Saputangan Bernoda (1)
Malam beranjak naik, bulan purnama mulai muncul perlahan. Suara jangkrik dan katak silih berganti terdengar di keheningan malam itu. Siska adalah seorang karyawan disebuah kantor konsultan. Kali ini, ia harus lembur hingga pulang agak larut malam. Karena jalan yang biasa Siska lalui sedang rusak, terpaksa ia pulang melalui jalan sepi dan sedikit penerangan lampu jalan.
Ketika melalui jalan itu, ketakutannya mulai muncul, tetapi ia harus segera sampai, karena ibunya sedang sakit. Siska telah membelikan obat untuk ibunya.
“Bismillahirohmannirrohiim…,” doanya lirih terdengar..seolah seperti selimut yang melindungi dari rasa takut.
Siska berjalan dengan tergesa-gesa, ia ingin dapat cepat melewati jalan ini, rasanya ia ingin bisa terbang agar cepat sampai rumah.
Tiba-tiba… muncul 2 laki-laki menghadang berjarak 3 meter dari tempatnya berdiri.
“Astaghfirullah…,” Siska tersentak, jantungnya berdegub lebih kencang lagi.
Dua lelaki itu makin mendekat, tampak bayangan salah satu menggenggam kayu panjang, dan satu temannya berjalan dengan tangan kosong.
“Mau kemana neng?” tanya lelaki bertubuh gemuk.
“Mari abang antar kerumah,” sahut lelaki bertubuh jangkung.
Karena jalannan agak sedikit remang, Siska tidak terlalu melihat jelas wajah mereka berdua.
“Jangan ganggu saya bang,” pinta Siska sambil melangkah mundur perlahan.
“Ibu saya sakit, saya mau antar obat,” Siska melanjutkan sambil menunjukkan bungkus obat sembari memelas.
“Makanya sini abang antar,” sahut si jangkung sambil tertawa terkekeh.
Tanpa aba-aba lagi, lelaki bertubuh gemuk itu berlari menghampiri Siska, beberapa saat Jangkung menyusulnya. Sontak tubuh Siska hampir terjatuh karena dorongan tubuh si gemuk. Sementara Siska belum sempat berlari, tetapi tangannya sudah berada dalam cengkeraman mereka berdua.
“Tolooong…!!!,” teriak Siska, tetapi suasana begitu sepi tidak ada satu orangpun yang datang.
Siska berusaha berontak sekuat tenaga, tetapi mereka bukanlah lawan yang seimbang untuk Siska.
Tangis mulai terdengar dari mulut Siska.. “Toloong..!!,” suaranya sedikit melemah, bahkan kedua lelaki itu menyeret tubuhnya.
Bungkus obat untuk ibunya, terlepas dari tangannya dan jatuh.
Tiba-tiba.. terdengar gerakan kaki melayang menghantam punggung tubuh si gemuk, dan menghempaskan tubuhnya hingga tersungkur. Maka genggaman tangannya terlepas dari tangan Siska.
“Bruukkk!!” tubuh si gemuk tersungkur ke tanah
Si Jangkung terhenyak kaget, siapa yang telah menendang temannya hingga tersungkur. Ia berbalik badan sambil membuka sarung goloknya. Malam yang remang membuatnya tidak dapat secepat itu bergerak mengayunkan goloknya.
“Bruukk!!” tendangan berikutnya menghantam perut si Jangkung, membuat nasibnya sama seperti temannya,..terjerembab. Kondisi itu membuat Siska berlari menjauhi mereka berdua. Seorang pemuda meraih tangan Siska, sembari menenangkannya. Siska sudah tidak sempat bertanya siapa orang tersebut, ia hanya melihat laki-laki itu bertubuh tinggi dan menggunakan kaos bergaris.
“Heehh..!! siapa kamu!,” bentak si Jangkung sambil bangkit berusaha untuk berdiri.
“Sini..lawan saya!!. Jangan cuma berani bermain belakang !!” tantangnya dengan mengacungkan goloknya.
Si gemuk juga berusaha untuk bangun tetapi rupanya tendangan pemuda itu telah membuat punggungnya terasa remuk.
“Jangan ganggu kita bang..!” pemuda itu akhirnya bersuara. Tangannya masih menyembunyikan Siska dibelakang punggungnya.
“Jangan ikut campur deh !!. Ini urusan saya..kalau macam-macam ayo kita duel!!!,” si Jangkung berlari menghampiri pemuda itu sambil mengacungkan goloknya.
Perkelahian tidak dapat dihindari, pemuda itu ternyata cukup memiliki keahlian dalam karate. Si Jangkung hanya bermodalkan golok dan emosinya yang membakar.
Siska tidak mau meninggalkan pemuda itu sendiri melawan penjahat. Matanya mencari sesuatu yang dapat melindunginya. Akhirnya terlihat olehnya seonggok kayu panjang sekitar tempatnya berdiri, dan ia mengambil secepatnya.
Tiba-tiba.. sabetan golok si Jangkung berhasil mengenai tangan pemuda itu, maka dengan refleks kaki pemuda itu melayang kearah perut si Jangkung untuk kedua kalinya. Ia sangat marah karena serangan si Jangkung yang telah berhasil melukainya. Untuk kedua kalinya pula si Jangkung terjerembab.
Emosi Siska memuncak seketika itu, melihat pemuda itu terluka, tanpa pikir panjang lagi, Siska berlari menghampiri si Jangkung dengan kayu di tangannya.
“Bukk..buukk!,” hantaman kayunya menghunjam kaki dan perut si Jangkung, hingga si Jangkung benar-benar terkapar. Dilihatnya si Gemuk berusaha untuk bangkit berlari dengan susah payah tetapi terlambat, Siska telah berlari sambil mengayunkan kayunya.
“Buukk..bukk!!…Hahh..mau lari kemana kamu!!” teriak Siska dengan penuh emosi.
Si Gendut kembali terjerembab dan tak kuat lagi menahan sakitnya akibat hantaman kayu.
Sang pemuda hanya bisa terpana melihat Siska yang bertubuh mungil langsing telah dengan beraninya melawan dua penjahat itu. Hingga pemuda itu tidak menyadari darah mengalir dari lengannya.
Setelah aksi keberaniannya, Siska berlari menghampiri pemuda itu, lalu mengajaknya meninggalkan dua penjahat itu.
“Ayo mas.. kita lari…” tangannya menarik lengan pemuda itu tanpa pikir panjang lagi.
Seperti hidung kerbau tercocok tali tampar,.. pemuda itu hanya dapat pasrah ketika Siska menarik tanganya sambil berlari.
Mereka berlari dan terus berlari untuk mencari perlindungan dari kejaran para penjahat, malam yang sangat menegangkan.
TO BE CONTINUE….
Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk informasi menarik lainnya!
Baca juga:
Tinggalkan Balasan