CAPTWAPRI.ID – Filsafat pelayaran erat kaitannya dengan kapal, pelaut, dan perempuan. Pelayaran merupakan suatu kegiatan yang telah dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu kala. Tak hanya sebagai sarana transportasi, namun pelayaran juga memiliki nilai-nilai filosofis yang mendalam. Kegiatan ini melibatkan banyak elemen seperti kapal, pelaut, dan perempuan yang masing-masing memiliki peran penting dalam menjalankan misi pelayaran.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang filsafat yang terkait dengan pelayaran, seperti nilai-nilai keberanian, ketahanan, dan kerja sama yang seringkali dihadapi oleh para pelaut. Selain itu, kita juga akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai peran perempuan dalam dunia pelayaran, mengingat bahwa perempuan masih dianggap sebagai minoritas di dalam profesi ini.
Baca juga: Pengamat Maritim: Urgensi Implementasi i Voting bagi Pelaut pada Pemilu 2024
Ruang Lingkup
Ketika manusia mampu berpikir secara sistematis, kritis, bahkan radikal, manusia tersebut telah berfilsafat. Filsafat bukan hasil akhir melainkan proses berpikir menggunakan logika untuk mengevaluasi segala kemungkinan sebelum menerima atau menolak sebuah informasi. Penolakan maupun penerimaan sebuah informasi bisa berubah setiap saat hingga menemukan kebenaran hakiki (Takwin, 2001).
Epistemologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mengupayakan, memroses, mencari, menanyakan, memburu sebuah kebenaran (kebijaksanaan). Epistemologi pelayaran merupakan ilmu kebijaksanaan yang berasal dari 3 (tiga) suku kata yaitu pe, layar, dan an, atau perjalanan melalui laut dan segala sesuatu yang berhubungan dengan berlayar. Seperti halnya beragam obyek material ilmu filsafat, pelayaran secara filosofis juga terdiri beragam obyek seperti nahkoda, kapal, anak buah kapal dst dst.
Pada tahun 1940, Ibu Soed menciptakan lagu berjudul Nenek Moyangku Seorang Pelaut. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “nenek moyang” berarti orang dulu yang menurunkan kita (leluhur). Sedangkan “pelaut” adalah profesi orang yang pekerjaannya berlayar di laut yang memiliki pengetahuan, teknologi, kepelautan. Pengetahuan pelayaran terus berkembang oleh hadirnya referensi, intuisi, argumen, idea, konsep, perseptual dan kesaksian seseorang.
Kapal
Sejak dulu hingga hari ini, kita masih mengenal Kapal Layar atau Perahu Layar. Sebagaimana istilah “layar”, kapal tersebut bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain menggunakan kekuatan dan arah angin. Ketergantungan pada angin tidak serta-merta bisa memerintah angin, maka kapal tersebut harus diatur sedemikian rupa agar sampai di tempat tujuan dengan selamat.
Jika kapal tidak bisa memaksa angin berhembus kemana, sekeras apa, kapan saja, nahkoda harus bisa mengatur layar dan kemudi hingga sampai tujuan. Sebagai manusia, kita tidak dapat mengatur kapan masalah itu datang, bagaimana masalah itu datang, sekeras apa masalah datang. Meskipun demikian, sebagai pemikir kita bisa mempelajari akar masalah untuk terus melaju menyongsong masa depan.
Nahkoda Kapal
Suatu hari seorang filsuf melakukan perjalanan jauh menggunakan kapal laut. Diatas kapal, sang filsuf berkenalan dengan nahkoda, namun tidak menunggu waktu lama keduanya langsung akrab. Keduanya bercerita tentang kehidupan, tukar-menukar pikiran yang diketahui, termasuk belajar tentang ilmu filsafat.
Perasaan setara terjadi diantara nahkoda dan filsuf, tidak merasa lebih tinggi dan tidak merasa lebih rendah. Kata sang filsuf, seorang profesor yang ilmunya menjulang tinggi saja tetap membutuhkan uluran tangan seorang nahkoda untuk menyelamatkan dirinya dari tenggelam di lautan luas. Mereka bersepakat bahwa seluruh makhluk hidup memiliki kehebatan dan kelebihan masing-masing.
Perempuan dan Pelaut
Dunia pelayaran tidak dapat dipisahkan dari kapal dan laut, untuk berlayar menggunakan kapal sebagai alat serta laut sebagai medianya. Kapal perlu mengapung di air (benda apung) untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan bantuan layar atau mesin. Sedangkan sekelompok kapal disebut perkapalan, dengan kata lain pelayaran adalah perkapalan.
Kapal dimaknai sebagai perempuan karena peran dan bentuk bangunanannya. Pada awalnya kebanyakan pelaut atau anak buah kapal berjenis kelamin laki-laki, mereka melakukan perjalanan jauh berbulan-bulan meninggalkan istri maupun keluarganya. Karena itu, kapal bisa disebut sebagai istri pertama yang mendampingi pelaut long lasting dibandingkan istri yang sesungguhnya.
Selain itu, kapal juga mempunyai perut yang dapat diisi dengan berbagai macam muatan hingga penuh, layaknya istri hamil. Dan, ketika kehamilan membesar segera dilahirkan selayaknya kapal membongkar muatan dari perut palkanya. Jika diperhatikan dari atas, bentuk badan kapal menyerupai alat kelamin wanita (huruf “V”), sehingga dalam komando pemanduan kapal mengenal istilah steady as she goes, atau perempuan berlayar lurus kedepan.
Kabin nahkoda berposisi di sisi kanan bawah anjungan kapal. Hal ini, bertujuan saat nahkoda memimpin perjalanan kapal, ia selalu dalam keadaan siap bertindak cepat ketika kapal mengalami bahaya. Mengapa? Saat poros baling-baling berputar gerak reaksi kapal ke kanan sehingga sisi lambung kanan kapal dianggap sebagai sisi aman, maka sisi aman ditandai lampu hijau (green) dan sisi kiri (tidak aman) ditandai lampu merah (red).
Baca juga : Pers Rilis; Terapkan Kebijakan Kelautan Indonesia untuk Wujudkan Jalesveva Jayamahe
Penutup
Pelaut adalah seseorang yang pekerjaannya berlayar di laut atau seseorang yang mengendarai kapal, sekaligus merawat serta melayani kapal. Sekumpulan pelaut berada diatas kapal untuk mengendalikan pergerakan kapal. Selain nahkoda, diatas kapal terdapat sekumpulan pelaut yang disebut Anak Buah Kapal atau ABK.
Filsafat pelayaran mencakup pengetahuan, kecakapan sekaligus pengenalan secara proposional. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, berpikir secara kritis adalah upaya seseorang dalam menghubungkan berbagai fakta (realitas) untuk mendapat gagasan tentang sebuah persoalan. Memikirkan pelayaran secara terus-menerus merupakan sebuah kegiatan mendapatkan paradigma perkapalan, kepelautan, serta kemaritiman. Inilah, filsafat pelayaran.
Wahyu Agung Prihartanto, Master Marine dari PIP Semarang.
4 Comments