Mencoba Untuk Bisa

Tak terasa keringat bercucuran di seluruh badan ini, punggung, dahi, tangan maupun kaki. Mungkin orang lain tidak melihatnya, kecuali memperhatikanku dengan seksama. Sebentar-bentar aku usap dahi ini dengan tisu yang sudah selalu siap di meja kecilku. Keringat yang keluar bukan karena kepanasan, apalagi karena kelaparan. “Dud dug dug”, detak jantungku terasa cepat tidak seperti biasanya. “Tenang-tenang” suara batinku, seraya selalu ingat pesan kedua orang tuaku: “kerja yang baik, eling lan waspodho”. Hari ini adalah hari pertamaku masuk kerja, sebagai pekerja pemula yang belum memiliki pengalaman kerja dimanapun.

Sebelum aku panggil antrean berikutnya, aku lihat dan aku perhatikan teman persis sebelah kananku. Mba Ajeng nama panggilannya. Bagaimana dia melakukan setiap aksinya. Dimulai memanggil antrean, menyapa pelanggan, memberikan layanan sampai dengan semua kebutuhan pelanggan terlayani dengan baik. Selain mba Ajeng ada mas Iwan, mas Sapto dan mba Nana yang sama-sama bertugas di ruangan ini.

“Antrean 4 dipersilakan ke meja 2”. Teriak mas Joni, petugas security yang selalu cekatan, melihat ke sekeliling ruangan, memperhatikan setiap pelanggan dan gercep ketika sesuatu terjadi. “Silakan duduk ibu Ani, ada yang bisa kami bantu? ” ucap mba Ajeng dengan senyum ramahnya. Siapapun yang melihat mba Ajeng ini akan merasa seperti healing di gunung Lawu, Adem. Mba Ajeng ini selalu ramah dan tersenyum kepada setiap pelanggan yang datang, walaupun yang datang itu untuk sebuah aduan.

Mba Ajeng menjelaskan dengan rinci dan terstruktur, menyampaikan dengan data-data yang membuat pelanggan merasa puas, terlayani kebutuhannya. Mba Ajeng tidak segan meminta maaf ataupun meminta ijin kepada pelanggan untuk memberikan atensi kepada mas Iwan, teman yang baru masuk kerja sepertiku.

Waktu sudah menunjukan 15.30, aku baru selesai memberikan layanan pelanggan terakhirku. Plong, jiwa ragaku berteriak kencang, seraya ingin melompat. Iya, kewajiban utamaku hari ini dapat aku selesaikan dengan baik, tinggal menyelesaikan adminstrasi dengan tumpukan berkas yang harus segera aku rapikan.

Aku ambil sebotol air mineral, aku merasakan tetes demi tetes membasahi tenggorokanku. Badan terasa segar kembali, senyum tawaku terasa lepas, tidak ada tembok tinggi yang harus aku lompati lagi.

“Mba Ajeng, maaf…sudah longgar waktunya?” Aku memberanikan diri menggangu konsentrasinya, yang lagi serius di depan layar monitor dengan setumpuk berkas di atas mejanya. “Iya mas Arif”…dengan tersenyum tanpa melihatku. Aku menjadi bimbang dibuatnya, melanjutkan pertanyaanku atau bertahan akan keadaanku. Aku harus segera menyelesaikan semua administrasi di hari ini, sambil sesekali melihat mba Ajeng. Tapi, bagaimana bisa cepat selesai kalau semua tumpukan berkas ini harus selesai hari ini juga dengan tepat waktu, sesuai waktu aku pulang nanti. “Tektektek”…aku pukul-pukul meja ini dengan pensil di tanganku. “Wah”…sudah ada tanda-tanda badan ini tidak bisa konsentrasi kembali. Berharap bisa pulang tepat waktu tanpa menunda pekerjaan yang seharusnya bisa terselesaikan di hari ini juga.

“Mba Ajeng”… kembali aku panggil dengan napas sedikit ditahan. “Maaf mba Ajeng, minta tolong ini cara menyusun laporan dan menyampaikan hasil penjualan di hari ini bagaimana ya mba?” Aku harus memberanikan diri untuk bertanya kembali.  Mba Ajeng belum juga merespon panggilanku, karena suaraku yang mungkin tidak terdengar dengan jelas. Aku mencoba bertanya Mas Iwan, tapi jawaban sudah bisa ditebak, “belum tau Mas Arif, ini juga masih bingung bagaimana menyelesaikannya”. Keringat kembali mengalir disekujur tubuhku. Karena sebelumya aku juga sudah bertanya Mba Nana dan Mas Sapto, keduanya memberikan jawaban yang sama, “pekerjaanku belum selesai, nanti ya”.

Aku memberanikan diri mengulang panggilan dengan agak keras, “Mba…”. “Ok, sebentar ya mas Arif, lima menit lagi ya”… jawab mba Ajeng. Tetap tanpa melihatku juga. “Siap mba Ajeng”…jawabku. Keringatku terasa langsung berhenti, sebagai tanda badan ini langsung merespon dengan baik. Ada harapan yang mengubah situasi hati dan ragaku.

Mba Ajeng ini ternyata salah satu pegawai yang ber-kinerja unggul, prestasinya sangat baik, paling menonjol di antara teman-teman customer service di kantor cabangku. Sebuah perusahaan jasa yang melayani pengiriman barang dalam dan luar negeri. Luar biasa menurutku, mengalahkan 50 orang itu sangat banyak. Selain itu, dari seluruh pegawai  se-kantor cabang sejumlah 340 orang, mba Ajeng ini di kenal humble, terbuka dan mau mendengar. Mba Ajeng dikenal tidak pelit ilmu, dan suka memberikan saran maupun solusi apabila teman-teman membutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Mba Ajeng tertib dan disiplin dalam bekerja. Selalu datang lima belas menit lebih awal, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan sesekali menyediakan diri untuk membantu teman untuk menyelesaikan pekerjaan agar tidak menggangu pencapaian kinerja kantor.

“Ada apa mas Arif”…suara yang terdengar jelas di telingaku. “Ini lho mba Ajeng, menyusun laporan dan menyampaikannya bagaimana ini”…jawabku. “O itu, coba kamu siapkan semua datanya, kemudian coba buka file untuk isi laporannya”. Mba Ajeng membimbingku dengan sabar dan dengan tenangnya. Sesekali tampak senyum-senyum, tetap kelihatan ceria dan tidak kelihatan capek meskipun tadi pelanggan yang datang lebih banyak dari pada biasanya.

“Data-data ini kamu urutkan sesuai transaksinya, kemudian input kedalam file laporannya. Nanti kalau masih bingung boleh bertanya lagi. Aku mau menyelesaikan tugas yang lain”…kata mba Ajeng sambil menulis pada sebuah kertas. “Terima kasih mba Ajeng”…jawabku.

Aku mulai kumpulkan data-data transaksi di hari ini. Dari transaksi ke-1 sampai dengan transaksi ke-121. Aku perhatikan satu persatu, jangan sampai terlewat dan tercecer. Aku perhatikan file laporan dan memahami alur prosesnya. Satu persatu data sudah aku masukkan dalam file laporan. “Wow selesai juga akhirnya”…teriakku. “Mba Ajeng”…aku panggil dengan sedikit meninggikan volume suaraku. “Tolong cek mba, kira-kira udah bener belum ya laporannya?”

Yessss”…keluar suara mba Ajeng, tetap tanpa melihatku. “Besok lagi dari pagi sudah kamu susun rapi untuk setiap berkasnya, kemudian pakai binder kalau perlu supaya tidak mudah tercecer. Dan, misal ada waktu longgar sebelum antrean pelanggan berikutnya bisa di input di file laporan, supaya tidak menumpuk di akhir hari”. Pesan dari mba Ajeng dengan tetap tersenyum.

Banyak hal yang aku dapat hari ini; ada teman yang bisa mambantu dan mendukungku, badan dan jiwa harus siap menghadapi segala situasi dengan sabar dan tenang, dengan mau melihat bisa mencontoh pekerjaan orang lain, dengan mau mendengar bisa menangkap pesan yang disampaikan, dengan mau bertanya bisa mendapatkan jawaban, dan pada akhirnya pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu.

Waktu sudah menjukkan jam 17.15 waktunya pulang. Keluar kantor dengan kaki terasa ringan melangkah, menyusuri trotoar menuju halte bis. Besok aku akan kembali, dengan semangat baru dan lebih percaya diri. “Semangat”….teriak batinku.

 

*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

 

Penulis oleh Herelan Abadi (No. HP/WA 08122566682)