Pemandu Virtual Kapal berbasis Kecerdasan Buatan

Pemandu Virtual Kapal

Pemandu Virtual Kapal berbasis Kecerdasan Buatan

Indonesia sebagai negara maritim menghadapi tantangan keterlambatan perpindahan muatan dari moda tansportasi laut ke darat, karena faktor cuaca dan keterbatasan tenaga pandu di pelabuhan. Pemerintah berkomitmen mendukung tumbuh-kembang industri pelabuhan dan pelayaran melalui penyederhanaan perizinan, perbaikan sistem serta kinerja pelabuhan. Digitalisasi pelabuhan diharapkan mampu menjawab tantangan melalui pemanduan elektronik secara bertahap dan simultan.

Keterlambatan distribusi barang pelabuhan mengakibatkan ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi antara kawasan barat dan timur Indonesia. Minimnya distribusi barang menyebabkan kelangkaan barang di kawasan timur. Kondisi cuaca ekstrim serta tingkat kehandalan infrastruktur rendah kian memperburuk biaya logistik di kawasan tersebut.

Digitalisasi pelayanan pelabuhan telah diatur berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2020. Bahwa, dalam penataan ekosistem logistik nasional, seluruh Kementerian dan Lembaga terkait agar melakukan langkah-langkah penataan secara terintegrasi. Koordinasi kementerian-lembaga melalui platform National Logistic Ecosystem (NLE) untuk memastikan prosesi logistik end-to-end berjalan efektif dan efisien.

***

NLE melakukan kolaborasi melalui sistem logistik tersedia, dan juga menyatukan mata rantai yang belum masuk kedalam rantai logistik. Integrasi seluruh mata rantai logistik dapat meningkatkan kinerja logistik nasional, iklim investasi, serta peningkatan daya saing perekonomian nasional. Kehadiran Industry 4.0 tidak dapat dinafikan turut serta mendorong digitalisasi pelabuhan untuk memantik ekosistem logistik nasional.

Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) teknis operasional kepelabuhanan (terutama Harbour Pilot atau Pemandu Kapal) serta SDM sarana bantu pemanduan belum memadai. Disisi lain, kondisi sarana bantu pemanduan, seperti kapal pandu, kapal tunda, perambuan, telekomunikasi, alur pelayaran masih terbatas. Diperburuk, jumlah tenaga pandu belum sebanding dengan kunjungan kapal, sehingga kapal harus menunggu giliran pelayanan.

Faktor cuaca mempengaruhi kinerja sarana bantu saat mengantar/menjemput petugas pandu ke/dari kapal. Alih-alih kondisi buruk, kondisi cuaca normalpun poor performance sarana bantu pemanduan seringkali menghambat pelayanan pemanduan. Kondisi ini, bisa berdampak pada biaya kapal tinggi, karena tertundanya waktu sandar kapal. Apalagi, jika petugas pandu terbawa ke pelabuhan berikutnya, maka pelayaran akan menanggung biaya pemulangan ke pelabuhan asal.

Pandemi Covid 19 di dunia telah berakhir, namun kebiasaan pembatasan fisik di negara kita masih terasa hingga sekarang. Pembatasan kontak langsung saat wabah berlangsung berdampak positif pada layanan pelabuhan untuk bertransformasi menuju digitalisasi. Pemerintah pernah melakukan ujicoba pemanduan elektronik di beberapa hub port, meskipun tujuan parsialnya semata-mata untuk mengurangi kontak fisik antara petugas pandu dengan kru kapal.

***

Industri pelabuhan dan pelayaran memerlukan kepedulian seluruh komponen masyarakat untuk bertumbuh. Perbaikan kinerja pelabuhan melalui penyederhanaan perizinan bertujuan menekan tingginya biaya logistik. Industri pelabuhan dan pelayaran era ekosistem logistik nasional identik dengan digitalisasi.

Ekosistem logistik nasional menuntut konektivitas tinggi untuk menjaga kualitas interaksi, antara pemangku kepentingan dengan karakteristik geografis Indonesia. Kita tahu, sembilan puluh prosen perdagangan internasional melalui jalur laut dan empat puluh prosennya melewati perairan kita. Kemajuan pembangunan pelabuhan tidak berhasil tanpa partisipasi aktif masyarakat dan stakeholder.

Konsistensi implementasi ekosistem logistik yang baik, akan menurunkan biaya, menciptakan sharing kapasitas, serta menumbuhkan ekonomi digital. Manfaat lainnya, menciptakan transparansi, sinergi kementerian-lembaga, serta rantai logistik yang efektif. Transformasi digitalisasi pelabuhan, memberi kesempatan internal pelabuhan untuk menekan kesalahan seminimal mungkin, seperti duplikasi, repetisi, dan manualisasi.

***

Digitalisasi pelayanan pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari pemanduan kapal. Pemanduan berbasis elektronik membutuhkan penyepadanan pemanduan fisik dengan memperkuat mekanisme klaim asuransi. Tahap awal, dikhususkan bagi “Kapal” yang berkunjung secara tetap, serta “Nahkoda” yang menguasai situasi dan kondisi alur dan rambu pelabuhan secara lengkap. Implementasinya, dapat memanfaatkan radar, cctv, automatic identification system, sistem informasi hidrografi, ecdis, serta vhf yang ada diatas kapal.

Kapal masuk, para pemandu memperoleh informasi kunjungan dan data kapal oleh stasiun pandu yang dikirimkan dari vessel traffic systems (VTS). Kapal keluar, Pemandu melakukan pengawasan dari VTS sembari memberikan advice kepada nahkoda untuk melakukan olah gerak kapal meninggalkan pelabuhan. Pemandu kapal penting mengetahui posisi kapal, draft, asal & tujuan pelabuhan agar perencanaan olah gerak kapal berjalan secara efektif.

Kedepan, keberadaan VTS menjadi sentral penerima dan pemberi informasi yang dibutuhkan kapal saat beroperasi didalam dan diluar pelabuhan. Kapal menerima informasi sekelilingnya secara lengkap, jelas, dan benar, maka sebagian sarana keselamatan pelayaran telah terpenuhi. Pemanduan elektronik membutuhkan kolaborasi VTS dan Pandu dalam membantu Nahkoda melayarkan kapalnya dengan aman dan selamat.

Beberapa keuntungan pemanduan non fisik, pelayanan lebih cepat, optimalisasi fungsi VTS, transfer teknologi antar instansi, waktu tunggu pandu nihil, tidak tergantung cuaca, kinerja operasional pelabuhan meningkat.

Wahyu Agung Prihartanto, Master Marine dari PIP Semarang