Bulan Ramadhan adalah bulan yang identik dengan berpuasa sebulan penuh bagi yang tidak berhalangan.
Puasa berasal dari bahasa Arab dikenal dengan“shiyaam atau shaum,”yang artinya menahan atau mencegah, menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak tebit fajar hingga terbenamnya matahari, disertai niat, syarat dan rukun tertentu. Seperti biasa orang-orang memikirkan menu takjil untuk berbuka puasa. Takjil berasal dari bahasa Arab yang berarti “segar atau menyegarkan.” Maka, tidak heran kalau takjil itu memang membuat mata kita menjadi segar ketika melihatnya, apalagi kalau sampai mencicipinya. Namun sayang, kalau belum waktunya semua harus kita tahan. Apalagi saat berpuasa godaan syetan begitu besar.
Seiring berjalannya waktu, dan jaman pun mulai berubah semakin modern dan menu takjil pun beraneka macam, kita tidak usah repot-repot untuk mengolahnya. Semua sudah tersedia di warung, baik secara langsung maupun on-line.
Menu takjil beraneka macam. Mulai dari kolak, es buah, gorengan, tidak lupa kurma, dan lain sebagainya.
Senja pun mulai tiba, kami (Aku, Ibu, dan anak bungsuku), seperti biasa melingkar di atas tikar dan di tengahnya menu takjil yang sudah aku tata rapi. Ah….Sudah tidak sabar menunggu datangnya adzan Maghrib.
Saat yang dinanti-nanti pun tiba, akhirnya kami (Aku, ibu dan anak bungsuku).
Ibuku yang berusia 85 tahun, masih kuat berpuasa, bahkan sholat tarawih pun tidak pernah absen, walau sambil duduk karena sudah tidak kuat untuk berdiri. Matanya sedikit rabun dan sebelah kirinya hampir tidak bisa melihat.
Anakku yang baru berusia 9 tahun, duduk di kelas 3 SD, sudah kuat untuk berpuasa sampai Maghrib, dan tarawih pun tidak mau ketinggalan walau banyak istirahatnya plus bercanda bersama teman-temannya.
***
Suara Adzan pun berkumandang di mana-mana, terlebih di Mesjid sebelah begitu terdengar jelas dari samping kanan rumahku. Tidak menunggu lama lagi kami berbuka, namun sebelumnya membaca do’a buka puasa. kami makan kurma sebagai menu pembuka. Selain Mengambil pahala sunnah yang selalu Rasulullah saw lakukan, walau hanya satu biji, makan kurma juga bagus untuk berbuka puasa. Dilansir dari Boldsky. Kurma mengandung nutrisi sehat seperti serat dan gula alami . Jadi konsumsi kurma ketika perut kosong setelah seharian berpuasa bisa menyeimbangkan gula darah dan mengontrol kerja usus, sebelum pencernaan kerja keras dibebani makan besar.
Atau berbuka dengan yang manis lainnya, selain sunnah juga dari segi kesehatan sangat bagus. Karena berbuka dengan yang manis dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dapat meningkatkan nafsu makan, juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kami pun menyantap apa yang ada di depan mata. Begitu semangatnya kami saat berbuka, terlebih anak bungsu kami yang sibuk ngambil sana sini bahkan sampai kewalahan untuk memilih makanan saking semangatnya. Tak lupa air putih juga kolak. Aku persiapkan kolak untuk Ibuku, gorengan, juga sambalnya.
Namun, nahas Ibuku baru saja mau mengambil risoles dan mau mencelupkannya ke dalam sambal, seketika listrik pun mati dan alhasil Ibuku mencelupkan risoles yang gurih itu ke mangkok sebelahnya, tanpa pikir panjang Ibuku pun memasukan risoles itu ke dalam mulutnya dengan perlahan dan tangan yang sedikit bergetar karena sudah tua. Dengan sekuat tenaga beliau memasukannya. Dan.”Auww…”katanya, sambil memuntahkan kembali makanan ynag sudah masuk ke dalam mulutnya.
Sontak kami pun saling berpandangan. “Ada apa, Mi…?”Kami berdua (saya dan anak bungsu) bertanya dengan penuh keheranan.
“Ini sambal apa kolak?” katanya sambil cengar cengir terlihat dari mimik mukanya yang tidak mengenakan. “Kok, rasanya beda?” Ibuku bertanya lagi.
“Emang, Umi ngambil yang mana?” Begitu kami memanggil Ibu dengan panggilan” Umi”
“Yang ini….” Ibuku sambil menunjuk mangkok yang berisi kolak.
Kami pun tertawa dengan geli, terlebih anak bungsuku tertawa sambil terpingkal-pingkal.
“Coba dek, nyalain lampu cargernya.” Dengan sigap anakku pun menyalakan lampu yang sudah dicarger sebelumnya untuk berjaga-jaga sebagai pengganti lampu listrik saat mati lampu.
Entah kenapa akhir-akhir ini di desa ku sering sekali terjadi pemadaman, dan mati lampu secara mendadak. Di saat kami sedang berbuka puasa. Tapi kami tetap berhusnudzon, seringnya mati lampu karena tempatnya masih rawan, banyak pepohon rimbun yang dekat dengan tiang listrik dan rawan tumbang, korsleting juga karena sering turun hujan.
Setelah dinyalakan lumayan sedikit terlihat menu puasa yang tadinya remang-remang. Namun masih saja masih samar tidak sejernih lampu listrik.
“Oh iya, Mi… Itu mah kolak bukan sambal.” Kami pun tertawa lagi juga Ibuku yang sejak tadi sudah ga nahan ingin ketawa.” Ha…Ha….Ha….” Dengan memperlihatkan semua giginya yang tinggal dua.
Kami pun merasa geli dan kembali tertawa. “Ha..Ha..Hi…Hi…”
Kami begitu bahagia walaupun sedang menderita, kami masih bersyukur ditegah sulit dan sedihnya kami, tapi masih bisa menikmati menu buka puasa walau dalam keadaan mati lampu.
Itulah keseruan kami ketika berbuka, ternyata bahagia itu sederhana, bukan karena bahagia melihat orang sedih. Tapi, bahagia karena Ibu masih ada membersamai hari-hariku, baik ketika ada suami maupun sudah tidak ada lagi suami. Namun yang membuatku sedih, aku belum bisa membahagiakannya sampai detik ini. Dan sebaliknya, malah semakin membebani fikirannya.
Aku hanya bisa berdo’a dan selalu mendo’akannya, disetiap sujudku. Semoga Ibuku selalu sehat, semakin istikomah dalam ibadahnya, mendapatkan kebahagiaan di dunia juga diakhiratnya dan kembali kehadapan-Mu dalam keadaan husnul khotimah. Begitu pun kita. Aamiin YRA.
Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk informasi menarik lainnya!
Baca juga:
Tinggalkan Balasan