Gadis penari itu sebenarnya berpostur paling kecil dari 8 gadis lainnya. Saat membawakan sebuah tarian dalam acara pelepasan kakak kelas, dia ada di barisan depan. Gadis kecil membawakan tari lilin sangat indah dan memesona para pemirsa yang kebanyakan orang tua siswa atau wali murid. Meski dengan kostum seadanya, tidak mengurangi rasa percaya dirinya yang hari itu berusaha benar-benar tampil maksimal. Tari Lilin pun berakhir sukses dan tepuk tangan para pemirsa riuh rendah membahana seluruh ruangan gedung tersebut.
Tari Lilin sederhana tersebut sudah berlangsung berpuluh tahun silam. Namun kenangan manis bagi para penarinya tidak pernah hilang. Bahkan baju, sepatu dan segala atribut tarian saat itu, masih lekat dalam ingatan. Termasuk lilinnya mati menjelang pentas yang sempat membuatnya panik dan ingin menangis. Maklum masih kecil karena baru kelas 2 SD. Dia lupa atau belum tahu bahwa api sekecil lilin akan mudah padam oleh terpaan angin.
Lima hari lalu kenangan itu kembali berputar kala menghadiri Acara Purnawiyata dan Gelar Karya Pembelajaran di sebuah SD dekat rumah. Sejak pagi buta sudah terdengar sedikit kegaduhan di lokasi oleh anak-anak yang tampak berbusana warna-warni menarik perhatian. Ternyata usai subuh mereka sudah mengantri di salon-salon terdekat untuk merias wajah dan rambut mereka demi penampilan di sebuah pentas seni.
Berbagai karya pembelajaran tersaji hari itu. Selain karya para siswa di bidang seni, menampilkan pula berbagai hasil ketrampilan siswa di bidang kewirausahaan dan perniagaan. Di bidang seni meliputi; seni suara, seni tari, seni musik, seni pantomim, rebana, macapat, puisi, geguritan dan tilawah. Bahkan beberapa bidang seni pernah menyabet kejuaraan di tingkat kecamatan.
Beragam hasil kerajinan tangan para siswa turut meramaikan acara itu. Baik yg berbentuk lukisan, mainan dari barang bekas, taplak meja bersulam, maupun hasil olahan makanan ringan yang sehat memenuhi stan di bidang wirausaha dan niaga. Bagai pasar mini, transaksi jual beli pun terjadi meski hanya sesaat karena persediaan barangnya terbatas.
Murid-murid kelas satu sampai kelas lima menjadi pengisi seluruh atraksi seni pada acara tersebut. Sebagai salah satu undangan yang hadir, saya pribadi benar-benar terpukau atas penampilan mereka. Demikian pula para undangan lainnya. Raut wajah bahagia dan sumringah tak mampu disembunyikan tatkala menyaksikan penampilan dari putra-putri mereka yang cukup menakjubkan.
Hampir semua undangan yg hadir mengabadikan acara demi acara dengan gawai masing-masing. Meskipun tersedia fotografer yang siap mengabadikan, beberapa wali murid tak mau ketinggalan merekam setiap momen indah yang ada. Mereka berharap kelak menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi buah hati juga bagi orang tua.
Kesan indah dan berharga dalam momen purnawiyata dan gelar karya siswa terkesan sangat mewah. Mengingat gegap gempita hari itu yang tak mungkin akan terulang. Jika terulang di tahun berikutnya, belum tentu sensasinya akan sama karena kesan masing-masing orang berbeda.
Bagi para siswa yg terlibat dalam acara tersebut seolah memiliki tabungan kenangan yang mampu melahirkan aura bahagia di masa mendatang. Dukungan teknologi canggih masa kini, kita dapat menikmati sewaktu-waktu karena setiap momen terekam dalam dokumentasi yang aman dan abadi.
Jika yang terekam adalah hal-hal yang di luar dugaan, misalnya ada sedikit kesalahan saat menari atau menyanyi, tidak lantas menjadi sesuatu yang memalukan. Namun, semua itu akan terasa geli menyenangkan karena boleh jadi ketika pentas masih malu-malu dan yang seperti ini justru lebih mengesankan kelucuan.
Sesungguhnya ada banyak kenangan masa kecil yang lucu dan menyenangkan. Walaupun tak bisa memungkiri ada pula kisah sedih yang mewarnai di sepanjang hidup kita hingga detik ini. Untuk kisah yang membuat hati ini perih sebaiknya tidak perlu kita kenang dan akan lebih baik kita tutup lalu melupakan. Namun, kisah-kisah atau peristiwa yang berujung manis semasa kecil, akan menjadi tabungan kenangan yang mampu menepis dan mengenyahkan sejumlah kepedihan.