MASAYA

Masaya
Koleksi foto : Pribadi

Aku yang sedang tak peduli, sedang tak menunggu siapapun,

Melewati jalan-jalan sempit nan pelik, lalu lirih memohon ampun,

Sampai suatu ketika, samar bayangan itu mengufuk dari kejauhan,

Meski hanya sesaat, aku ingin sekali mendekat dan memberi sentuhan,

Kisah ini tentang pertemuan, dari perempuan yang dipertemukan,

Menemukanmu adalah pencarian panjang yang sendirian.

 

Sayup-sayup suaramu, sinar mata yang teduh di balik kaca mata,

Iya …. Degup jantungku makin kewalahan berjejas serupa roda pedati,

Dadaku bergemuruh, dinding dingin nan tinggi tak sekokoh perkiraanku,

Sedang bersiap untuk jatuh, lalu runtuh. Akupun menahan rasa malu,

Sejujurnya saja, ternyata perempuan ini nyaris jatuh cinta,

Namun, aku bangun bersandar pada logika, kamu tidak nyata, kamu fatamorgana.

 

Kamu tahu? Kedua pelupuk mataku masih saja basah,

Lalu? Berani sekali senyuman yang gagah itu mengiringi mimpi,

Tapi mengapa, terus saja membayang-bayangi,

Mengusir harga diri tuk segera pergi,

Tubuh yang tegap itu merentangkan kedua tangannya,

Dan, berkata, “Kemarilah ….”

Tuhanku, Engkau setidaknya paling tahukan?

Kali ini aku ingin sekali dicintai, dan rasaku pun belajar mencintai,

Hanya saja, lagi-lagi aku tak pernah punya nyali, tak pernah berani.

 

Tuhan menunjukkan arah dalam pekat yang sesat,

Langkah-langkah yang hampir ambruk patah,

Demi setapak menuju dirimu, bisik-bisik angin tak putus asa memberi arah,

Menuju menemukan kamu yang telah bersedia memeluk erat,

Aku tak mampu bersabar walau sesaat, padahal semua telah lelah.

 

Menemukan kamu di dunia yang katanya ramai, barangkali persinggahan?

Dibandingkan aku, menemukan kamu yang tak sendirian,

Ibarat Tuhan memberi jawaban dalam bentuk tamparan,

TanganNya keras menghantam kedua pipi berkali-kali agar aku berhenti,

Dan lagi-lagi hasrat hati ini harus tenggelam karam, kubiarkan sejenak menepi.

 

Menemukan kamu adalah pertaruhan sekaligus pertarungan,

Hiruk pikuk gelanggang bergema lantang, mereka bilang, “Kamu tidak akan menang”

Menemukan kamu adalah kekalahan yang serta merta terhidang,

Menemukan kamu adalah kelancangan, dan tentu dapat ku pastikan,

Akan menuai pasukan-pasukan hujatan,

Apakah sukacita yang akan kubawa pulang?

Sepertinya tak lain hanya rasa sedih yang mengembara tak kesudahan.

 

Menemukan kamu, adalah menemukan jiwa baru yang semu,

Meski begitu, kamu berhasil menyelami relung hatiku,

Sentuhanmu membuat wajah memerah menahan rindu,

Barangkali, Tuhan menitipkan pandanganku dari kejauhan,

Tidak ada jemari dan tubuh saling mendekat meraih sungguh-sungguh,

Karena, menemukan kamu adalah bentuk lain dari cinta yang jauh.