Biarkanlah

Biarkanlah
Sumber Foto : IMG_20231211_190702

Setiap bait nada rinduku

Ku jahit dalam sebuah rajutan cintaku padamu

Untuk tiap kata-kata cinta

Yang selalu datang saat aku memikirkanmu

Akan ku pantulkan dengan cermin kesetianku

 

Agar aku terhindar dari rindu yang menghampiriku

Kan ku biarkan kau yang menungguku

Kan ku coba bagaimana kesetianmu

Agar kau bisa merasakan

Bagaimana rindu itu sebenarnya

 

Agar kau dapat mengerti apa kesungguhan

Bukan sebuah kepalsuan bukan candaan

Yang kau tuduhkan kepadaku itu

Inilah rasanya rindu

Memberatkan diri membuat cemburu

Inilah rasanya rindu

Biarkan kau yang menungguku

 

 

Pena Cinta

 

 

Aku ingin menulis

Menuangkan ribuan kata nan telah mengapung dalam sukma

Aku ingin terus berkarya

Menghadirkan makna dalam goresan tinta

Aku ingin tertawa, tersenyum bahkan menangis melihat keakraban antara pena, kertas, tinta dan kata

 

Meski Tuhan membutakan kedua mataku

Aku sanggup melihat dengan mata penaku

Meski Tuhan melenyapkan bunyi pada daun telingaku

Aku masih sanggup mendengar dengan gesekan mata pena mencabik gumpalan tinta

Meski Tuhan membisukan bada dari pita suaraku

 

Aku masih sanggup bicara dengan goresan tintaku bersama kata

Meski Tuhan memancung kedua kakiku kaku

Aku masih sanggup berlari dengan jemari mengayunkan penaku

Aku masih sanggup berkata “Aku masi sanggup hidup!”

 

Meski tanpa mata

Meski tanpa bicara

Meski hening tanpa suara

Meski harus mematung dalam diam

Ya, aku masih sanggup berkata “Aku sanggup!”

Tapi bagaimana jika aku kehilangan salah satu dari mereka?

 

Kehilangan tinta mengisi pena

Kehilangan pena menggoreskan kata

Kehilangan kata-kata menjadi makna

Atau kehilangan kertas menjadikan karya

 

 

Penantian Tiada Arti

 

Saat keinginan berlayar tak tertahan

Ku bawa hati mengarungi samudera nan terbungkus awan

Indah, seindah rasa menyelimuti harapan

Tentang asa, cita-cita dan masa depan

 

Ku penuhi perahu dengan segumpal cinta

Ku gantungi secercah cahaya sebagai penyerta

Ku hiasi dinding-dindingnya dengan rindu yang sejuta

Ku ayuh sesekali dengan cemburu dan air mata

 

Dan…

Ketika perahu terlalu sarat akan beban

Ketika terbentuk hasrat memiliki perahu tambahan

Ketika aku tak sanggup mengayuh sendirian

 

Aku tergulung ombak demikian kencang

Terguncang keras menerpa bebatuan karang

Meninggalkan cerita tentang harapan terbuang

Mengikis gumpalan cinta yang terlanjur memberi terang