Menjadi Karyawan Merdeka

Menjadi Karyawan Merdeka
Sumber Foto oleh Pexels

Karyawan, sebuah strata masyarakat yang setiap orang belum tentu memilikinya. Gelar karyawan agaknya menjadi barang mewah yang melingkar di pundak warga bangsa berusia 18 tahun keatas untuk menghasilkan uang dan menjalani kehidupan. Idealnya, kemewahan terakhir yang hanya karyawan miliki adalah dana pensiun, ketika mereka berhasil menuntaskan hingga ujung pekerjaan.

Sebagai karyawan seharusnya berjiwa merdeka dengan beragam keuntungan yang menyertainya. Jiwa merdeka yang mengalir dalam diri karyawan adalah api semangat yang menerangi jalan menuju pengetahuan, kreatifitas, dan perubahan. Karyawan, sebagai garda terdepan dalam perjalanan sebuah institusi/perusahaan, merasuk dalam dirinya semangat untuk mengeksplorasi, menggali kedalaman tugas, dan memecahkan sekat-sekat fungsi serta peran.

Jiwa merdeka karyawan tercermin dalam semangat kritis yang membedah, menelusuri, dan menganalisa informasi. Mereka harus aktif merumuskan pertanyaan, mencari jawaban, dan menghadapi tantangan kompleks dengan motivasi yang kuat. Dalam jiwa merdeka karyawan, tergambar tekad untuk memperluas batasan diri, mencari jatidiri pengetahuan, serta mewujudkan potensi secara utuh.

Keberanian karyawan dalam menghadapi masa depan organisasi, mampu berkontribusi dalam perkembangan teknologi, berjuang untuk keadilan, untuk mencerminkan nilai-nilai semangat merdeka dari para tokoh inspiratif sebelumnya. Di pundak karyawan melekat peran, seperti melaksanakan pekerjaan, menjaga keamanan dan ketertiban, bertanggung jawab atas hasil produksi, serta menciptakan ketenangan kerja. Sebagai karyawan perusahaan harus memiliki kemampuan dan pengalaman tinggi dalam bertanggung jawab utamanya yang bersinggungan dengan masyarakat.

Sebagai pembelajar, karyawan turut mendorong tansformasi positif dengan mengidentifikasi isu-isu penting, mengusulkan solusi inovatif, dan memimpin gerakan perubahan. Karyawan ikut mempromosikan etika dan moralitas, serta mempertahankan integritas budaya perusahaan dalam menghadapi perubahan jaman. Sesama karyawan juga perlu berpartisipasi aktif dalam kegiatan perusahaan, dan sosial kemasyarakatan.

Sebagai agen budaya perusahaan, karyawan menginspirasi perjuangan untuk kebenaran dan keadilan, serta memobilisasi dukungan untuk tujuan sosial dan moral. Karyawan turut menjaga keseimbangan dan arah masyarakat melalui keterlibatan dalam isu-isu sosial serta advokasi hak warga. Melalui peran inilah, karyawan memanifestasikan jiwa merdeka dengan keberanian dan kreatifitas, menginspirasi perubahan perusahaan dalam masyarakat.

Kemampuan karyawan berpikir lintas disiplin dalam menghubungkan ide baru menggambarkan jiwa eksploratif yang tak terkekang. Di pundak karyawan, jiwa merdeka menjadi daya dobrak transformasi. Jadilah karyawan merdeka tanpa mengekor, menjadikan karyawan yang mandiri, kritis, dan berani berpendapat.

Frasa ini mendorong karyawan agar tidak hanya mengikuti arus atau mentaati otoritas tanpa berpikir kritis, namun mampu berperan aktif dalam menggali pengetahuan, ketrampilan, dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Karyawan perlu menggunakan idealisme kekritisannya untuk tidak asal mengikuti perintah atasan, senior maupun orang lain. Jiwa feodal sejenis ini tentu mengancam kemerdekaan jiwa karyawan sebagai makhluk yang sejatinya merdeka.

Karyawan seharusnya memiliki semangat kritis untuk mengevaluasi, menganalisa serta mempertanyakan informasi atau konsep yang mereka temui. Hal ini menjadi bagian penting dalam pengembangan pribadi dan intelektual. Dalam konteks global yang terus bergerak serta rumit, kemampuan berpikir independen, mencari informasi serta mengambil keputusan berdasarkan pemahaman mendalam menjadi penting.

Dalam sebuah pidato politik, Bung Karno mengucapkan, “Rakjat Indonesia, kamu harus menjadi seperti orang Belanda di negeri Belanda, harus menjadi seperti orang Jerman di negeri Jerman.” Pikiran yang diucapkan di Solo pada tahun 1928 tersebut, memaknai arti penting sebuah kemerdekaan. Adanya pendapat tersebut menjadi motivasi bagi karyawan untuk menjadi manusia merdeka, bukan manusia-manusia yang terbawa arus alias mengekor.

Pentingnya pesan ini bagi karyawan adalah untuk menolak ketergantungan buta pada arus atau otoritas lainnya. Pesan tersebut mendorong mereka untuk mengembangkan kemandirian berpikir, menyaring informasi dengan cermat, dan merumuskannya sesuai pemikiran yang mendalam. Sebagai karyawan, memiliki pandangan yang independen dan kritis memungkinkan mereka untuk membentuk sudut pandang unik, berkontribusi pada dialektika, serta mendorong perubahan positif di masyarakat.

Bung Karno mengajarkan pentingnya keberanian untuk memilih jalannya sendiri. Memilih untuk menjadi “manusia merdeka” adalah tindakan yang membutuhkan tekad, keberanian, dan komitmen untuk memahami dunia secara mendalam. Pesan ini menginspirasi karyawan untuk tidak takut mengambil risiko dalam mengejar nilai-nilai luhur, berjuang untuk keadilan, serta terlibat dalam perubahan positif.

Dalam dunia yang terus bergerak dan rumit, pesan ini mengingatkan karyawan untuk tetap teguh pada nilai-nilai kebebasan serta pemikiran kritis. Hal ini merupakan panggilan untuk tidak hanya mengikuti arus tanpa refleksi, namun untuk menjunjung tinggi nilai-nilai pribadi, etika, dan kebenaran. Dengan mengadopsi semangat manusia merdeka, karyawan dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada diri mereka sendiri, perusahaan, dan masyarakat secara luas.

Wahyu Agung Prihartanto, Penulis dan Buruh Pelabuhan