Captwapri.id – Anti-intelektualisme telah menjadi benang merah yang berliku-liku (empiris) dalam kehidupan politik dan budaya kita, pandangan ini memupuk anggapan keliru bahwa dalam demokrasi “ketidaktahuan saya sama derajatnya dengan pengetahuan Anda.” (Penulis fiksi ilmiah, Isaac Asimov, 1980).
Hal yang Perlu Diketahui dari Fakta dan Opini
Anda pernah mendengar istilah “fakta atau opini”, menurut anda mana lebih penting diantara keduanya? Secara spontan anda pasti mengatakan fakta. Eitt…! jangan tergesa-gesa dulu. Pernahkah anda memperhatikan seseorang mengucapkan kebohongan berkali-kali, hingga anda yakin bahwa kebohongannya telah berubah seakan kebenaran. Dalam keadaan seperti ini, fakta semakin tidak penting daripada opini.
Dalam narasi singkat Isaac Asimov sebelum judul, anda dapat menyaksikan sebuah fenomena tragedi penurunan nilai-nilai pengetahuan sejak era 80-an. Akan tetapi, meski orang menganggap pendapat lebih penting dari fakta, tidak lantas merendahkan pengetahuan. Dalam keadaan tertentu, menganggap pendapat lebih mendesak daripada fakta adalah sesuatu yang baik.
Kelemahan dari Fakta
Tanpa anda sadari ketika menyebut sebuah fakta, secara tidak langsung anda klaim kalau fakta itu pasti benar. Bahkan, anda bisa berekspektasi melampaui fakta yang anda ajukan. Namun, anda harus siap menerima kekalahan bila suatu ketika fakta batal oleh sebuah penyelidikan tertentu.
Mungkin, anda pernah menonton program televisi dengan judul “Mitos atau Fakta”, kalian akan mendapati istilah-istilah yang familier di telinga, dan anda baru tahu kalau salah setelah menonton. Contoh, “Anggur merah baik atau buruk bagi kesehatan?” atau “Apakah ada dinosaurus bernama brontosaurus?”dll dll. Hal-hal ini menunjukkan betapa fakta bisa berubah menjadi mitos atau sebaliknya.
Lainnya, anda bisa saja memahami bumi itu bulat, padahal sebenarnya tidak benar-benar bulat. Bumi cenderung bulat di bagian khatulistiwa, namun meyakini bumi seperti bola berbeda jauh dengan meyakini bumi itu datar. Itulah beberapa fakta yang bisa berubah setiap saat.
Dalam esai berlaku relatifitas yang salah. Menganggap bumi itu bulat dan datar adalah salah, tetapi menganggap keduanya salah semakin salah justru terhadap keduanya. Terlepas bagaimana persisnya bentuk bumi, fakta tetap mengacu pada suatu pengetahuan terbaik saat itu.
Dengan demikian, menggunakan fakta sebagai pukulan dalam beragumentasi tidak akan mematikan. Fakta tidak akan mampu mempersuasi seseorang tanpa menyertakan sebuah keyakinan. Apalagi, hanya sekedar suara keras berulang-ulang sembari berteriak, “Tapi ini fakta!” sama sekali tidak akan berdampak apa-apa.
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merencanakan Sarat Air Kapal
Kelemahan dari Opini
Tentang opini. Opini bukan artikel yang membawa diri ke negeri dongeng atau angan-angan, ia juga bukan senjata pamungkas argumen. Opini merupakan penguat pendapat seseorang terhadap suatu topik. Misal, saya berpendapat sains memberi narasi kuat untuk memahami posisi seseorang di alam semesta, sekalipun bukan fakta empiris, tapi menambah keyakinan dalam memahami suatu subyek. Nah, bagaimana sekarang? Kita semakin mudah membedakan mana fakta, mana opini.
Kalau fakta, hanya terbatas pada klaim empiris saja, seperti titik didih zat, timbal lebih padat dari air, atau suhu planet kian memanas. Kalau opini, adalah klaim non empiris, seperti nilai dan preferensi pribadi, makan daging boleh atau tidak, es krim vanila lebih baik dari coklat, dll. Karakternya cenderung ke etika, dan tidak begitu saja mengharuskan fakta mendorong terjadi tindakan.
Pendapat berdasarkan fakta, misalnya, mengetahui bahwa hewan dapat merasakan sakit dapat mempengaruhi keputusan seseorang makan daging. Disini fungsi etika bekerja. Sebenarnya, apa relevansinya bila kita makan daging, apakah hewan merasakan sakit? Tentu tidak, tapi tetap saja etika mengambil peran.
Filsafat Pelayaran: Paradigma Nahkoda, Kapal dan Anak Buah Kapal
Manfaat Fakta dan Opini
Agar opini tidak sekedar menyampaikan keburaman sebuah fakta, maka ia memerlukan pendapat untuk menilai, bahkan menyimpulkan. Untuk itu, pendapat harus melalui pertimbangan yang cermat dalam menyelidiki empiris yang tidak sesuai. Sangat nyaman memang, bila dunia dapat membebaskan permasalahan fakta dan pendapat, meski kenyataannya tidak selalu seperti itu.
Memiliki pengalaman subyektif adalah suatu kejadian fakta. Kita dapat mencegah potensi perdebatan dengan membatasi masalah fakta melalui verifikasi orang lain. Preferensi saya soal es krim semestinya dapat ditunjukkan secara eksperimen melalui pengamatan perilaku saya. Meskipun, orang lain tidak dapat memverifikasi preferensi saya secara independen, karena saya bisa saja berpura-pura.
Harapannya, kita bisa bersepakat bahwa atmosfer mengandung banyak nitrogen dan karbondiosida dengan berbagi metodologi penyelidikan untuk mendapat jawaban. Kita pun dapat menyepakati masalah nilai terhadap pendapat tertentu secara rasional untuk menentukan suatu kebenaran. Tidak elok mempertentangkan fakta dan pendapat, karena keduanya memiliki fungsi serta peran yang saling melengkapi dalam mengambil keputusan.
Dalam kerangka kerja rasional, fakta dan pendapat sama-sama bermanfaat, tapi sekali lagi, ini pendapat saya bukan fakta.
Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Wahyu Agung Prihartanto, Esais dari Sidoarjo
Mengintip Kesibukan Kapal di Selat Lombok
Yuk, ikuti linimasa Instagram captwapri untuk informasi menarik lainnya!
Tinggalkan Balasan