Suatu saat teman-teman pasti pernah mengalami sebuah peristiwa baik maupun buruk di kehidupan kalian. Setelah kejadian tersebut berlalu beberapa waktu, kalian baru menyadari bahwa sebenarnya tanda-tanda alam telah menunjukkan sebelumnya. Fenomena alam semesta telah mengirimkan pesan kepada kita bahwa sesuatu akan terjadi pada diri atau lingkungan kita.
Layaknya malaikat turun ke bumi untuk membawa pesan kepada kita meski tanpa disadari sebelumnya. Ketika anda sedang berjalan-jalan dengan suasana hati yang buruk, tiba-tiba melihat seorang pria berkemeja berwajah bahagia dan tersenyum. Sejatinya semesta alam sedang berkata, “Hei, cobalah untuk meringankan semangat sang jagoan.”
Sesungguhnya hanya anda yang mampu menafsirkan sekaligus menguraikan pesan dari alam semesta. Pesan alam semesta tersebut terolah tergantung dari apa yang anda alami saat menerima pesan alam. Ingat kata Richardson, ketika anda mendapatkan tanda alam semesta, segeralah menuliskannya, merenungkannya, atau mendiskusikannya dengan seseorang yang anda kenal.
***
!4 Februari 2024 kita telah memilih jagoan-jagoan di bilik TPS masing-masing. Belum usai penat mencoblos dan petugas KPU menerima berkas suara, tetiba kita terhenyak quick count yang mengunggulkan paslon tertentu. Meskipun Paslon 02 telah mendeklarasi kemenangan berdasarkan lembaga survei, sebaiknya masyarakat tetap tenang sambil menanti pengumuman resmi dari KPU.
Tanpa bermaksud memengaruhi keputusan akhir KPU yang saat ini sedang berproses menghitung suara, kita mencoba flashback sembari menelisik fenomena alam. Teman-teman tentu ingat, perebutan posisi capres antara Ganjar dan Prabowo ketika perolehan suara mereka sedang tinggi-tingginya. Berdasarkan survei saat itu, posisi Ganjar menjulang tinggi mengungguli tokoh-tokoh PDIP lainnya, meskipun belum mendapat restu dari Ketum Megawati.
Sisi lain, Prabowo dengan Partai Gerindra yang untuk kesekian kalinya ingin tetap mengusung ketumnya sebagai kandidat capres. Setelah gagal menggaet cawapres dari PDIP yang bermesin partai besar, Gerindra berusaha mendekati atau didekati tokoh-tokoh lain untuk kerjasama. Bahkan, Cak Imin pun sempat berlabuh di Gerindra untuk menerima pinangan, meskipun di detik akhir ia pun hengkang dari Prabowo.
Karena tidak kunjung deklarasi, Cak Imin memilih merapat ke Anies Baswedan yang saat itu sedang pecah kongsi dengan Demokrat. Bak gayung bersambut akhirnya Anies-Imin berhasil deklarasi capres-cawapres oleh 3 partai pengusung. Meskipun lolos 20%, saat itu berbagai survei menyebutkan ketenaran Anies belum semoncer Prabowo dan Ganjar meski masing-masing belum berdeklarasi.
Hubungan Presiden Jokowi dengan PDIP kian merenggang pasca Mahkamah Konstitusi meloloskan Putra Mahkota Gibran menjadi cawapres Prabowo. Sebagai petugas partai, Gibran tanpa sungkan-sungkan melenggang sebagai cawapres tanpa rekomendasi partai asalnya. Di tengah akumulasi kemarahan yang menimbun, PDIP segera mendeklarasikan Ganjar sebagai capres meskipun popularitasnya sedang menurun.
Kehadiran Mahfud MD mendampingi Ganjar diharapkan partai untuk mendongkrak suara Ganjar kembali merangkak naik. Sisi lain, survei Prabowo tetap tinggi meskipun melandai, tapi pasangan Anies-Imin justru menunjukkan peningkatan dukungan secara eksponensial. Ketiga pasangan capres-cawapres terus berbenah hingga proses pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum.
***
Hingga sehari jelang coblosan, setidaknya saya menelisik tanda-tanda alam yang semoga dapat memendar kekisruhan pilpres pasca hitung cepat. Berawal dari merenggangnya hubungan Presiden Jokowi dengan PDIP, gagalnya Ganjar berpasangan dengan Prabowo serta survei Ganjar yang terus menurun. Dari realita-realita tersebut, dengan mengenyampingkan isu “kecurangan politik”, penulis memprediksi pilpres akan berlangsung dua putaran.
Melihat perkembangannya, tampaknya pasangan Ganjar-Mahfud akan tersingkir di putaran pertama, dan menyisakan AMIN vs TKN melenggang putaran kedua. Dan, bila konstelasi tersebut terjadi kekuatan Anies-Cak Imin akan mendapat tambahan vitamin dari pendukung Ganjar-Mahfud. Pengkhianatan, sakit hati, balas-membalas tentu yang paling mendasari kekuatan Anies-Amin bertumbuh sehingga mampu mengimbangi kekuatan Prabowo-Gibran.
Bagaimana akhir dari prediksi ini, penulis belum mampu menyimpulkan atau tidak berani mendahului “kehendak” dari Sang Maha Kuasa. Sebagai buruh pelabuhan yang hobi menulis, penulis tetap netral meskipun tetap menjalankan hak pilihnya. Dan, jika ada yang bertanya penulis memilih siapa? Rahasia! Bukankah pemilu harus “langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.”
Selesai,-
Tinggalkan Balasan