Stop Hoax! Menangkal Hoax Demi Suksesnya Pemilu
Oleh : Diah Arifika, M.Sc
Geliat berita hoax bagai cendawan di musim penghujan. Trend modern menjadi karakter negatif yang seakan membumi. Meski pelaku telah banyak yang terjerat UU ITE akibat melakukan penyebaran berita hoax, namun sepertinya kalah oleh “kepuasan hoax” yang dirasakan.
Beredarnya hoax atau berita bohong itu mengikuti trend. Kenaikan tingkat hoax berkaitan dengan peristiwa yang sedang terjadi. Hoax bencana alam misalnya tsunami susulan. Orang panik luar biasa, dampaknya pihak-pihak yang menangani mengalami kesulitan.
Saat pandemi covid-19 maka hoax yang beredar adalah terkait hoax kesehatan. Mengkonsumsi bawang putih dapat mencegah penularan Covid-1, berendam air panas uap panas dari pengering tangan dapat membunuh virus Covid-19, berkumur dengan air garam dapat mengobati Covid-19, minum kayu putih baik diminum langsung atau dicampur air hangat dapat meredakan gejala Covid-19.
Menjelang Pemilu 2024, hoax politik semakin meningkat. Berkaca pada Pemilu 2014 dan 2019, hoax merajalela, menyasar penyelenggara pemilu, parpol, kandidat, dan pemilih.
Apa saja motif penyebaran hoax? Uang, ideologi, politik dan iseng. Maka meminta hoax berhenti beredar adalah hal yang mustahil. Berita fitnah, berita bohong itu akan terus ada, selama ada manusia. Selain hoax, tsunami informasi, politik identitas dan hate speech adalah tantangan pemilu 2024.
Apa dampak penyebaran hoax pada tahun politik? Mempengaruhi kesempatan publik untuk menilai kandidat secara jernih. Mengurangi peran publik dalam pengawasan pemilu. Mengurangi peran publik dalam pengawasan pemilu. Meningkatkan potensi konflik. Mempertajam polarisasi berpotensi menyebabkan konflik hingga kekerasan. Menggerus kepercayaan publik terhadap hasil pemilu.
Informasi yang kredibel dan sehat adalah syarat fundamental bagi demokrasi. Di masa pemilu, kebutuhan publik mendapatkan informasi yang kredibel jauh lebih besar, di tengah tsunami informasi di internet.
Menangkal Hoax Demi Kemanusiaan
Hoax berefek lebih jauh, dari sekedar informasi yang salah lalu menjadi mengacaukan pola pikir dan membunuh nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini yang sangat merusak level individu, masyarakat, bangsa.
Individu, maka akan berdampak merubah pola pikiran. Emosi tertentu yang muncul : pertama emosi kita rasakan seakan-akan ada ancaman memunculkan kondisi khawatir, ketakutan. Kedua, emosi muncul ada ancaman identitas (siapa kita). Di indonesia identitas paling penting agama, kesukuan, ideologi. Seringkali dimainkan untuk memunculkan emosi-emosi tertentu, seperti marah, curiga, tersinggung.
Hoax politik seringkali berkelidan dengan agama. Supaya kita selalu mencurigai mereka yang kita anggap bukan bagian dari kelompok kita. Mudah sekali dimanipulisai, mudah menjadi tentara untuk menyerang kelompok lain ketika dibutuhkan. Manipulasi pikiran dan tindakan.
Atas nama kemanusiaan, maka hoax perlu dilawan. Karena ada hal yang lebih besar, persatuan bangsa yang dipertaruhkan. Bebeda pandangan, pilihan politik menjadi sesuatu yang tabu. Akibatmya tidak pernah duduk bersama, apa yang sesungguhnya penting untuk membangun bangsa ini.
Upaya Menangkal Hoax
Bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk menangkal laju hoax? Caranya adalah dengan membangun imunitas/ kekebalan terhadap hoax.
Pertama menjadi penerima informasi yang bijak. Mendengar informasi dari siapapun, cek kebenarannya, walau kita percaya terhadap siapa yang menyampaikan.
Kedua bersedia cek informasi. Merefleksikan apa efek seandainya share informasi yang tidak jelas? Membuat marah terhadap kelompok tertentu. Menjadi bahagia terhadap kelompok tertentu. Atau menyebabkan runcingnya perang polarisasi.
Ketiga jangan termakan dengan berita yang judulnya bombastis to good to be true, to bad to be true.
Keempat, kalau menerima informasi ada 4 paragraf jangan dibaca 1 atau 2 baris kalimatnya, tapi utuh seluruh paragraf.
Ada yg jauh lebih besar dari pertikaian-pertikaian yaitu persatuan nasional, kebangsaan, persaudaraan sesama muslim maupun dengan umat lainnya. Untuk itu ditengah kecenderungan polarisasi yang telah mengakar sejak Pemilihan Presiden 2014, maka mulai saat ini kita harus bersiap dan belajar dari pengalaman mengawal pemilu sebelumnya, agar ajang demokrasi ini benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat, tidak tercemar oleh serangan hoax.
Sebagai masyarakat perlu mencegah hoax beredar. Caranya adalah dengan membangun sistem kekebalan. “Vaksinasi” hoax politik itu bertujuan agar mereka memiliki kekebalan menghadapi hoax. Sehingga tidak mudah percaya hoax, tidak menyebarkannya, bahkan berinisiatif mengedukasi warga lain soal bahaya hoax.
Jika mendapatkan informasi, warga dibangun kebiasannya memeriksa fakta, mencerna informasi secara kritis, membandingkan ke sumber informasi yang benar, maupun mendiskusikan dengan pihak yang berkompeten. Mari bersama kita tangkal hoax, demi suskesnya Pemilu 2024!
Tinggalkan Balasan