Sibling Rivalry ALa Tasya dan Tasyi

Tasyi Athasyia dan Tasya Farasya, dua saudara kembar yang lahir pada tanggal 25 Mei tahun 1992 di Jakarta. Keduanya pun sama-sama berprofesi sebagai  selebgram, youtuber dan beauty vlogger. Tasyi memiliki nama lengkap Luly Attasiya dan Tasya adalah Lulu Farassiya, anak kembar ini adalah putri dari sepasang suami istri tajir melintir yaitu Alawiyah Alatas dan Wiwi Alawiyah. Terlahir dari  pasangan pengusaha konglomerat tentu saja menjadi nilai tambah plus, selain keduanya dikaruniai wajah yang memang cantik jelita.

Tetapi baru-baru ini si kembar berdarah Arab Indonesia itu, berseteru dan menghebohkan publik. Netizen pun seakan terpecah tiga sebagian lain kubu Tasyi, dan sebagiannya lagi adalah kubu Tasya, belum lagi yang tampak seolah netral. Sebenarnya apa awal mulanya permasalahan diantara keduanya? Bahkan persoalan ini pun melibatkan Syech Zaki yang notabene adalah suami Tasyi Athashiya sendiri. Konon permasalahan ini telah berlangsung hingga 2 tahun lamanya semenjak video kolaborasi antara Tasyi dan saudara kembarnya itu dibuat.

Kerap menerima perundungan netizen dari video kolaborasi tersebut, Tasyi sangat terluka. Berharap saudara kembarnya itu setidaknya mengatakan sesuatu, mungkin sekedar bantahan atau meluruskan kepada netizen bahwasannya itu hanyalah ‘lucu-lucuan’ demi konten saja. Hanya dagelan senda gurau wujud dari keharmonisan kakak beradik. Tasyi yang harus menerima beragam bentuk perundungan membuat Sang Suami Syech Zaki akhirnya tak tinggal diam.

Pada awal Agustus lalu, keduanya membagikan klarifikasi terkait perundungan yang harus Tasyi terima akibat dari video-video kolaborasi tersebut. Meski sebelumnya telah beredar video berupa klafikasi, mengapa istrinya Tasyi Athasiya tak dapat hadir di acara pesta ulang tahun anak Tasya Farasya saudara kembar istrinya itu. Pada akhirnya jalan yang dipilih oleh Syech Zaki  menuai ragam kritikan, tak sedikit yang mengatakan bahwa Tasyi tengah membuka aib keluarganya sendiri. Apalagi video berisikan klarifikasi itu menjelang peluncuran produk kosmetik baru Tasya Farasya. Sehingga banyak netizen yang beranggapan, sikap Tasyi itu hanyalah untuk mencari perhatian semata.

Syech Zaki sebagai suami menyayangkan sikap Tasya yang diam tanpa mengklarifikasi apa pun. Ramai pula netizen yang berharap, Ibu Ala selaku orang tua dapat memberikan dukungan untuk kedua anaknya itu. Tidak ada bentuk keberpihakan untuk salah satunya, entah itu Tasyi atau Tasya. Tak lama berselang masih di bulan yang sama, di momen ulang tahun ibunda Alawiyah Alatas, Tasyi kembali tersudutkan. Kabarnya Tasyi bahkan tidak mengetahui dimana lokasi perayaan pesta ulang tahun ibundanya itu.

Apakah selesai sampai disitu saja? Kembali di tanggal 21 September 2022, Tasya mengunggah video yang mengejutkan semua pihak. Pada unggahan video tersebut Tasyi mengungkap fakta bahwa saudara kembarnya itu telah menggunakan akun palsu untuk mencaci dirinya. Tentu saja kontan banyak yang menyayangkan kenyataan tersebut. Mengingat mereka berdua adalah saudara kembar sekandung yang sangat diidolakan netizen Indonesia.  Tak sedikit yang menduga konflik antar saudara atau sibling rivalry ini akibat dari perlakuan yang berbeda dari orang tua di masa kecil. Yang kemudian menjadi motif kecemburuan hingga persaingan yang telah diciptakan sejak kecil.

Sibling rivalry adalah konflik antar anak yang tumbuh besar dalam keluarga yang sama. Perselisihan ini rentan terjadi biasanya pada antar saudara kandung. Tetapi apakah pada permasalahan Tasyi dan Tasya  ini termasuk dalam kasus sibling rivalry? Mengingat keduanya adalah sosok perempuan yang telah dewasa seutuhnya, dengan kecantikan dan kepopuleran yang sama. Ternyata dilansir dari WebMD, persaingan antara saudara atau sibling rivalry itu, bisa dimulai dari kecil dan terbawa hingga usia dewasa.  

Pada kasus persaingan antar saudara terutama pada anak kembar, terjadi karena pada masa kecil mereka seolah harus memenuhi harapan orang tua dan kerabat, bahwa segala sesuatunya harus sama. Padahal meskipun mereka adalah kembar, mereka adalah satu individu yang berbeda, baik dari perasaan, keinginan dan kemampuan. Greer (dalam Ariyanto, 2010-red) kembar memiliki tingkat psikologis dan perkembangan yang sama, sehingga hubungan mereka penuh intrik persaingan. Adanya keinginan yang kuat untuk memiliki hal yang sama, baik itu dari perhatian orang tua sampai semua benda yang dipakai baik itu berupa mainan, pakaian dsb.

Tentu saja sikap Bu Ala sebagai orang tua tunggal satu-satunya saat ini diharapkan mampu menjadi penyejuk hati kedua anaknya yang sedang berseteru. Mengakui kelebihan Tasyi dan Tasya secara personal untuk meredam panasnya persaingan antara si kembar ini, bisa menjadi solusi. Menjadi penengah dengan tidak memihak salah satu di antara mereka. Sikap seolah membela salah satu di antara kakak beradik hanya akan memperparah hubungan mereka di kemudian hari. Setidaknya dari permasalahan Tasyi dan Tasya ini, kita selaku orang dewasa menjadi semakin sadar untuk tidak “mbading-mbadingke” anak-anak kita.

Tidak menciptakan api persaingan di hati masing-masing anak yang akhirnya terbawa hingga usia dewasa. Rasa persaingan yang terpupuk subur itu, dapat terbawa sampai dewasa, menciptakan kemarahan di hati anak-anak. Dari fenomena sibling rivalry ini, kita sama-sama menyadari, ternyata ilmu parenting tidak cuma sampai anak kita menikah, pindah rumah, dan usai sampai di situ saja. Wujud orang tua yang diharapkan oleh anak yaitu orang tua yang selalu hadir. Adalah mutlak bagi setiap orang tua untuk dapat hadir baik berupa energi, jasmani berupa sikap, dan perlakuan kepada masing-masing anak hingga mereka dewasa. Agar anak selalu hidup berdampingan, rukun senantiasa hingga masa tua,  bahkan di saat kita telah tiada.

Komentar-komentar netizen semakin ramai, atas perselisihan saudara kembar ini. Banyak yang berharap mereka akur kembali dan berkolaborasi. Tentu saja tak lepas dari dukungan orang tua yang masih ada, mengajak duduk bersama dan menengahi perseteruan ini. Lalu apakah peristiwa yang terjadi pada Tasya dan Tasyi ini, adalah murni karena sibling rivalry? Bisa iya, tapi mungkin saja hanya kesalahpahaman yang berlarut-larut saja. Sudah semustinya kalau kita sama –sama berharap semoga mereka kembali berbincang tertawa bahagia. Mengisi kembali dunia maya dengan hiruk pikuknya video kolaborasi mereka. Membahas apa saja, dan memanjakan mata warganet yang turut menyaksikannya.