Merawat Pertemanan di Media Sosial

News feed in phone. Watching and reading latest online articles and headlines from smartphone newspaper mobile app. Daily digital information portal and publication. Media and press on internet.

Merawat Pertemanan di Media Sosial

Sebagian besar kita berpendapat bahwa eksistensi sebuah persahabatan di sosmed berdasarkan banyaknya pengikut alias follower. Kalian ingat cerita mitologi “Gajah vs Semut” versi orang-orang tua dulu, semut yang bertubuh mungil berhasil masuk ke telinga gajah, sehingga membuat si gajah bertekuk lutut dihadapan si semut. Filosofi itulah yang mematahkan anggapan sebelumnya, bahwa sebuah pertemanan yang dipercaya meskipun kecil akan lebih baik untuk jangka panjang.

Kini, media sosial tidak dapat dipisahkan dari aktifitas membangun jejaring pertemanan seluas-luasnya. Media selalu menyiapkan fitur-fitur seperti “Orang yang mungkin Anda kenal” dan “Siapa yang harus diikuti”, tanpa disadari untuk memancing pengguna melipatgandakan pertemanannya secara cepat. Dampaknya, pemilik profil merasa tersanjung setelah berteman dengan ribuan pengikut.

Di tahun politik ini peran media offline maupun online sangat penting, mulai dari sekedar pencitraan hingga menggugah emosi seseorang. Seseorang berjejaring sosial bertujuan agar pendapat, minat, aktifitas yang dilakukannya disukai orang lain. Sisi lain, seseorang berjejaring sosial semata-mata ingin menyampaikan saran, dukungan, bahkan bantuan kepada orang yang membutuhkan.

***

Keinginan cepat dikenal diatas mendorong orang-orang berpindah ke jaringan media sosial seperti facebook, twitter, linkedln, instagram dsb. Mereka menganggap dengan platform-platform tersebut, jejaring sosial dapat dilakukan kapan saja. Fasilitas online memang dapat diandalkan, mereka tetap bisa membagikan percakapan tiga tahun lalu dengan “teman” facebook-nya.

Jejaring online memberikan detil-detil kecil berharga bagi para penggunanya. Tapi, tahukah teman-teman? Sebuah penelitian di Kanada justru menemukan fenomena berlawanan dari pemahaman sebelumnya. Dalam penggunaan jaringan online, selain kita mempercayai adanya permintaan atau pemberian sumber daya, kita harus mampu meyakinkan diri sendiri bahwa pertukaran tersebut benar-benar terjadi.

Seluruh kemampuan melihat, memindai, berbagi, mencari, dan menyimpan melalui jaringan media sosial, seharusnya memudahkan kita memberikan semacam advokasi kepada yang memerlukan. Kemudahan jaringan online, memudahkan kita mendapat informasi sekaligus menanggapi secara cepat. Meskipun, kesimpulan penelitian tersebut mengatakan bahwa mereka tidak selalu memiliki keinginan bertanya.

Klirnya seperti berikut, keengganan pengusaha mempromosikan produknya di media sosial dipengaruhi oleh kekhawatiran persepsi orang lain. Persepsi risiko penilaian sosial ini dapat menghalangi pengusaha mendapat sumber daya yang bermanfaat dari jaringan online. Risiko penilaian sosial negatif tidak hanya dirasakan pengusaha melainkan juga media, karena akan ditinggalkan oleh pelanggannya.

Ketika melihat akun lain melalui semua fitur pencarian, terbuka kemungkinan permintaan menemukan jawabannya. Meski demikian, risiko penilaian sosial terhadap jaringan online patut dipertimbangkan. Karena, saat kita memohon bantuan, kita bisa dinilai sebagai individu lemah, sehingga membuat kita malas mencari bantuan.

Kehilangan pengguna sosial media bisa terjadi saat kita menambahkan lebih banyak orang ke jaringan online kita. Jaringan akan terisi oleh semua orang yang kita kenal hingga tidak dikenal, hubungan pribadi, hubungan kerja, sukarelawan, sekampung halaman, hobi sama. Dengan membangun jaringan beragam dan besar seperti itu, menurunkan keinginan kita untuk meminta bantuan.

***

Setelah kita memahami sisi gelap lebih besar lebih baik di jejaring media sosial, kita dapat menentukan jaringan yang dipercaya. Seseorang berjejaring sosial semata-mata ingin menyampaikan saran, dukungan, bahkan memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Perspektif ini memberikan ruang, bahwa jaringan lebih kecil tidak menjadi persoalan serius sepanjang dapat dipercaya.

Memilih teman-teman yang mendukung terhadap segala permintaan yang diharapkan. Jejaring yang dipercaya, cenderung tinggi menerapkan norma resiprotas alias norma timbal balik, karena seluruh anggota merasa berada pada jaringan yang aman untuk pertukaran bantuan. Hal ini dapat diibaratkan semacam selongsong bundar yang dapat digunakan untuk mengalirkan cairan atau gas, sehingga meskipun tidak besar namun terasa berharga.

Maka, jika Anda ingin menggunakan jaringan online yang besar, tetaplah besar. Tapi, jika Anda ingin melakukan pertukaran sumber daya, bangun jejaring yang lebih kecil untuk tujuan khusus di media sosial semakin baik. Dengan begitu, Anda akan senang melakukan kendati secara umum jejaring tatap muka di tahun politik jumlah jaringan lebih besar tetap yang terbaik.

Wahyu Agung Prihartanto, Penulis dari Sidoarjo.

Baca juga:

Yuk, ikuti lini masa Instagram Captwapri agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya!