dan kontra wisuda dari tingkat PAUD/TK sampai dengan SMA. Telah banyak orang tua murid yang mengirimkan bentuk protesnya kepada Kemendikbud, yang menganggap acara wisuda pada jenjang ini hanya pemborosan dan hanya sekedar seremonial semata. Karena, menghilangkan makna dari sebuah prosesi wisuda yang sesungguhnya serta biaya yang membebani orang tua siswa.
Hingga akhirnya Kemendikbud mengeluarkan Surat Edaran No. 14 Tahun 2023, mengenai kegiatan wisuda di bawah jenjang universitas. Himbauannya yaitu untuk tidak menjadikan wisuda menjadi kegiatan wajib serta melarang adanya biaya yang memberatkan para orang tua murid. Artinya, kegiatan seremonial dan wisuda adalah sebuah optional (pilihan), selama ada kesepakatan bersama.
Seperti kita ketahui, prosesi wisuda pada jenjang universitas sudah pasti semua serba terlihat formil dan sakral. Sebagai bentuk menghormati atas kerja keras dan jerih payah selama menjalankan perkuliahan. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya kita simak bersama apa sebenarnya wisuda itu?
Sejarah Wisuda
Menurut bahasa, kata wisuda awalnya berasal dari Bahasa Jawa ‘wisudha’ yang artinya pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan. Prosesi wisuda pun selalu lekat dengan pakaian toga, rupanya toga berasal dari Bahasa Latin ‘tego’ yang artinya penutup.
Pada zaman dulu, pribumi Italia atau bangsa Etruskan selalu memakai pakaian mirip jubah. Kemudian seiring perkembangan jaman, akhirnya University of Oxford dan University of Cambridge sebagai perguruan tinggi pertama, meresmikan pakaian para bangsa pribumi Italia ini untuk prosesi wisuda sebagai simbol kelulusan. Budaya kostum ini terus berkembang hingga saat ini di semua Negara.
Prosesi Wisuda
Pada momen sakral pelantikan wisuda, terdapat seremoni yang memindahkan tali kuncir topi toga dari kiri ke kanan. Menurut Guru Besar Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. Dr. Slamet Widodo, M.S., M.M, “Ketika tali toga secara simbolis telah dipindahkan ke bagian kanan, ada perubahan besar yang terjadi. Mahasiswa akan kembali kepada masyarakat dan menjadi bagian di dalamnya. Setiap ilmu bukan hanya sebatas teori, namun praktik nyata,” paparnya. Artinya, seorang mahasiswa yang sudah lulus, harus siap secara keilmuan dan keahlian untuk terjun dalam dunia kerja.
Seperti itulah makna yang terdapat pada sebuah prosesi wisuda yang terjadi di jenjang universitas selama ini. Oleh sebab itu, beberapa masyarakat melemparkan protes terhadap kegiatan wisuda yang berlaku di jenjang di bawah Universitas. Selain mengeluarkan biaya yang memberatkan, prosesi wisudanya pun telah menghilangkan makna yang sebenarnya. Apalagi kalau dilakukan pada lembaga PAUD/TK karena menganggap perjalanan pendidikannya masih panjang.
Beberapa tahun lalu, seorang donatur yang baik hati telah memberikan beberapa stel baju wisuda untuk PAUD kami. Oleh karena itu, PAUD yang menjadi binaan kami sama sekali tidak memungut biaya dari para orang tua murid untuk menyewa baju wisuda. Anak-anak didik kami memakai baju-baju wisuda tersebut hanya untuk sesi pemotretan. Tidak terpungkiri para orang tua murid merasa bangga ketika anak-anaknya bisa mengenakan pakaian wisuda, sebagai bentuk kelulusan.
Perihal Pentas Seni yang diadakan sebagai bagian dari seremonial, adalah hasil dari kesepakatan bersama antara orang tua murid dengan Komite Sekolah. Tentunya dengan biaya yang mereka sepakati. Sehingga sekolah pun tidak membebani para orang tua murid yang tengah mempersiapkan pembiayaan putra putrinya masuk ke jenjang berikutnya.
Perlunya mempertimbangan kembali untuk meniadakan seremonial kelulusan di tingkat PAUD/TK, karena ada sisi positif dari kegiatan ini. Pentas Seni adalah ajang untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa ketika tampil di atas panggung. Kemudian menjadi suatu kebanggaan bagi para orang tua murid mengabadikan momen tersebut.
Lies Permata Lestari, guru PAUD pencinta literasi
Baca juga:
- Akreditasi PAUD Non Formal, Semudah Tersenyum
- Merdeka Belajar Ala PAUD
- Penerapan Nilai Religius Siswa Melalui Kegiatan Pembiasaan Harian
Ikuti terus lini masa captwapri untuk informasi menarik lainnya!
1 Comment