Kita lupakan sejenak persaingan yang terjadi di dunia politik saat ini yang semakin memanas, masing-masing pasangan berusaha merebut dukungan masyarakat agar bisa memenangkan perhelatan akbar 2024. Mari kita alihkan dukungan kita kepada perhelatan akbar sepakbola mumpung kita menjadi tuan rumah penyelenggaraan piala dunia U-17. Jangan sampai berita tentang politik membuat kita semua melupakan perhelatan sepakbola yunior terbaik dunia ini.
Sebagai pecinta bola kita harus menjadi garda terdepan mendukung tim nasional kita bertanding dan juga mendukung agar menjadi tuan rumah yang baik dalam penyelenggaraan peristiwa tersebut. Berbeda dengan piala dunia U-20 yang mendapatkan penolakan untuk dilaksanakan di Indonesia karena keikutsertaan Israel dalam kegiatan tersebut. Banyak yang pro dan kontra terhadap perhelatan akbar piala dunia U-20 singkatnya event tersebut gagal terlaksana di Indonesia. Bahkan negara kita hampir terkena sanksi atas penolakan tersebut.
Piala dunia U-17 yang berlangsung dan memasuki babak 16 besar, meski hampir pasti negara kita tidak bisa melanjutkan ke babak berikutnya. Namun, ada hal yang menarik dari perhelatan akbar tersebut yaitu mengapa pemain bola selalu menutup mulut setiap kali berkomunikasi dengan sesama pemain maupun pelatih di lapangan. Apakah mereka tidak percaya diri karena bau mulut sehingga selalu menutup mulutnya ketika berkomunikasi di lapangan. Atau memang mereka tidak bisa berkomunikasi yang baik di lapangan.
Seperti yang kita ketahui komunikasi itu merupakan proses dalam menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima. Dan, kita ketahui komunikasi merupakan kunci dalam interaksi manusia. Ini merupakan proses penyampaian pesan dan gagasan dan informasi antara individu atau kelompok.
Ternyata ada beberapa alasan mengapa setiap pemain bola melakukan hal tersebut, salah satunya agar percakapan mereka tidak sampai bocor oleh orang lain. Apalagi bicara tentang penerapan strategi di lapangan, perubahan strategi dapat berubah kapanpun oleh pelatih jika melihat perkembangan pertandingan di lapangan. Strategi tersebut jangan sampai diketahui oleh pihak lawan.
Selanjutnya kondisi stadion yang berisik dan padat sehingga bisa membuat komunikasi antar pemain maupun pelatih tidak berjalan dengan baik sehingga menutup mulut saat berkomunikasi menjadi pilihan terbaik. Apalagi, bagi tim yang memiliki suporter yang fanatik dan militan selalu mendukung setiap kali tim kesayangannya itu bertanding, pasti komunikasi antar pemain semakin kurang efektif.
Alasan berikutnya yaitu pemain menghindari isi percakapan mereka bisa terbaca oleh media. Kita semua mengetahui bagaimana media mencari tahu setiap kali pemain ini melakukan aktivitas baik di lapangan maupun di luar lapangan sehingga banyak pemain yang menutup mulutnya dengan tangan ketika berkomunikasi. Media bisa memberitakan apa saja bahkan untuk hal-hal yang bersifat pribadi. Apalagi bicara strategi yang akan terjadi di lapangan bisa bocor oleh media, hal ini tentu akan merugikan tim tersebut.
Media, satu sisi baik bagi seorang pemain karena bisa memberitakan hal-hal yang baik dari pemain, sisi lain bisa menjadi bumerang karena bisa memberitakan hal yang merugikan pemain. Bahkan tanpa suara pun media bisa membahasakan pembicaraan pemain melalui gerak bibir setiap pemain. Apapun alasannya komunikasi sangat lah penting bagi setiap manusia terutama bagi pemain bola agar dapat memenangkan setiap pertandingan.
Penulis adalah Guru PPKn SMP Negeri 42 Jakarta dan CGP Angkatan 8 Jakarta Utara
Tinggalkan Balasan