Seollal: Perayaan Imlek yang Berbeda Tradisi di Korea Selatan

Hari ini semua negara di belahan benua Asia sedang merayakan Chinese New Year, dan tentu saja masing-masing negara merayakan Tahun Baru Imlek dengan cara, tradisi dan nama yang berbeda pula. Semua perayaan Imlek di banyak negara, khususnya Korea Selatan, memiliki tradisi Imlek yang disesuaikan dengan tradisi nenek moyang, dan masing-masing budaya. Untuk perayaan Imlek di Indonesia sendiri, bahkan di berbagai daerah nusantara pun berbeda. Namun masih terus memegang teguh tradisi dan ritual Imlek yang masih memiliki banyak kesamaan.

Di Korea Selatan, Imlek agaknya sedikit berbeda, bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lain yang turut merayakannya. Di Korea Selatan, Tahun Baru Imlek dikenal dengan nama Seollal. Menurut Wikipedia.org, Seollal adalah hari bagi seluruh rakyat Korea yang terbesar dan terpenting. Pada hari Seollal, semua orang Korea di mana pun mereka berada, akan segera mengusahakan untuk pulang ke kampung halaman agar dapat bertemu dan berkumpul bersama keluarga.

Meskipun hari dan tanggal perayaan Seollal biasanya jatuh di hari yang sama dengan Tahun Baru Imlek di seluruh dunia, namun hari Seollal di Korea Selatan dirayakan dengan cara dan tradisi yang berbeda. Seollal bagi masyarakat Korea tidak semata-mata hari untuk bersembahyang, dan menghormati leluhur. Memang pada hari ini, merayakan Seollal sudah sedikit berbeda bila dibandingkan dengan zaman dahulu. Namun masyarakat Korea Selatan tetap merayakan Seollal dengan kemeriahan dan tradisi-tradisi yang sangat menarik dan unik, di antaranya adalah sebagai berikut:

Jika di Indonesia kita hanya merayakan kemeriahan Imlek selama 1 hari, tidak dengan Korea Selatan yang akan cuti bersama untuk merayakan Seollal selama 3 hari penuh. Libur 3 hari ini terhitung dari hari pertama sebelum hari Seollal, hari raya Seollal itu sendiri dan sehari setelah Seollal. Pada hari libur Seollal ini, mereka akan menghabiskan waktu bersama keluarga. Seollal akan dirayakan di rumah anggota keluarga laki-laki tertua dalam setiap keluarga Korea.

Seollal dimulai dengan mandi di pagi hari, lalu memakai pakaian hanbok yang baru dan berwarna-warni. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan salam kepada leluhur (jesa jeongjo charye). Masyarakat Korea akan menyiapkan meja sesajian (jesa) yang berisi beraneka makanan lezat dan arak tepat di hadapan altar leluhur mereka. Setelah itu mereka akan bersujud memberi penghormatan pada leluhur.

Pada hari Seollal, masyarakat Korea juga biasanya akan saling bertukar hadiah. Hadiah yang diberikan biasanya berupa peralatan rumah tangga, ginseng, madu, hingga uang tunai yang biasa kita sebut angpao. Namun berbeda dengan tradisi Imlek di Indonesia sendiri pada umumnya, angpao di hari Seollal, dikenal dengan sebutan sebaedon. Sebaedon tidak menggunakan amplop berwarna merah, melainkan dengan amplop berwarna putih dan bermotif.

Warna putih bagi masyarakat Korea adalah sebagai awal yang cerah. Sedangkan bagi anak-anak yang sudah membungkuk dan mengucapkan salam kepada orang tua, maka orang tua akan memasukkan sebaedon ke dalam kantong kain tradisional Korea yang bernama bokjumoni. Bokjumoni adalah dompet koin tradisional Korea, yang terbuat dari kain sutra bersulam. Bokjumoni dipercaya membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Hal ini sebagai bentuk doa dan harapan dari orang tua kepada anak. Wah menarik sekali bukan?

Selanjutnya mereka juga akan berkunjung ke rumah orang tua, kakek-nenek, saudara yang lebih tua, tetangga dan mengucapkan salam tahun baru. Umumnya salam yang diucapkan adalah “saehe bok manhi badesaeyo,” artinya “semoga mendapatkan banyak keberuntungan di tahun baru.” Setelah memberi salam tahun baru, semua anak-anak dan para pemuda, diperbolehkan untuk bertemu dan bersuka cita merayakan Seollal.

Pada hari Seollal di Korea Selatan, kamu tidak akan menemukan beragam festival. Sementara itu di Indonesia, Imlek diramaikan bermacam-macam festival mulai dari ular naga, tarian barongsai, dan sejumlah festival makanan khas Imlek. Di Korea Selatan, Setelah ritual penghormatan terhadap leluhur, makan-makanan tradisional dan memakai pakaian baru. Masyarakat Korea akan bermain permainan tradisional bersama-sama. Salah satunya adalah Yut-nori, yaitu salah satu permainan tradisional Korea yang sudah berusia ratusan tahun.

Yut berarti tongkat dan nori adalah permainan, mirip seperti monopoli tapi tidak menggunakan dadu, melainkan tongkat kayu. Permainan ini bisa dimainkan oleh dua orang atau oleh dua kelompok. Selain itu juga bermain gonggi-nori, serupa bola bekel namun tanpa bola. Permainan gongginori menggunakan lima buah batu kerikil, bisa terbuat dari plastik ataupun kayu. Ada pula paengchigi, yakni permainan gasing tradisional Korea. Permainan tradisional ini bertujuan untuk mempersatukan keluarga dan merekatkan tali persaudaraan.

Di hari Seollal, masyarakat Korea juga tidak menggunakan pakaian berwarna merah seperti masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia pada umumya. Di Korea Selatan, mereka akan menggunakan satu set pakaian tradisional negara Korea yaitu Hanbok yang berwarna-warni. Masyarakat Korea mempercayai, bahwa warna-warni pada pakaian hanbok akan mendatangkan banyak keceriaan, keberuntungan dan menghindari nasib buruk. Nah, ternyata Hari Raya Tahun Baru Imlek di Korea Selatan berbeda sekali dengan tradisi Imlek di Indonesia.

***

Meski merayakan dengan tradisi berbeda baik itu Imlek dan Seollal, keduanya adalah hari dengan filosofi penuh makna. Mulai dari pulang kampung untuk bertemu keluarga dan orang tua. Menghormati nenek moyang dan leluhur yang telah tiada, sebagai wujud dari berbakti, dan rasa cinta kepada orang tua. Menghidangkan dan menikmati makanan-makanan lezat bersama-sama. Itu semua adalah tradisi yang mewakili harapan, dan doa penuh makna rasa syukur, yang bertujuan agar selalu dalam naungan keberuntungan, kesehatan dan kebahagiaan sepanjang tahun baru. Selamat Tahun Baru Imlek, dan Seollal, saehe bok manhi badesaeyo.

 

Baca juga :

  1. Pentingnya Mansplaining di Tempat Kerja
  2. Sensasi Chikbul Yang Mengerikan
  3. Dua Mata Pisau: Satu Buku Satu Judul Sejuta Petualangan dan Wawasan Kehidupan
  4. Etika dalam Memberikan Nasihat dan Pendapat

Yuk ikuti terus linimasa CAPTWAPRI.ID agar tidak ketinggalan informasi lainnya.