Etika dalam Memberikan Nasihat dan Pendapat
Oleh : Najmi
Sebenarnya ada perbedaan antara nasihat dan pendapat. Jika nasihat itu diberikan untuk seseorang yang mungkin melakukan kesalahan maupun sedang saat kondisi biasa saja. Sedangkan pendapat adalah berupa saran ataupun pemikiran yang disampaikan untuk menambah sesuatu yang sedang dilakukan agar menjadi lebih baik.
Namun dari keduanya terdapat kesamaan yaitu sebuah penyampaian dari pemikiran seseorang, dan pemikiran tersebut merupakan hasil dari pengalaman dan pengamatan yang dinilai baik oleh orang yang mengalaminya, sehingga seseorang merasa perlu untuk membagikannya kepada orang lain.
Seseorang yang memberikan nasihat dan juga pendapat ini karena terbiasa untuk berpikir kritis sehingga ia merasa perlu untuk terus berlatih dan cekatan ketika orang yang ada di hadapannya mengalami masalah atau hal-hal yang kontras dengan apa yang biasa ia alami, sehingga ia perlu untuk menyampaikan nasihat dan pendapat kepada seseorang tersebut.
Ada banyak rujukan mengenai keutamaan memberi nasihat dan juga pendapat, tentunya juga harus berdasarkan ilmu untuk menyampaikan pendapat, tidak boleh sembarangan. Jika sembarangan dilakukan, maka bisa jadi orang yang kita beri nasihat dan pendapat merasa tersinggung, sehingga perlu beberapa cara dan etika dalam memberi nasihat dan pendapat kepada seseorang.
- Mencari titik temu
Pada dasarnya, setiap orang berhak memberikan nasihat dan pendapat, karena itu merupakan hasil pengamatan dan pengalaman seseorang. Setiap orang juga berhak untuk mendapatkan nasihat dan pendapat, namun sekali lagi tetap harus memperhatikan etika ketika dalam menyampaikan nasihat dan pendapat kepada seseorang, karena semua orang memiliki logika yang berbeda-beda, semua orang punya cerita, sehingga tidak perlu memaksakan kehendak kita agar orang yang kita beri nasihat harus menuruti kemauan kita.
Contoh mencari titik temu adalah ketika si A sedang berikhtiar untuk mendalami ilmu pelajaran matematika. Kemudian datang si B yang kebetulan berlatar belakang guru matematika, tentu di dalam otak si A dan si B memiliki vibrasi yang sama sehingga ketika si B ini berkeinginan untuk memberikan nasihat dan pendapat mengenai belajar matematika, tentu menjadi cocok antara satu sama lain.
- Tabayyun
Tabayyun, menanyakan dan mengenali pola pikir orang lain juga perlu untuk terlebih dahulu dilakukan, sehingga orang tersebut ikhlas untuk menerima pendapat dan nasihat kita. Kita harus memastikan juga mengenai kebenaran berita, jika nasihat dan pendapat diberikan tidak tepat sasaran, maka yang ada tidak akan memberi manfaat dan lebih condong memberikan mudharat. Bahkan bisa jadi orang yang kita beri nasihat menjadi sedih dan kecewa.
Contohnya adalah di sini mengambil kembali contoh sebelumnya yaitu si A sedang beriktiar untuk mendalami pelajaran matematika. Kemudian datang si C yang secara latar belakang berbeda dengan si A, yaitu sebagai guru bahasa Inggris. Maka si C tidak bisa begitu saja memberi nasihat dan pendapat tentang cara belajar matematika, karena dari segi keilmuan saja sudah berbeda, ilmu matematika adalah ilmu pasti sedangkan bahasa Inggris adalah ilmu bahasa yang berkaitan dengan tata bahasa dan kaidah-kaidah bahasa.
Si C alangkah baiknya bertabayyun terlebih dahulu apa yang sedang digeluti oleh si A sehingga tidak akan mengganggu bahkan memberi mudharat kepada si A. Seandainya pun si C tetap menginginkan untuk berbagi pendapat maka dapat dilakukan secara umum saja seperti misalkan cara belajar yang baik dan benar, cara membuat catatan atau resume pelajaran, dan seterusnya.
- Lakukan dengan benar
Pemberian nasihat dan pendapat juga harus dilakukan dengan cara yang benar. Terdapat dalam sebuah hadist, disebutkan bahwa ada tiga cara untuk dapat memberikan nasihat, yaitu dengan menggunakan tangan, menggunakan lisan, dan menggunakan hati. Memberi nasihat pun juga harus sesuai kemampuan, jika tidak dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, maka dapat dilakukan dengan lisan, dan jika tidak mampu dengan lisan maka dengan hati. Selain itu juga, pemberian pendapat dan nasihat juga harus menggunakan kata-kata yang baik.
Contoh untuk yang ke tiga ini juga tidak terlalu jauh dengan contoh sebelumnya, yaitu bagi orang yang memberikan nasihat dan pendapat harus dapat memposisikan diri dengan semestinya, jika si B ingin memberi nasihat dan pendapat kepada si A yang memiliki satu vibrasi, maka si B dapat mengeksplor lebih jauh dan dapat diterima oleh si A. Berbeda dengan si C, jika si C ingin berbagi kepada si A, maka yang dapat dilakukannya hanya sebatas secara umumnya, itulah pentingnya mencari titik temu dan bertabayyun terlebih dahulu, baru kemudian melakukannya dengan benar.
- Jangan baper
Yang terakhir adalah jangan baper apalagi marah kalau nasihat dan pendapat tidak diterima. Ini sama saja dengan egois karena merasa benar sendiri sehingga segala perintah harus diikuti, atau merasa lebih senior, merasa lebih tua di tempat kerja, sehingga orang yang dinasihati dan diberi pendapat harus menurut dan tunduk dengan apa yang dikatakannya. Tentu ini juga akan menjadi masalah tersendiri juga masalah bagi orang lain, dan orang lain menjadi hilang respek jika tidak bisa menempatkan nasihat dan pendapat sebagaimana mestinya.
Kembali ke contoh, yaitu B ingin memberi nasihat dan pendapat kepada si A yang sama-sama berlatar belakang ilmu matematika, yang sama sekalipun, si B tidak boleh baper jikalau nanti si A ternyata menolak pemikiran yang diberikan oleh si B, pendapat yang bagus sekalipun, karena bisa saja si A memiliki argumennya sendiri. Begitupun juga untuk si C, yang ingin memberi nasihat dan pendapat kepada si A, meskipun beda latar belakang, namun si A merasa cocok dengan pendapat si C, maka si B tidak boleh baper merasa yang berlatar belakang sama justru ditolak dan sebagainya. Si A merasa meskipun pendapat yang disampaikan bersifat umum saja, namun dapat diterima dengan baik.
Itulah 4 etika dalam memberikan nasihat dan pendapat, jika dilakukan dengan cara yang benar dan sistematis, tidak baper atau bahkan memaksakan diri, tentu kehidupan ini dapat dijalani dengan damai dan tenteram, tanpa harus ada konflik, dan tentunya ini akan bedampak pada kompetensi sosial, hingga berguna untuk pembangunan bangsa dan negara secara umum.
Tinggalkan Balasan