Kebahagiaan seseorang saat melajang dalam waktu yang lama tergantung dari gaya keterikatan atau attachment style yang berkembang sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan teori keterikatan oleh psikolog John Bowlby, jenis keterikatan seseorang, aman, cemas, menghindar, atau campuran, mempengaruhi cara mereka berhubungan. Pada akhirnya, gaya keterikatan ini membentuk pandangan mereka tentang melajang.
Gaya Keterikatan Aman
Individu dengan gaya keterikatan aman cenderung nyaman dengan diri sendiri dan mudah menemukan kebahagiaan, baik saat memiliki pasangan maupun melajang. Mereka tidak terlalu khawatir akan status hubungan mereka karena percaya diri mampu menghadapi tantangan hidup, baik sendiri maupun bersama orang lain. Akibatnya, mereka dapat bahagia meskipun lama melajang, karena memiliki rasa cukup dan percaya diri yang kuat.
Gaya Keterikatan Cemas
Orang dengan gaya keterikatan cemas sering merasa tidak aman jika tidak memiliki pasangan. Tingkat kecemasan yang tinggi membuat mereka kesulitan menemukan kebahagiaan saat melajang, karena mereka merasa butuh validasi dan keamanan dari orang lain. Mereka cenderung merasa kesepian dan gelisah ketika lama melajang, sehingga kebahagiaan mereka lebih bergantung pada adanya hubungan dengan orang lain daripada pada diri sendiri.
Gaya Keterikatan Menghindar
Orang dengan gaya keterikatan menghindar biasanya nyaman dengan jarak emosional dan kemandirian. Mereka lebih bahagia saat melajang karena cenderung menghindari kedekatan emosional yang terlalu mendalam dan mungkin merasa terbebani oleh komitmen hubungan. Bagi mereka, melajang adalah pilihan yang memberikan kenyamanan dan kebebasan yang mereka inginkan.
Gaya Keterikatan Campuran (Ambivalen)
Bagi mereka dengan gaya keterikatan campuran, dinamika emosi yang berubah-ubah menyertai pengalaman melajang. Kadang, mereka merasa bahagia dan menikmati kebebasan; di lain waktu, mereka merasakan kesepian dan membutuhkan validasi eksternal. Orang dengan gaya keterikatan ini cenderung memiliki pengalaman kebahagiaan yang fluktuatif saat melajang, bergantung pada suasana hati dan situasi mereka.
Selain menentukan kebahagiaan saat melajang, gaya keterikatan juga berperan dalam cara seseorang mengatur kehidupan sehari-hari dan interaksi sosialnya tanpa pasangan. Misalnya, individu dengan gaya keterikatan aman biasanya menggunakan masa melajang untuk pengembangan diri, baik secara pribadi maupun profesional. Mereka cenderung mencari kesempatan untuk belajar hal-hal baru, memperdalam minat atau hobi, dan membangun hubungan sosial yang positif tanpa merasa tertekan untuk mengubah status lajangnya. Hal ini terjadi karena mereka memiliki rasa percaya diri dalam membangun kehidupan yang bermakna, baik sendiri maupun bersama orang lain.
Sebaliknya, mereka yang memiliki gaya keterikatan cemas mungkin lebih rentan terhadap tekanan sosial atau internal untuk segera memiliki pasangan, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Dalam beberapa kasus, kecemasan ini bisa membuat mereka merasa kurang berharga atau “tidak lengkap” tanpa pasangan. Selain itu, mereka mungkin kesulitan mempertahankan kebahagiaan saat melajang, karena kerap berfokus pada upaya memenuhi kebutuhan emosional melalui orang lain. Akibatnya, mereka lebih mungkin menjalin hubungan untuk mengatasi rasa cemas daripada karena cinta atau kenyamanan sejati.
Untuk mereka yang memiliki gaya keterikatan menghindar, lama melajang justru memberikan ruang bagi mereka untuk menekankan kemandirian dan menjaga jarak emosional sesuai preferensi. Melajang memungkinkan mereka terhindar dari ketergantungan emosional yang sering kali ingin mereka hindari dalam hubungan. Kebahagiaan mereka lebih banyak ditemukan dalam kebebasan pribadi dan pencapaian diri, sehingga hubungan romantis sering kali bukan prioritas utama.
Orang dengan gaya keterikatan campuran sering kali memiliki dinamika emosional yang fluktuatif saat melajang, dengan perasaan bahagia yang bisa berubah-ubah tergantung situasi atau lingkungan sekitar. Kadang, mereka merasa senang dengan kebebasan saat melajang, namun di lain waktu mereka merasa gelisah dan membutuhkan validasi dari orang lain. Ini bisa mengakibatkan ketidakstabilan emosional yang memengaruhi pengambilan keputusan sehari-hari, termasuk kecenderungan terlibat dalam hubungan yang kurang sehat hanya demi menghindari perasaan kesepian.
Kesimpulan
Kebahagiaan saat melajang sangat dipengaruhi oleh gaya keterikatan seseorang. Dengan pemahaman lebih dalam mengenai gaya keterikatan, setiap individu dapat lebih mengenali kebutuhan emosionalnya dan menjalani hidup dengan lebih sadar. Misalnya, seseorang dengan gaya keterikatan cemas bisa belajar mengurangi ketergantungan pada validasi eksternal dan menemukan cara untuk merasa utuh dan berharga meski melajang. Di sisi lain, mereka dengan gaya keterikatan menghindar dapat belajar untuk menghargai nilai hubungan tanpa merasa kebebasannya harus dikorbankan.
Memahami gaya keterikatan membantu seseorang memahami apa yang benar-benar mereka butuhkan dalam hidup, baik saat berada dalam hubungan maupun saat melajang. Kunci kebahagiaan saat melajang sebenarnya terletak pada kemampuan untuk memahami dan menghargai diri sendiri, terlepas dari status hubungan.
Pada akhirnya, apakah seseorang merasa bahagia saat melajang sangat dipengaruhi oleh gaya keterikatan mereka. Individu dengan gaya keterikatan aman atau menghindar mungkin lebih menikmati masa lajang tanpa tekanan emosional yang berat. Namun, bagi mereka yang memiliki gaya keterikatan cemas, lama melajang bisa menjadi pengalaman yang menantang secara emosional. Gaya keterikatan seseorang tidak hanya memengaruhi respons mereka terhadap hubungan tetapi juga membentuk pandangan mereka terhadap kebahagiaan dalam status melajang.
Tinggalkan Balasan