Pahlawan

Usai Upacara Bendera hari Senin, suasana di kelas 4 sebuah SD sedikit gaduh. Bidin dan teman-temannya terlibat adu argumen sehubungan dengan amanat pembina upacara yang baru saja mereka simak. Pada hari itu kepala sekolah sebagai Pembina Upacara mengisinya dengan tema pahlawan. Apa itu pahlawan dan siapa saja yang pantas disebut Pahlawan.

Dalam KBBI, pahlawan artinya orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pejuang yang gagah berani juga disebut pahlawan. Namun belakangan ini arti pahlawan menjadi semakin luas dipandang dari berbagai kriteria yang ada.

Bidin dan kawan-kawan masih berisik ketika Ibu Guru kelas masuk. Mereka masih belum tahu secara jelas siapa yang boleh disebut pahlawan. Hingga bu guru menerangkan akhirnya mereka sedikit memahami.

Deri, salah satu teman Bidin tetap bersikukuh bahwa pahlawan adalah orang yang pernah ikut berperang mengusir penjajah. Titik. Seperti eyang buyutnya yang kini telah gugur dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di kota.

Lain Deri lain pula Bidin. Bidin juga merasa simbah buyutnya itu seorang pahlawan. Menurut cerita dari neneknya, simbah buyut yaitu kakek dari ibunya sebelum wafat sempat menolong seorang yang terseret arus air karena banjir bandang. Banjir yang terjadi saat itu sangat dahsyat sehingga menelan banyak korban.

Orang yang ditolong selamat tapi simbahnya baru ditemukan esok harinya dalam keadaan sudah tak bernyawa. Dari cerita neneknya pula, simbahnya Bidin termasuk pahlawan karena dengan gagah berani telah menolong sesama meski nyawa sebagai taruhannya.

Bidin bangga dengan simbah buyutnya, Deri lebih bangga lagi karena merasa eyang buyutnya termasuk pahlawan negara. Meskipun begitu, tak membuat mereka berdebat lagi karena Bu Guru sudah menerangkan dengan detail. Siapa saja bisa menjadi pahlawan. Laki-laki maupun perempuan.

Pahlawan adalah orang yang telah berjasa untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Tak salah bila simbahnya Bidin masuk dalam kategori pahlawan atas pengorbanan jiwa dan raganya. Dia berjuang menyelamatkan orang lain dengan risiko yang tidak kecil bahkan telah merenggut nyawa.

Demikian pula dengan eyangnya Deri yang sudah mengangkat senjata membela negara tercinta. Sebagai prajurit abdi negara, perang membela tanah air adalah tugas dan kewajiban yang harus diembannya. Definisi pahlawan bagi Bidin dan Deri memang berbeda. Bahkan hingga hari ini gelar pahlawan bisa disematkan kepada siapa saja yang telah berjasa untuk berbagai bidang. Di bidang olahraga, seni, literasi dan bidang-bidang lainnya.

Sesungguhnya masih banyak kriteria yang membuat seseorang boleh dan bisa disebut pahlawan. Misalnya, seorang ibu yang dengan susah payah, berjuang mati-matian dan berhasil mengentaskan anak-anaknya hingga sukses, sedangkan suami telah tiada. Ibu seperti ini, di mata anak-anaknya adalah pahlawan.

Tidak hanya ibu, ayah juga berhak mendapat sebutan pahlawan. Ayah yang melindungi, membimbing, memberi rasa aman dan mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang baik. Ayah seperti ini juga pahlawan.

Meski tak sembarang orang layak mendapatkan gelar pahlawan namun bila kita mau jujur, banyak orang di sekitar kita yang memiliki jiwa dan sikap pahlawan. Memang tak sebanding bila disejajarkan dengan gelar Pahlawan Nasional yang sudah jelas kriterianya. Pahlawan yang kita jumpai sehari-hari adalah pahlawan kehidupan yang berjuang dan berkorban dengan sekuat tenaga, waktu dan pikiran bahkan nyawa. Para pejuang keluarga yang mengais rejeki di jalanan, penyeberang anak sekolah di jalan raya maupun di derasnya arus sungai, juru parkir, nelayan, para petani dan sebagainya adalah pahlawan.

Nah, guru, sebagai pengajar sekaligus pendidik juga pahlawan. Berkat jasa para guru, kita mampu membaca, menulis dan menambah ilmu hingga meraih prestasi. Dari yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu juga dari guru. Maka dari itu, guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena guru tak memiliki tanda jasa sebagaimana Pahlawan Revolusi.

Tidak semua pahlawan ketika wafat atau gugur harus dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Untuk dimakamkan di sana tentu ada ketentuan yang resmi dari pemerintah. Sedikit demi sedikit Bidin dan Deri mulai tahu pahlawan itu siapa dan bagaimana. Mereka juga sudah tahu mengapa simbahnya Bidin tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan seperti eyangnya Deri.