Pagi itu, hari Sabtu bertepatan libur kantor, saya bersama seorang teman memanfaatkan waktu mengunjungi Danau Ranu. Seniat awal kami hanya akan mampir sebentar ke lokasi danau sebelum melanjutkan aktifitas lainnya, maka setiba di area danau kami langsung menuju ke samping timur pintu utama yang dibiarkan terbuka tanpa pagar. Kami berjalan diatas galengan saluran irigasi pengairan hingga tiba di pinggiran Danau Ranu, lalu berswafoto dengan mengambil latar belakang danau.
Setelah mengambil beberapa jepretan foto, sambil sejenak melepaskan penat kami duduk-duduk memandangi bentangan danau seluas kurang lebih 1.085 Ha. Dari cakrawala, pandangan mata kuarahkan ke permukaan danau terdekat, dan tampak tumbuhan eceng gondok yang tumbuh secara liar dalam ekosistem danau. Tanaman eceng gondok merupakan tanaman gulma yang dapat menyebar dengan cepat hingga tepi danau dan berpotensi sebagai hama yang dapat mencemari ekosistem perairan danau.
Tentunya dengan tumbuhnya eceng gondok secara liar dapat menjadi perhatian khusus pemerintah setempat karena dengan perkembangan tanaman eceng gondok yang secara liar dinilai dapat menimbulkan masalah kebersihan Danau Ranu Grati ini. Di lain sisi, nyatanya air danau tersebut juga dimanfaatkan untuk kebutuhan pengairan bagi masyarakat sekitar, utamanya persawahan dan perkebunan. Dilematisnya disini, dua kepentingan yang saling bertolak belakang antara kepentingan wisata air dengan kebutuhan pengairan masyarakat sekitar, satunya menghasilkan polusi air sementara air bersih kebutuhan lainnya.
Tak terasa waktu merambat hampir menit ke-30, kami segera beranjak dari lokasi duduk-duduk menuju ke pintu utama kawasan wisata danau. Kami tidak berniat memasuki bagian dalam lokasi wisata, dan cukup mengambil beberapa angel foto dari depan pintu utama. Setelah beberapa gaya terperagakan bergegas kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya.
Sembari menggowes pedal sepeda, saya ngudoroso, “Memang tingkat pencemaran hanya terjadi pada beberapa daerah yang terletak dipinggiran danau, sementara beberapa lokasi lainnya belum mengalami pencemaran. Tapi apakah menunggu semua kawasan danau tercemar oleh eceng gondok baru diadakan upaya penyelamatan terhadap ekosistem perairan danau?” Sudahlah, saya tebaskan sementara pikiran-pikiran itu untuk kembali fokus pada roda sepedaku agar tetap berada di track yang aman dan benar.
Wahyu Agung Prihartanto, CW’s Traveller
Tinggalkan Balasan