Di Meja Makan || Puisi Dian Chandra

Di meja makan, aku mengangakan ingatan

perihal padi, beras, nasi, dan petani

Membuka arti pemberian orang-orang
melalui tangan-tangan legam petani Rias
dan basah keringat
di pemandian lumpur

Pikiranku menyala terang, hendak melaju ke jalanan Rias
yang ramai rebahan padi
di atas ubun-ubun petani

“Mengapa kau tak menambang timah saja?” tanya lelaki berwajah khianat
yang meninggalkan padi
untuk uang
yang terus memanjati ubun-ubunnya

Kupandangi betul tanah lumpur
yang mendadak kerontang
sedang di sebelahnya lebat anak-anak padi
yang sibuk membasahi akar
dengan genangan

“Lalu apa kau akan makan timah, besok?” tanyaku, menghindarkan bangau dan belibis
yang hendak memagut anak-anak padi
dan mencupang akar-akar

Lalu kumasuki anak-anak padi
menghindari penambang
yang sibuk memberi salam
pada lubang-lubang telanjang
dengan khayalan makan-makan sesudahnya:

ia melambaikan tangan pada derita anak cucu

Lekas kulanjutkan makan
dengan keteduhan yang diaminkan:
para penjual beras

Toboali, 09 April 2022