
Oleh : Weno Apta Danadipa
Siswa MTsN 1 Sidoarjo
Generasi Z tumbuh di tengah dunia digital yang tak pernah tidur. Mereka hidup dalam arus informasi yang cepat, di mana setiap notifikasi bisa memengaruhi suasana hati dan arah berpikir. Di satu sisi, teknologi menghadirkan peluang tak terbatas untuk belajar, berkreasi, dan berjejaring. Namun di sisi lain, arus digital juga menyimpan potensi distraksi dan tekanan sosial yang dapat mengikis keseimbangan batin. Di sinilah pentingnya integrasi antara bimbingan spiritual dan literasi digital sebagai terapi keseimbangan bagi generasi muda, terutama di lingkungan madrasah.
Madrasah memiliki posisi strategis dalam menjembatani dua dunia ini — dunia spiritual yang menenangkan dan dunia digital yang dinamis. Bimbingan spiritual di madrasah tidak hanya mengajarkan ibadah formal, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kesabaran, empati, dan pengendalian diri. Sementara literasi digital membantu siswa memahami cara menggunakan teknologi dengan bijak, membedakan informasi yang benar dan menyesatkan, serta menciptakan konten yang membawa kebaikan.
Integrasi keduanya membentuk ekosistem pembelajaran yang holistik. Dalam kegiatan bimbingan rohani, guru dapat memanfaatkan media digital seperti video refleksi, vlog motivasi islami, dan jurnal daring untuk mengajak siswa menulis renungan pribadi. Ketika remaja diajak mengekspresikan pengalaman spiritualnya melalui media digital, mereka bukan hanya belajar menulis atau berbicara — tetapi juga belajar mengenali dirinya sendiri dalam konteks zaman yang serba cepat.
Pendekatan ini juga berperan sebagai “terapi digital”. Banyak remaja mengalami kejenuhan akibat paparan berlebihan terhadap media sosial, perbandingan diri, dan tekanan pencapaian. Melalui kegiatan seperti digital detox day, tadarus daring, atau literasi visual islami, madrasah dapat membantu siswa menemukan kembali keseimbangan antara produktivitas dan ketenangan batin. Nilai-nilai spiritual berfungsi sebagai jangkar, sementara literasi digital menjadi kompas yang menuntun arah penggunaannya.
Sebuah riset dari Pusat Kajian Literasi Digital Kementerian Kominfo (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 60% remaja Indonesia mengakses internet lebih dari enam jam per hari, dengan sebagian besar waktu dihabiskan di media sosial. Jika tidak diimbangi dengan pendampingan nilai, paparan ini dapat menimbulkan stres digital dan kehilangan fokus belajar. Oleh karena itu, integrasi spiritualitas menjadi kunci untuk menyehatkan ruang digital mereka — menjadikan teknologi bukan sebagai sumber kecemasan, melainkan sarana dakwah dan penguatan karakter.
Guru berperan penting sebagai pendamping, bukan pengendali. Dengan pendekatan empatik, guru bisa membimbing siswa berdialog tentang nilai dan makna di balik aktivitas digitalnya. Misalnya, ketika siswa belajar membuat konten dakwah kreatif, mereka dilatih menyeimbangkan antara ekspresi diri dan tanggung jawab moral. Dengan begitu, mereka belajar menjadi digital influencer yang membawa kedamaian, bukan kegaduhan.
Lebih jauh lagi, integrasi bimbingan spiritual dan literasi digital juga memperkuat daya tahan mental siswa terhadap tantangan globalisasi. Ketika remaja memiliki akar nilai yang kuat, mereka tidak mudah goyah oleh tren sesaat atau opini populer. Mereka belajar bahwa menjadi religius di era digital bukan berarti mundur dari kemajuan, melainkan bergerak maju dengan arah yang jelas.
Pakar pendidikan modern, Prof. Dr. Azyumardi Azra, pernah menegaskan bahwa “pendidikan Islam yang unggul adalah yang mampu menanamkan nilai spiritual, membentuk karakter, dan sekaligus menyiapkan peserta didik menghadapi perubahan global.” Kutipan ini menegaskan pentingnya pendidikan madrasah yang adaptif — tidak hanya menjaga iman, tetapi juga menyiapkan kecakapan digital dan sosial.
Madrasah, melalui pendekatan integratif ini, sedang menyiapkan generasi yang melek digital, berjiwa spiritual, dan berkarakter sosial. Keseimbangan antara hati, pikiran, dan teknologi inilah yang menjadi kunci utama untuk mencetak generasi Z yang sehat, tangguh, dan bijak di dunia maya maupun nyata.***
Editor : Fataty













Tinggalkan Balasan