Menyikapi Ujian dan Cobaan

Sumber Foto : Pixabay

Dalam Surat Adzariyat 56 Allah berfirman :” Tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Menjadi sebuah informasi yang jelas tentang tujuan kita hidup dan menjalaninya. Dan dalam menjalani kehidupan itu Allah telah menyebutkan agar manusia berpegang teguh pada dua hal penting yang ditinggalkan Rasulullah saw, yakni kitaballahi (Al-Qur’an) dan Sunnah. Dua pedoman dan sumber utama hukum dan ilmu inilah yang wajib dijadikan acuan bagi kita untuk melaksanakan fitrah kita sebagai manusia, tugas-tugas kehambaan melalui ibadah, dan tugas kekhalifahan di muka bumi.

Dan dalam menjalani itu semua, manusia tidak selalu lancar dalam menjalaninya. Sebab Allah memberikan ujian dan cobaan untuk mengukur kadar keimanan dan ketaatan manusia. Sahabat Ali Bin Abi Thalib pernah berkata : “Allah akan menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam ujian yang berat, juga mencatat segala usaha sebagai bentuk ibadah dan mengujinya dengan berbagai macam cobaan. Tujuannya adalah agar manusia tidak memiliki hati yang sombong, agar dia rendah hati , juga sebagai kunci untuk mendapatkan anugerah-Nya dan membuka pintu ampunan-Nya”.

Disebutkan pula pada surat Al-Anbiya 35 : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan”

*
Ujian merupakan musibah yang menimpa orang-orang yang beriman dan taat beribadah. Dengan tujuan menguji keistikamahan dan menguatkan keyakinannya. Dalam salah satu firman Allah disebutkan bahwa kita jangan mengaku beriman sebelum kita diberi ujian yang berat, seperti sakit, kekurangan harta, kelaparan, fitnahan, cacian, makian, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang terdapat pada QS.Al-Baqarah 155-157 :
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (155). Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan :”Innalillahi wa inna ilaihi rojiun”(156). Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (157).

Dalam ayat ini pula Allah telah menyebutkan beberapa ujian di antaranya “sedikit dari rasa takut”, yakni keresahan hati atau ketakutan menyangkut sesuatu yang buruk yang terjadi, atau hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidak diharapkan yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi. “sedikit rasa lapar”, yakni keinginan yang sangat untuk makan minum karena perut lapar tetapi belum menemukan sesuatu untuk dimakan. Lalu “kekurangan jiwa” seperti adanya kematian dan apapun sebab dari kematian itu tersebut merupakan ujian atau cobaan bagi yang ditinggalkan.

Ujian lain yang disebut dalam ayat tersebut adalah ”buah-buahan”. Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekurangan buah-buahan adalah gagal panen. Baik pertanian, perkebunan dan hasil bumi lainnya yang tidak sesuai dengan harapan. Bisa juga panen melimpah namun harga jatuh drastis sehingga panen yang mestinya bisa mendapat pemasukan, berbalik menjadi rugi.

Dalam memberikan ujian itu menjadi tanda bahwa dalam kehidupan dunia ini Allah menjadikannya lahan ibadah bagi hamba-Nya dalam berikhtiar. Sebab setiap ikhtiar memiliki catatannya. Bagaimanapun hasilnya. Apakah hamba tersebut mengalaminya dengan kesakitan, maupun lancar melaluinya. Setiap peluh yang keluar dalam menjalani ujian dari Allah dihitung sebagai amal ibadah, jika seorang hamba menetapkan kesabaran dan beriman dalam menjalani-Nya.

Disebutkan pula dalam firman Allah lainnya yakni QS. Al Mulk 1-2 :”Maha suci Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amaliahnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Dalam kehidupan ini manusia harus selalu berjuang menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang tidak kita ketahui kapan dan bagaimana, serta seperti apa bentuknya. Sebab hidup merupakan pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, kebaikan, dan keburukan. Berjuang menghadapi godaan syetan dan hawa nafsu dari diri sendiri. dan dalam berikhiar menghadapi ujian dan cobaan itulah ada amal ibadah yang tercatat.

Ada hal penting dalam menyikapi berbagai ujian dan cobaan dari Allah swt antara lain adalah : Dengan sikap sabar dan menjalankan salat dengan sungguh-sungguh. Menerapkan sikap ikhlas dan rida menjalani kehidupan dengan segala kesulitan-kesulitan yang hadir, dengan memandang bahwa segala upaya menghadapinya itu sebagai amal ibadah. Selalu bersyukur, dan menghayati betapa banyak nikmat Allah yang sejatinya lebih besar yang kita terima dari pada ujian. Lalu dengan rasa syukur itu, kita memiliki energi positif dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup. Wallahua’lam bishowab.*

 

Foto : Penulis/Editor

*)Fataty Maulidiyah merupakan guru MAN 2 Mojokerto dan redaktur di www.captwapri.com, tinggal di Kota Mojokerto.