Seandainya diadakan survey ke seluruh penduduk bumi, dengan pertanyaan, “Apakah Anda pernah menjadi korban penipuan?”. Saya menduga sebagian besar jawabannya adalah pernah menjadi korban PENIPUAN, entah itu melalui penipuan Skema Ponzi, penipuan investasi, penipuan jual beli, penipuan dengan meminta uang terlebih dahulu, penipuan berdalih orang terdekat sedang mengalami kecelakaan, hipnotis dan masih segudang “M.O” alias Modus Operandi Investasi bodong lainnya.
Belum lama ini seorang kawan begitu “emosi” lantaran saya menyebutkan nama salah satu rekan bisnisnya. “Ah, sudah saya blokir no HPnya, dasar PENIPU!!. Jaman Korona, dia bilang, ”kumpulkan 20 orang, nanti saya akan presentasi tentang “Investasi Robot Traiding”. Intinya dia katakan, “dengan you menyetor Rp. 800.000,00 (harga 1 paket), tunggu aja 1 tahun, you tak usah kerja, duduk- duduk santai tahu- tahu masuk ke you punya rekening Rp. 80.000.000,-. Semakin banyak beli paket investasi semakin banyak pula you punya “cuan”.
Orang macam saya yang gaptek dan nggak mau ribet, yang penting cuan, hanya manggut- manggut saja, ketika dia bilang, “ Analisa keuangannya sudah menggunakan Robot Autopilot yang memiliki teknologi AI (Artificial Intelligence), jadi nggak mungkin rugi”. Tanpa pikir panjang kami semua 20 orang transfer ke rekeninnya.
Setelah 1 tahun, kami mencoba menghubunginya. Jawabannya simple, “sedang dalam proses, ada “peng update an” aplikasi. Teman yang lain mencoba membuka aplikasinya namun sudah non aktif, begitu pula dengan websitenya. “Niat cuan malah amsyong”, keluh kawan saya.
Jangan kaget, aksi tipu- tipu bukanlah hal yang baru. Dari jaman Adam sampai sekarang Adam Jordan yang namanya kasus penipuan sudah ada. Secara prinsip tidak ada yang baru, yang berbeda hanyalah “kemasan” nya, nampak baru dan sesuai dengan kecanggihan zaman sehingga bisa tetap menarik bagi si calon korban.
Jika mau jujur berdasarkan pengalaman saya pribadi yang pernah menjadi korban penipuan dengan beberapa M.O, sebagian besar karena faktor kelemahan yang ada dalam diri saya, yaitu
1. Keserakahan
Hampir semua skema penipuan memanfaatkan kelemahan yang satu ini untuk “membantai” si calon korban. Kebanyakan kita tidak bisa berpikir jernih ketika mendapatkan tawaran uang banyak dalam waktu singkat. Orang yang merencanakan skema penipuan mengerti ini adalah umpan yang paling “endulita” untuk menjaring korban. Walaupun skema investasinya tidak masuk akal, namun si penipu bisa “membuai” seolah- olah skema investasi itu tampak rasional di mata “mangsanya”.
Investor “serakah” jangan harap bisa menggunakan akal sehat. Itu sebabnya meskipun orang yang ada di sekelilingnya bisa melihat kejanggalan dari suatu skema investasi tetapi mereka seolah-olah tertutup dengan HARAPAN yaitu bisa mendapatkan kekayaan. Padahal harapan yang diberikan itu adalah harapan kosong.
Skema investasi yang benar dan legal tentu saja bisa mendatangkan kekayaan, tetapi janji untuk mendapatkan kekayaan tersebut masih dalam taraf yang wajar. Cepat- cepat buang skema investasi yang menjanjikan keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat. Ini tidak sesuai dengan hukum alam dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk kita kehilangan. Ingat, orang yang sudah bisa mengalahkan keserakahan dalam dirinya, tidak akan terjebak dalam skema investasi gadungan yang hanya bermaksud mengambil uang yang kita miliki.
2. Kemalasan
Pemalas adalah orang yang ingin mendapatkan uang tanpa bekerja. Kelemahan ini juga menyebabkan banyak orang jatuh dalam jebakan penipuan. Si penipu berusaha menjanjikan bisa mendapatkan uang tanpa bekerja. Motto “work smarter not harder” bukan berarti kita tidak perlu kerja keras!. Bekerja dengan cara yang lebih cerdas dan benar memang harus dilakukan, akan tetapi jika ada 2 orang mengerjakan suatu pekerjaan dengan sama benarnya, maka orang yang bekerja dengan lebih keras pasti akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Ada 2 quotes dari seorang motivator kelas dunia bernama Zig Ziglar
“Tak ada kesenangan, kepuasan atau sukacita yang besar dengan melakukan sesuatu yang mudah”
“Untuk mendapatkan yang terbaik dari Tuhan memerlukan kesabaran sebab Tuhan bukan tukang sulap. Ada hal- hal yang dapat anda percepat dan ada yang tidak. Segala sesuatu indah pada waktunya.” Dari kutipan di atas menekankan pada pentingnya kerja keras dan kesabaran dalam melakukan pekerjaan. Ada pepatah yang mengatakan “easy come, easy go”. Kekayaan yang diperoleh dengan cepat akan hilang dengan cepat pula.
Menurut Thomas A. Edison, “tiga hal penting untuk meraih segalanya yang berharga adalah bekerja keras, pendirian kukuh dan akal sehat”. Jadi kalahkan sifat pemalas di dalam diri kita, sepanjang kita memiliki sifat ini, akan mudah jatuh dalam jebakan penipuan.
3. Hati Nurani yang Tidak Murni
Hanya mementingkan diri sendiri. Mereka tidak merasa bersalah jika mereka mendapatkan keuntungan yang didapatkan dari kerugian orang lain. Tipe orang seperti ini biasanya mudah jatuh ke dalam penipuan yang menawarkan keuntungan besar. Biasanya mereka tidak pernah berpikir dari mana asal uang yang mereka dapatkan, yach tutup mata sajalah, yang penting prinsipnya tidak apa- apa semua pihak dirugikan asalkan saya diuntungkan. Orang seperti ini tinggal tunggu tanggal mainnya akan “terperosok” ke dalam perangkap si penipu.
4. Kurang/ Tidak Memiliki Pengetahuan
Akibat kurang bahkan tidak memiliki pengetahuan, dengan mudahnya begitu saja percaya dan diperdaya. Karena itu tambahkanlah pengetahuan kita sehingga tidak mudah jatuh dalam skema penipuan. Akal sehat muncul jika kita memiliki banyak pengetahuan di dalam diri kita, itu yang menjadi benteng pertahanan.
Jadi dengan menyadari kelemahan dan mau instropeksi diri sendiri niscaya kita pasti akan terhindar dari aksi tipu- tipu yang marak dan makin kekinian. Sulit bagi kita mengharapkan orang jahat untuk berhenti menipu, tapi kita bisa memperlengkapi diri kita sendiri sehingga tidak menjadi “mangsa” oknum – oknum penipu yang berkedok investasi.
Yuk, ikuti lini masa kami di Instagram captwapri untuk informasi terbaru lainnya!
Baca juga:
Tinggalkan Balasan