Tenang, Tidak Ada Pilihan yang Salah

Tahun lalu saya mengalami guncangan yang luar biasa hebat dan membuat saya hampir mau menyerah pada hidup. Saya mulai bertanya-tanya, mengapa saat saya sedang begitu bahagia mendapatkan pekerjaan setelah berbulan-bulan dari kelulusan, saya mengalami anxiety, khawatir, cemas karena mendapatkan lingkungan pekerjaan yang kurang cocok buat saya. Tekanan dari perusahaan cukup kuat sehingga membuat saya berpikir ulang apakah perusahaan sekarang cocok untuk saya bertumbuh menjadi baik atau tidak?

Mendapatkan pekerjaan baru tentu senangnya bukan main, namun saat saya baru masuk beberapa minggu bekerja, ada beberapa atasan saya mengajarkan suatu hal yang kurang sesuai dengan hati nurani saya. Waktu itu saya bekerja sebagai sales, dan pekerjaan tersebut memaksa untuk menggiring konsumen untuk belanja produk yang saya tawarkan. Mereka menawarkan bermacam bonus menarik sehingga mereka mau membeli produk tersebut. Namun pengiriman bonus tersebut bisa berbulan-bulan baru sampai. Takutnya seperti perusahaan tipu-tipu, untunglah bonus tersebut tetap dikirim. Walau sering ditagih konsumen.

Jika kami tidak mencapai target penjualan pada hari itu, maka besoknya target akan dilipat gandakan dari hari sebelumnya. Saya ikut merasakan baik di sisi konsumen atau atasan saya. Tentu dari dua posisi ini sangat bertolak belakang bahkan saya sampai dicaci maki oleh nomor yang tak dikenal untuk menawarkan produk mereka. Rata-rata mereka lakukan hal itu karena sudah merasa jenuh untuk ditawarkan produk A setiap hari.

Terkadang saya mendapatkan calon customer yang ramah namun tidak membeli produk, padahal tertarik. Mungkin karena pandemi sehingga menjadikan mereka juga berpikir ulang dalam menggunakan uang. Lalu, bisakah Anda membayangkan dari setiap sisi bagaimana saya dilema terhadap mereka yang terpaksa menerima spam chat dari orang asing yang tak dikenal, dan atasan yang memaksa untuk memblasting setiap hari mengenai produk terhadap nomor yang telah tersedia. Dilema? Pastilah!

Kalau saya jadi mereka pasti akan memblokir setiap sales yang produknya sudah tak saya pakai karena suatu kondisi baik barang tersebut tidak cocok atau terlalu mahal. Di sini saya belajar bahwa mencari pundi-pundi uang itu tidak semudah membalikkan telapak tangan ya, pasti ada naik turunnya. Mungkin bagi beberapa orang mencari uang cukup mudah, namun di sini saya merasakan betapa susahnya mencari pekerjaan yang cocok untuk saya dan mendapatkan cuan yang banyak. Tersenyum kecut.

Sales merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan dibenci orang, karena target-target yang diberikan perusahaan kadang tak masuk akal, dan kadang memaksa karyawannya untuk bekerja 24 jam. Capek? Iyalah, yang sambat juga banyak! Tetapi mereka akan memilih orang yang tepat untuk sambat atau orang yang bisa kita percaya.

Dari pengalaman saya bekerja, sebenarnya, banyak juga yang ingin resign, tapi terpaksa bertahan karena belum mendapatkan pekerjaan yang terbaik untuk mereka. Karena setelah pindah pun belum tentu kita bisa beradaptasi dengan baik lagi seperti kantor yang sekarang.

Di tahun tersebut, kesehatan saya menurun karena stress dan gerd. Ada banyak faktor yang membuat saya bisa demikian, tekanan pekerjaan sampai ada hal-hal yang berlawanan dengan nurani saya. Ya, bagaimana bisa saya terus menawarkan produk melalui broadcast (bc) sedangkan saya tahu orang-orang yang saya tuju mereka telah menggunakan produk yg saya tawarkan. Ditambah lagi tahun tersebut, orang-orang sedang banyak yang kehilangan pekerjaan.

Setelah itu saya mencoba mencari perusahaan baru, saya diterima di bidang yang saya inginkan yakni admin support. Ternyata saya juga kaget banyak sekali karyawan yang mengajarkan memanipulasi dokumen sehingga bukan seperti kehendak saya, dan berlawanan dengan yang diajarkan oleh agama. Contohnya, kami disuruh mengutamakan sales namun kasbon-kasbon tersebut ada yang memalsukan alamat, jumlah pesenan, dan saya diminta tolong untuk bekerjasama dengan mereka memanipulasi pendapatan mereka sama seperti senior saya.

Saya akhirnya keluar lagi walaupun keputusan saya berpindah-pindah ini ditentang banyak orang dan banyak yang bilang jangan keseringan batu loncat atau hanya bekerja sebentar diperusahaan tersebut nanti dinilai jelek oleh perusahaan lain. Inilah yang membuat saya anxiety dan hampir depresi di tahun 2021. Banyak sekali gejolak, dan pikiran yang berlawanan dengan hati nurani.

Orang-orang disekitar juga menyarankan untuk bertahan di perusahaan itu meskipun gajinya ga seberapa. Pandemi membuat banyak orang yang dirumahkan. Saya mengerti betapa susahnya mencari pekerjaan, namun saya tetap untuk memilih resign dan melanjutkan freelance dari rumah.

Bukan hanya itu, Segala macam kursus saya ikuti untuk menambah kemampuan saya, kira-kira mana pekerjaan yang bisa saya kerjakan dengan baik, dan mana tekanan yang bisa saya atasi. Walau saya mundur dari perusahaan tersebut dengan penuh penyesalan bahkan menyalahkan diri saya, dan hampir menyalahkan Tuhan karena saya tidak mampu mengatasi tekanan dan omongan-omongan yang menyakiti hati saya, namun setelah beberapa saat saya mulai percaya bahwa Tuhan akan memberikan peluang yang terbaik, dan melindungi saya dari bahaya-bahaya yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti.

Bersyukur sekali untuk waktu-waktu ini, walaupun dibilang kenapa keluar seperti kurang iman bahkan ada yang bilang iman saya mati karena tidak percaya bahwa ada Tuhan yang akan menuntun saya. Saya dulu juga sempat menyalahkan Tuhan karena saya merasa sudah melakukan pelayanan, sudah memberikan semangat pada teman-teman yang membutuhkan, kenapa saat aku diterpa masalah tersebut tetapi tidak diberikan semangat malah dinasehati kurang bersyukur, dan imannya mati?

Percaya tidak percaya saya ada sampai saat ini karena berkat kemurahan Tuhan, biar apa kata orang mau bicara apa? Saya mulai belajar tidak peduli terhadap omongan atau tulisan-tulisan yang tersebar di sosial media yang mungkin menyindir, dan lain-lain. Saya anggap itu bukan untuk saya, atau buat belajar lebih baik lagi. Saya saat ini mulai juga belajar untuk memilah mana yang membangun dan hanya yang iri hati saja. Saya juga percaya bahwa Tuhan yang menuntun saya untuk menentukan pilihan saat ini.

Bersyukur sekali bahwa saat ini bisa memulihkan kesehatan, dan bisa mengerjakan pekerjaan secara freelance dari rumah. Walau pendapatan belum seberapa setidaknya masih terdapat pemasukkan, dan bisa meluangkan waktu untuk menulis.

Ketika suatu musibah datang pada kita, jangan pernah menyerah, apa pun keputusan yang kamu ambil. Jika sudah kamu pikirkan dengan matang maka tenanglah dan percayalah bahwa kuasa Tuhan hadir untuk memberikan pertolongan kepada kita melalui orang-orang sekitar. Dia akan memberikan jalan keluar, ketenangan, dan pekerjaan juga jodoh yang terbaik dari-Nya. Tetapi bedakan apa yang sudah dipikirkan dengan matang sama hanya menuruti ego atau kemalasan, karena dua hal tersebut berbeda.

Tidak apa-apa kamu mengambil keputusan yang sebagian orang menentangnya, yang salah adalah ketika kamu tidak bertanggungjawab atas pilihanmu.