Untuk Kita Renungkan

⁷Orang tua yang katanya banyak makan asam garam mengerti semuanya, namun hakikatnya mereka seperti anak-anak yang tidak mengerti tentang masa tua. Banyak orang yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi perjalanan masa tua ini.

Manusia ketika mencapai usia 60 tahun akan mulai memasuki fase tua. Sebelum hari benar-benar senja kita harus selalu mengingat beberapa kenyataan yang akan dihadapi dan dijalani sehingga hati lebih dapat bersiap diri dan tenang dalam menghadapi kenyataan hidup. Ketika usia makin tua kita menyadari bahwa makin sedikit orang yang ada disamping kita.

Generasi orangtua kita telah tiada, generasi kita juga banyak yang sudah tidak mampu menjaga diri sendiri. Generasi muda punya kesibukan sendiri, bahkan mungkin suami atau isteri sudah meninggal terlebih dahulu. Yang menemani kita hanyalah hari-hari yang kosong sepi dan sunyi.

Kita harus belajar untuk hidup sendirian dan mengarungi kesendirian yang menjemukan tersebut. Perhatian orang-orang dilingkungan kita makin lama makin pudar, tidak lagi memandang betapa hebatnya kita dimasa-masa sebelumnya, bagaima terkenalnya kita. Setelah uzur kita siap atau tidak siap akan menjadi kakek dan nenek yang biasa-biasa saja.

Lampu-lampu tidak lagi menerangi kita, karena itu belajarlah untuk menyesuaikan diri dengan tenang. Mengagumi keriuhan generasi muda dan kita tidak boleh dan tidak harus ada rasa cemburu ataupun iri hati karena semua ada masanya. Dalam kita mengarungi kehidupan di masa depan, banyak liku-liku hidup dan beberapa penyakit yang pasti kita hidapi seperti pengeroposan tulang, stroke, kolesterol, gangguan lambung, hypertensi dsbnya, semua itu mungkin akan kita rasakan nanti.

Mau tidak mau tetap harus dilalui . Karena itu kita harus belajar menerima hakikat untuk hidup bersama penyakit-penyakit yang kita hidapi, karena mungkin itulah salah satu cara Allah SWT untuk mengurangi dosa-dosa dan kesalahan kita, teruslah perbanyak beribadah, berolahraga sesuai kemampuan kita dan menjalankan pola hidup sehat, serta beristirahat yang cukup, bersemangat untuk memotivasi sendiri.

Mungkin nanti pada masanya kita akan hidup di atas tempat tidur dan kembali ke situasi seperti waktu kita dilahirkan dibumi ini. Setelah melalui kehidupan yang penuh dengan hiruk pikuk dan lika liku, akhirnya kita tetap akan kembali seperti fase awal yaitu tempat tidur. Disaat seperti inilah kita dijaga orang lain.

Yang membedakannya dulu kita dijaga dan dirawat ibu, namun nanti belum tentu ada ahli keluarga yang sanggup menjaga dan merawat kita. Kalaupun ada mungkin dipisahkan oleh jarak sehingga tidak bisa setiap saat ada disamping kita, yang pasti akan sangat jauh perbedaanya dengan jagaan dan rawatan setulus seorang ibu. Bahkan mungkin yang menjaga dan merawat kita adalah perawat yang telah digaji oleh anak-anak kita.

Difase ini kita tetap harus merendahkan diri dan mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena kita masih diberikan kesempatan untuk beribadah dan bertaubat. Sehingga di akherat kelak kita tidak terlalu banyak menanggung beban dosa dan jangan berkecil hati karena keadaan ini sebenarnya Allah juga sedang memberikan kesempatan kepada anak-anak kita untuk beribadah dengan menjaga dan merawat orang tuanya.

Sebelum penghujung hidup ini, ‘tahap terakhir’ perjalanan hidup sebagaimana senja dan malam makin gelap. Tentunya peringkat ini akan lebih menyusahkan kita. Karena itu setelah usia 60an kita harus berlapang dada “take it easy” terhadap kehidupan.

Nikmati hidup ini, syukuri yang ada, tidak perlu terlalu peduli pada hal-hal yang remeh, tidak usah terlalu peduli pada urusan kecil anak cucu. Persiapkan suasana hati sehingga siap dalam menghadapi perjalanan ini dengan santai dan wajar. Selamat menjalani hari tua dengan bahagia dan senantiasa mendekatkan diri pada Allah SWT Sang Maha Pencipta.

Kupersembahkan Karya ini untuk Ayah dan Ibu ku terima kasih atas semuanya, walaupun sebesar apapun terima kasih kami tetap tidak akan pernah dapat menutup dari apa yang telah kalian berikan selama ini.

Danang SA – Ciledug saat mulai Senja