Judul Buku : Filosofi Perempuan dan Makna Bom
Pengarang : Yuditeha
Jenis Buku : Fiksi ( Kumpulan Cerpen)
Penerbit : Rua Aksara, Januari 2020
Tebal Buku : 160 Halaman
ISBN : 978-6237258537
Pengulas :Fataty Maulidiyah
Fakta Perempuan dalam Filosofi
Cerpen-cerpen karya Yuditeha merupakan salah satu karya sastra yang saya jadikan rujukan dalam memilih diksi dan menjadi motivasi saya berkreasi untuk melahirkan frasa baru. Ide ceritanya memiliki banyak kejutan dan selalu unik sekaligus nyentrik. Saya mengoleksi beberapa kumpulan cerpennya, antara lain : Sejarah Nyeri, Balada Bidadari, Iblis, Cara Jitu Menjadi Munafik, dan Filosofi Perempuan dan Makna Bom.
Buku yang saya ulas merupakan kumpulan cerpen “Filosofi Perempuan dan Makna Bom”, saya pilih karena saya selalu tertarik dengan hal yang berkaitan dengan perempuan. Dalam sebuah catatan pada sampul bagian dalam buku yang ditulis langsung oleh Yuditeha ia menyampaikan ,” Perempuan dan Bom sama-sama berbahaya”. Kalimat ini menurut saya memang mewakili cerita-cerita yang ditulis dalam kumpulan cerpen ini. Ada 21 judul yang beberapa di antaranya menceritakan tentang perempuan. Seperti Perempuan Bernama Pita dan Sebuah Taman, Elsa, Betis, dan Filosofi Perempuan dan Makna Bom. Lainnya bertema kritik sosial.
Cerpen yang menjadi judul sampul buku ini yakni “Filosofi Perempuan dan Makna Bom” menceritakan tentang seorang laki-laki yang berusaha memprovokasi seorang perempuan agar menjadi sosok yang memiliki jiwa tangguh dan bisa menentukan nasibnya sendiri. Sebuah cerpen yang dibingkai dengan ilmu kimia murni, bahkan disebutkan idiom-idiom dan kosakata kimia, seperti isotop, isobar, dan isoton,
Dengan gaya POV 2, sebagai penikmat sastra yang sangat awam, saya masih harus mengulang kembali beberapa kalimat untuk berusaha menangkap pesan yang ada dalam cerita. Sekilas yang saya pahami adalah tentang masalah gender, sesuatu yang harus disadari perempuan agar ia memang memiliki kuasa penuh untuk menentukan nasibnya sendiri yang pesan itu justru disampaikan oleh seorang lelaki.
Masih tentang perempuan, cerpen berikutnya berjudul Dedes, yang mengambil sejarah Betis Ken Dedes yang mengguncang Ken Arok hingga pecahlah prahara dalam kerajaan Tunggul Ametung. Meskipun cerpen ini tidak menceritakan ulang sejarah tersebut, tokoh Dedes yang dimaksud merupakan simbol pesona perempuan secara fisikal maupun jiwa. Selalu mampu menaklukkan laki-laki dalam berbagai ragam perasaan.
Betis Dedes disebut mampu membuat tokoh “aku” merasa kagum dan bisa menghadirkan perasaan mulia, karena Dedes bukan perempuan biasa. Namun, pada akhirnya, penulis menyampaikan pesan dalam cerita itu bahwa perempuan juga sekaligus makhluk yang lemah. Betis Dedes adalah simbol tentang fakta yang ada pada diri perempuan. Kekuatan cerita dalam kumpulan cerpen ini terletak pada diksi-diksinya yang kuat dan mendalam. Memberikan pengalaman pembaca tentang betapa imajinasi manusia terasa begitu fakta.***
Penulis : Fataty Maulidiyah
Editor : Wahyu P
Foto : Dokumentasi Fataty Maulidiyah
1 Comment