Mata ini terasa seperti salah lihat manakala pada pagi hari membuka tulisan Akbar Avandio di portal Bisnis.com, secara spontan berulangkali tangan melakukan aksi kucek mata saat melihat judul artikel “Darurat Speech Delay, 20 persen Anak RI Alami Terlambat Bicara”. Wooow…. Angka yang cukup fantastis. Artinya dalam setiap 500 anak ada 100 anak yang mengalami penyimpangan (deviasi) perkembangan berupa speech delay. Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi generasi unggul pada periode emasi tahun 2045 jika saat ini saja mengalami hambatan perkembangan?
Istilah speech delay, sebagaimana dilansir dalam situs sehatq.com diartikan sebagai gangguan komunikasi yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam berbicara. Ada apa gerangan? Mengapa terjadi hal demikian?. Secara umum, memang ada beberapa penyebab gamgguan perkembangan speech delay, diantaranya, gangguan pendengaran, gangguan mulut, kurangnya stimulasi, terlalu banyak screen time, autisme, kelainan neurologis dan lain-lain. Masih seputar angka kenaikan anak speech delay yang meroket hingga 20%, ternyata merupakan sumbangan dari situasi pandemi Covid-19 yang mana menuntut keluarga – keluarga untuk beraktivitas di dalam rumah.
Biasanya para orang tua banyak memberikan tontonan televisi atau bermain game di gawai mereka. Mungkin pilihan tersebut diambil karena praktis dan bisa “menghipnotis” anak untuk bisa diam dan tidak banyak menuntut. Secara tidak disadari kita para orang tua telah memberikan jenis stimulasi yang kurang tepat dimana selain memancarkan gelombang elektromagnet yang kurang sehat, televisi dan gawai memberikan input stimulan yang satu arah (literal) dan tidak memerlukan respons jawab berupa dari anak- anak.
Dampak Speech Delay terhadap Aspek Perkambangan Lainnya
Mengapa Speech Delay harus diusung ke permukaan dan dianggap serius? Bukankah tidak mengancam jiwa dan keselamatan penderitanya?Keterampilan berkomunikasi dan berbahasa berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya terutama dalam tata kelola emosi. Anak yang kesulitan berbicara tentu akan lebih emosional karena kurang mampu mengekspresikan perasaan maupun keinginannya. Efek negatif lain dari speech delay adalah berupa kesulitan atau kegagalan dalam bergaul dengan teman sekelompoknya (peer).
Keterampilan bersosialisasi ini seharusnya sudah mulai diperkenalkan saat usia 3 tahun, dimana pada usia ini si kecil mulai mampu mengungkapkan keinginan, memahami hak orang lain, menunjukkan sikap berbagi, berbagi peran dalam permainan. Ketarampilan gaul-sosial sangat penting dalam perjalanan perkembangan anak untuk masa depannya dalam meraih cita- cita, memiliki berdaya saing optimal, dari mulai usia anak-anak itu sendiri, mengukir prestasi saat remaja maupun dewasa, dan saat harus menjalani kehidupan bermasyarakat serta bertetangga sesuai norma- norma yang ada.
Jenis Stimulasi yang Tepat
Dari maraknya kejadian yang menimpa sebagian batita tersebut, patutlah jika kita bertanya – tanya : “Bagaimana sebaiknya kita sebagai orang tua memberikan stimulasi yang tepat agar terhindar dari speech delay?” Mengenai jenis stimulasi untuk anak dalam mengatasi permasalahan terlambat bicara, hal utama dan pertama lakukan adalah menghentikan paparan screen time yang berlebihan.
Nah, untuk menggantikan paparan screen time pada anak, kita bisa merancang sejumlah kegiatan yang mendukung perkembangan aspek berbahasa, diantaranya :
- Bermain permainan konkret , biasanya, untuk anak 0-2 tahun gaya bermain masih soliter/ bermain sendiri, tidak perlu kuatir, sepanjang mereka tertarik terhadap mainan konkret, artinya daya imajinasi si kecil terus berkembang. Jenis mainan konkret bisa beragam pilihan, mulai dari 2 dimensi sampai 3 dimensi. Untuk yang 2 dimensi bisa berupa gambar- gambar binatang , gambar benda – benda sekitar yang familier dengan anak dengan corak dan warna warni yang menarik, buku dengan jenis bahan khusus yang tidak mudah robek dan washable. Untuk yang 3 dimensi bisa bermain miniature kendaraan , miniature binatang, miniature tanaman, lego, maupun jenis mainan yang bersuara dan menyala ( miniature alat music , lampu kelap kelip dll)
- Bermain interaktif ( anak dan orang dewasa atau anak dengan sebaya nya ) , mulai dari permainan fisik maupun verbal. Permainan interaktif fisik misalnya permainan gelinding bola, lempar tangkap bola, bermain congklak. Sedangkan bermain verbal dapat bernyanyi sebagian lirik lagu, kemudian anak diminta meneruskan lirik nya, bisa juga bercerita / mendongeng singkat + 5 menit melalui intonasi dan ekspresi wajah dan tubuh yang menjiwai isi cerita, hal ini akan memukau anak untuk tetap stay tune mendengarkan cerita dengan baik.
- Menulis dan menggambar dengan spidol berwarna. Ini akan menjadi aktivitas favorit si kecil, dimulai dengan kegiatan mencoret bebas sambil mengenalkan tulisan nama diri dan temannya, mengenalkan inisial dll. Juga kegiatan menggambar menjadi pilihan menarik , apalagi jika dalam proses menggambar kita sertakan cerita yang terjadi maupun gambar-gambar yang aneh dan lucu.
Peran Penting Orang Tua dalam Stimulasi Anak
Tidaklah sulit mengajak si kecil bermain dan berkomunikasi melalui aktivitas keseharian, yang terpenting adalah menciptakan hubungan emosional yang positif dan selalu bergembira dengan cara yang tepat. Yang diperlukan adalah kemauan dari kita selaku orang tua dalam meluangkan waktu untuk menciptakan suasana permainan yang menyenangkan dan berkualitas. Melalui bermain konkret (bukan gadget dan TV) secara otomatis panca indera anak akan terasah secara merata dan keterampilan motorik serta bahasa pun akan berkembang sesuai usia nya. Bagaimanapun, anak adalah calon generasi penerus yang harus memiliki daya saing dan keterampilan sosial yang mumpuni.
Kecakapan bermain yang tuntas dan puas dapat menjadi fondasi perkembangan balita selanjutnya , yaitu kesiapan memasuki dunia sekolah, sehingga kecakapan yang telah dimiliki membuat anak lebih siap belajar baca, tulis, hitung, yang kita ketahui bersama menjadi tantangan yang cukup berat jika kita perhatikan di buku-buku pelajaran anak sekarang. Semoga “badai” 20% anak speech delay sebagai reaksi ikutan dari situasi pandemi covid-19 segera berlalu dan dapat ditanggulangi oleh keluarga-keluarga cerdas Indonesia, ataupun profesi terkait yang memiliki kewenangan dalam penanggulangan keterlambatan bicara dan bahasa.
Tinggalkan Balasan