Di setiap liburan sekolah yang bersamaan dengan libur akhir tahun sering membuat sebagian dari kita bingung mau ke mana. Jika sudah ada planning jauh-jauh hari, oke, langsung berangkat. Namun bagi insan lemah finansial seperti saya, tak pernah punya planning apa-apa. Ber-hahahihi di rumah dengan keluarga atau ke obyek wisata terdekat sekadar menghirup udara luar sudah cukup menyenangkan.
Berdomisili di tempat yang strategis adalah suatu dambaan setiap insan. Di kota maupun di desa selalu ada plus dan minusnya. Bagi yang sedari kecil hidup di kota dengan kemudahan mendapatkan berbagai fasilitas modern tentu tidak akan sama sensasinya dengan yang di kampung atau di desa.
Di kota hampir semuanya tersedia. Dari pasar tradisional sampai pasar-pasar modern ada. Puluhan pasar modern makin hari makin bermunculan dengan berbagai kelebihannya. Wahana-wahana tempat berwisata keluarga juga menjamur tak terkira. Bermacam tempat hiburan bersaing ketat demi menjaring sebanyak-banyaknya pengunjung.
Bukan kebetulan jika saya hidup dan tinggal di kampung. Semua berawal dari keluarga yang memang berasal dari kampung hingga turun temurun. Meski tak bisa dimungkiri sebagian dari anggota keluargaku kini hidup dan tinggal di kota. Baik karena tuntutan pekerjaan maupun karena di kampung dirasa kurang memberi jaminan kebebasan dalam berkarya.
Tinggal di daerah pedalaman (baca: ndeso) tak selalu menyedihkan. Bila mau sedikit merenung, sebenarnya ada banyak hal yang wajib disyukuri. Satu di antaranya minim paparan polusi karena udaranya lebih bersih dan jauh dari kemacetan lalu lintas ketika ingin pergi ke luar rumah.
Satu yang sering kali tak saya sadari adalah saya tinggal di kampung yang dikelilingi bermacam objek wisata alam. Ya, di Jepara tak terhitung jumlah wisata pantainya dengan masing-masing keindahan yang tak sama antara satu pantai dengan pantai lainnya. Mulai dari Pantai Kartini, Pantai Bandengan dan pantai-pantai selanjutnya hingga ke ujung daerah yakni Pantai Benteng Portugis.
Selain pantai-pantai yang menawan hati ada juga pemandangan alam perbukitan, puncak gunung dan beberapa air terjun yang memukau. Semua bisa memanjakan mata dengan kecantikan alaminya.
Berikut beberapa hal yang mampu menghadirkan sebongkah bahagia dan syukur bagi yang berkantong tipis seperti saya, tapi dikelilingi sejumlah obyek wisata alam:
- Dekat
Ada puluhan objek wisata alam dalam satu kabupaten. Oleh karena itu, saya tak perlu jauh-jauh melangkah ke tujuan yang aku inginkan. Lihat sikon, pilih lokasi lalu pergi. Tak terlalu memakan waktu dan tenaga karena jaraknya dekat dan masih dalam satu daerah bahkan satu kecamatan.
- Hemat dan Murah
Bagaimana tidak hemat dan murah? Tak usah menguras kocek terlalu dalam untuk beli tiket masuk di lokasi wisata. Bahkan ada yang gretong alias gratis. Kalau toh beli tiket, harganya pun bervariasi dan ramah di kantong. Lebih hemat lagi kalau kita bawa bekal maem dan berbagai cemilan dari rumah. Bukan tak mau melarisi jualan saudara-saudari kita, tapi ketika lagi kena kanker (kantong kering), masih bisa berwisata ‘kan?
- Jenuh Menjauh Penat Lenyap
Penat usai kerja sudah pasti. Rasa jenuh kadang juga menghinggapi. Apa yang dikerjakan terasa itu itu saja sehingga pada ujungnya timbul rasa bosan atau jenuh yang sulit dihindari. Nah, jika hal ini menghampiri, saya meluncur ke air terjun Songgolangit yang bisa ditempuh kurang dari satu jam dari rumah.
Di Songgolangit bisa mandi kungkum (berendam) di bawah air terjun yang sejuk untuk menghilangkan penat atau sekadar menikmati sensasi airnya yang jatuh ke bawah. Nah, ini mandi kungkumnya bukan untuk tujuan lain lho. Misalnya mandi berendam agar tubuh memancarkan aura tertentu. Bukan itu! Yang jelas dengan mandi berharap badan lebih fresh dan siap untuk rutinitas esok hari.
- Banyak Pilihan
Saking banyaknya objek wisata alam di sekelilingku, kadang membuatku bingung dalam memilih mana yang mau aku datangi. Namun bila sedang tidak ingin ke pantai, bisa ke Goa Tritip atau ke puncak gunung. Ke puncak gunung Genuk yang bernama Undak Manuk hanya butuh waktu 30 menit dengan sepeda motor atau mobil. Panorama indah tak terperi saat pagi atau sore hari bisa dilihat jelas dengan mata telanjang dari puncak ini.
Sembari menikmati keindahan alam ciptaan-Nya, imajinasi pun bebas bermunculan. Bisa jadi bahan tulisan atau minimal bisa menambah catatan di buku sekaligus mengurangi stres di hari itu. Kata nenek moyang, sambil menyelam minum air.
- Sumber Inspirasi
Bagi para pekerja seni maupun penikmat seni, objek wisata alam di sekitar tempat tinggal merupakan sumber inspirasi yang luas tak terbatas. Di mata pencipta lagu, pasir putih di pantai, birunya gunung, desau angin hutan dan udara sejuk di puncak gunung, mampu ia sulap menjadi sebuah lagu indah.
Demikian juga bagi seorang penulis. Tak akan kehabisan ide untuk menulis ketika mau menggali lebih dalam apa yang ada di sekitar. Tentang alam dan penciptanya, tentang sejarah keberadaan objek wisata maupun tentang bagaimana kiat-kiat untuk melestarikannya. Dari objek wisata alam terdekat bukan tidak mungkin menginspirasi banyak orang untuk lebih mencintai tanah air, baik melalui seni, tulisan maupun tindakan nyata.
Ada satu pesan buat Anda, jika ingin ke Goa Tritip atau ke Goa Manik jangan malam hari. Dikuatirkan ada yang curiga kita datang buat uji nyali atau mau semedi cari ilham, wangsit apalagi wahyu. Jam-jam segitu Wahyu dan Ilham sedang belajar di rumah masing-masing. Namun tak ada salahnya datang pagi, siang atau sore karena di dua goa tersebut banyak spot cakep untuk foto-foto.
Bagaimana? Masih banyak ‘kan yang patut kita syukuri dengan alam ini? Diawali dengan syukur akan membuat kita bahagia. Selalu menjaga dan tidak merusak lingkungan merupakan salah satu manifestasi rasa syukur kita kepada-Nya.
1 Comment