Lovalogy

“Apa menurutmu kita berjodoh, Gy?”. “Tentu saja kita, berjodoh, Lova. Kau pikir selama dua tahun ini aku sedang bermain-main denganmu? Meskipun aku sering tidak sepakat dengan pendapatmu, perdebatan kita selalu ada titik temu. Titik temunya adalah perdebatan itu sendiri”, Logy mengacak-acak poni Lova yang sedang asyik berswafoto.

“Apa menurutmu kita berjodoh, Gy?”, Lova bergelayut manja, merebahkan kepalanya di lengan  kiri Logy, tangannya menggamit erat. Keduanya duduk berdampingan sambil menatap  hutan pinus menjelang senja yang sedang jingga-jingganya.

Kamping berdua sering mereka lakukan, dan dengan cara itulah mereka sering berbincang cukup mendalam. Tentang hidup, masa depan, dan cinta. Lova, gadis yang sering mempertanyakan dan overthingking atas hal-hal remeh selalu meminta Logy untuk menjawabnya.

Baginya Logy seperti Wikipedia yang mampu menjawab dengan panjang lebar, jernih, dan mendalam. Dari pertanyaan-pertanyaan Lova itulah kadangkala Logy menemukan sebuah perspektif baru atas sesuatu. Pendek kata, Lova yang terkesan “Noising” itu justru menjadikannya pemikir.

“Tentu saja kita, berjodoh, Lova. Kau pikir selama dua tahun ini aku sedang bermain-main denganmu? Meskipun aku sering tidak sepakat dengan pendapatmu, perdebatan kita selalu ada titik temu. Titik temunya adalah perdebatan itu sendiri”, Logy mengacak-acak poni Lova yang sedang asyik berswafoto.

Meskipun terkesan cuek, Lova selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan remahan, akan tetapi kerap menjadi bermakna ketika dijawab oleh Logy.

“Apakah yang kita jalani saat ini membuat seseorang menderita?”, Lova melepas tangannya yang sedari tadi menggamit manja, dia menatap serius wajah Logy yang sedang menyeruput kopi.

“Mengapa kau bertanya begitu? Ada lelaki yang mendekatimu, mengagumimu?”, sorot mata Logy memandang tajam tepat pada mata Lova, sebuah pandangan yang menunjukkan rasa tidak suka.Lalu Logy tertawa dan menggelengkan kepalanya. Sedangkan Lova menampakkan ekspresi tidak mengerti dengan sikap cowok yang sudah lama mengisi hari-harinya ini.

“Ah! Tentu saja cewek sepertimu banyak yang mengejar. Untuk mendapatkan hatimu itu tidak mudah. Kamu itu seperti merpati, jinak tetapi meloncat kesana-kemari. Namamu indah, Lova, yang berarti cinta. Tetapi kamu sepertinya masih bingung memahami cinta”, kelopak mata Lova mengerjap-kerjap, bulu matanya yang lentik itu semakin membuat Logy merasa gemas. Tangannya tak tahan untuk mencubit ujung hidungnya.

“Bisa jadi seseorang sedang menderita dengan kebahagiaan dan cinta yang kita jalani, Lova. Itu hukum alam. Kenikmatan yang datang pada seseorang biasanya menimbulkan kecemburuan orang lain. Entah seseorang yang mencintaimu, atau yang sedang mencintaiku. Bisa saja mantanmu, mantanku, atau orang-orang yang mengagumimu dalam sunyi”.

Sebenarnya sejak tadi Lova sedang berpikir, tak hanya sungguh-sungguh menyimak kata-kata Logy, tetapi sesungguhnya ada yang digelisahkan Lova.

“Aku tidak bisa bahagia di atas penderitaan orang lain, Logy. Jika aku tahu ada yang sedang sakit dan menderita karena hubungan kita, aku tidak menjalani ini. Hidupku tidak akan tenang. Aku akan lebih memilih mengalah, daripada aku dihantui rasa bersalah yang tidak pernah tuntas. Bagaimana jika dia sakit, lalu mati. Dia depresi, gila,lalu bunuh diri. Aku akan merasa berdosa”.

“Sampai kapan kamu memikirkan perasaan orang lain, dan lebih memperhatikan kebahagiaan jiwamu? Mengapa kamu tidak memilih pura-pura tuli dan membiarkan dirimu bebas dengan menikmati saripati hidup? Aku tidak suka kau seperti ini, Lova. Aku tahu siapa seseorang yang kau maksud menderita dengan hubungan kita. Berhentilah merasa bersalah dan fokuslah dengan apa yang kita jalani. Meskipun kita tidak tahu takdir apa nanti yang jatuh pada kehidupan kita.”

 

Setelah itu hening. Lova dan Logy tidak saling bertemu untuk beberapa lama. Mereka berpisah tetapi belum bisa saling melepaskan. Lova tenggelam dengan berbagai aktivitas, demikian juga dengan Logy. Bahkan mereka tidak saling mengabarkan. Sampai kemudian sebaris teks dari Logy, hinggap di chat whatsapps Lova.

Lova, bisakah kita bertemu?

***

Cerpen pernah dimuat di buku Antologi Cerpen Kuntum-kuntum Kamboja

Penulis bernama lengkap Fatatik Maulidiyah, penulis buku, artikel di berbagai media online. Tinggal di Kota Mojokerto