PR Bersama yang Kerap Dilupakan: Mewujudkan Remaja Sehat

Saat mendengar kata remaja kita langsung teringat akan suatu masa yang menyenangkan, seolah tanpa beban kehidupan. Di sisi lain, remaja identik dengan segudang permasalahannya yang dihadapi seperti pelecehan/kekerasan seksual, kenakalan remaja, pernikahan dini, kekurangan gizi dan sebagianya sebagai akibat dari masa transisi yang mereka alami. Ada sebutan lain untuk masa ini adalah sebagai masa pubertas, yang diartikan sebagai masa peralihan dari usia anak menuju remaja yang ditandai dengan adanya perkembangan alat-alat reproduksi. Sebelum kita bahas lebih jauh lagi, kita coba kenali dulu siapa remaja itu.

Menurut WHO (World Health Organization), masa remaja sebagai fase kehidupan yang berlangsung pada usia 10 sampai dengan 19 tahun, fase ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-19 tahun). Terdapat sedikit perbedaan dengan pengertian yang dimuat dalam undang-undang perlindungan anak, remaja meliputi anak yang berusia 10-18 tahun. Data yang tersedia yang mencakup remaja pada Hasil Sensus Penduduk 2020 adalah pada kelompok usia 10-24 tahun di Indonesia sebanyak 24,8 persen. Ini menunjukan bahwa usia remaja hampir seperempat dari total penduduk, artinya proporsi tersebut harus kita perhatikan pertumbuhan dan perkembangannya sehingga kelak menjadi generasi emas penerus bangsa.

Remaja berperan sebagai agen perubahan dalam mewujudkan generasi yang sehat dan kuat. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menyejahterakan remaja dengan melindungi usia ini dari segala bentuk penyelewengan terhadap hak asasi mereka sebagai manusia. Kelak nanti saat mereka dewasa akan siap menghadapi kehidupan sebagai manusia yang sehat secara fisik, mental dan spiritual.

 

Remaja Sehat

Pada masa remaja penting untuk meletakkan dasar kesehatan yang baik. Kondisi jiwa dan raga yang sehat akan memberikan efek positif bagi remaja dalam bergaul, berinteraksi, berfikir dan membuat keputusan dalam menjalani kehidupannya. Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Selama remaja terdapat beberapa perilaku yang dapat menyebabkan masalah dalam kesehatan seperti pola diet sembarangan yang semata-mata mengejar tampilan yang ideal, dengan mengesampingkan kebutuhan gizi seimbang. Masalah lainnya, kurang aktivitas fisik terlebih saat ini banyak remaja yang kecanduan dengan gadget, penggunaan narkoba, dan aktivitas seksual bebas. Beberapa prilaku tersebut melahirkan masalah kesehatan yang dialami dan mengancam masa depan remaja Indonesia antara lain kekurangan zat besi (anemia), kurang tinggi badan (stunting), kurang energi kronis (kurus), dan kegemukan atau obesitas.

Keempat masalah kesehatan utama pada remaja di Indonesia lebih disebabkan oleh masalah gizi. Semua permasalahan gizi ini bermula dari adanya ketidakseimbangan dalam supply makanan sehari-hari dan kurangnya aktivitas tubuh. Ditambah ketersediaan makanan di lingkungan sekolah yang cukup variatif dengan status gizi yang kurang terjamin, meningkatkan peluang gizi buruk pada remaja. Jika kebutuhan gizi remaja tidak terpenuhi dengan baik maka akan berakibat fatal bagi kelahiran generasi berikutnya. Dikarenakan masa remaja ini menjadi pondasi bagi siklus kehidupan berikutnya. Dengan demikian perlu diperhatikan dengan baik, jangan sampai terjadi transfer malnutrisi antargenerasi.

Aspek penting lainnya yang menunjang kesehatan bagi remaja adalah lingkungan sehat serta tempat tinggal layak huni. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang erat pula kaitannya dengan pencegahan stunting, termasuk pada remaja. Beberapa aspek lingkungan yang terkait dengan kejadian stunting ketersediaan sumber air bersih, akses sanitasi, pengelolaan limbah rumah tangga, dan pengelolaan sampah rumah tangga. Apabila kondisi sanitasi lingkungan buruk maka dapat menyebabkan berbagai penyakit berbasis lingkungan misalnya diare, tipus atau pneumonia.

Selanjutnya, dalam menciptakan remaja sehat perlu memperhatikan rumah yang layak huni. Sebagaimana syarat yang dinyatakan oleh BPS 2019 bahwa rumah layak huni meliputi Luas minimal 7,2 meter persegi per kapita, air minumlayak, sanitasi layak dan ketahan bangunan yang terjamin kekokohannya. Kalaupun keempat hal tersebut sulit untuk dipenuhi, setidaknya kebutuhan air dan sanitasi layak dapat terpenuhi untuk keluarga. Kedua hal tersebut menjadi penting karena air minum dan sanitasi yang tidak layak dapat menjadi faktor penyakit diare baik pada dewasa maupun bayi dan balita. Penyakit tersebut akan memperburuk kondisi penghuni rumah jika tempat tinggal juga tidak layak huni.

 

Urgensi Remaja Sehat

Dengan menjaga kesehatan dari sejak remaja setidaknya dapat mengurangi timbulnya berbagai penyakit. Tidak hanya raga yang perlu sehat, tetapi diperlukan jiwa yang sehat juga untuk membangun kesehatan mental remaja. Jika mental remaja sehat maka mereka akan terhindar dari pergaulan bebas yang tidak bertanggung jawab. Masa remaja menjadi tonggak awal untuk melajutkan fase kehidupan berikutnya menuju jenjang pernikahan, dimana selanjutnya akan masuk fase hamil dan melahirkan. Dalam melewati fase-fase tersebut maka kemudian diperlukan remaja yang sehat baik secara mental dan fisik. Kondisi yang sehat maka akan terlahir generasi berikutnya yang sehat terbebas dari masalah gizi dan turunanya.

 

Upaya Mewujudkan Remaja Sehat

Dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat remaja membutuhkan informasi dan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, merata, tepat dan efektif. Para remaja pun memerlukan ruang untuk berpartisipasi dan berperan dalam mewujudakan kesehatan pada teman sebayanya. Beberapa Langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan remaja sehat.

Pertama, remaja perlu melatih dirinya untuk pola hidup sehat. Dimulai dengan mengkonsumsi makanan sehat bergizi yang ada di sekitar tempat tinggalnya, membiasakan olah raga minimal 30 menit per hari, tidak begadang, dan melatih untuk dapat membatasi diri dari penggunaan smart phone. Yang tidak kalah pentingnya adalah hindari stress, selalu berupaya untuk tetap bahagia dengan cara manjalankan hobinya.

Kedua, perlu adanya pendampingan orang tua dalam memenuhi makanan sehat untuk remaja yang dimulai dari lingkungan rumah/keluarga. Apa yang perlu dilakukan oleh orang tua? Orang tua dapat membantu remaja dalam penyediaan makan bergizi. Menjadi teman dalam berbagi cerita kehidupannya sehingga mereka tidak lari pada hal yang tidak baik. Lingkungan sekitar baik di masyarakat atau sekolah menjadi lingkungan pembentuk remaja kedua, perlu adanya fasilitas atau wadah yang dapat mengajak dan menggerakan para remaja. Misalnya, dengan mengaktivasti peran karang taruna dalam giat sehat remaja.

Ketiga, adanya layanan kesehatan baik yang diinisiasi oleh pemerintah atau masyarakat yang menjadi tempat para remaja untuk memperoleh haknya sebagai individu, dalam mencapai kualitas kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Menciptakan layanan kesehatan yang ramah pada remaja. Artinya, tidak hanya pemeriksaan kesehatan formal saja melainkan membuka layanan konseling bagi segala permasalahan yang dihadapi para remaja.

Optimalisai peran layanan kesehatan bagi remaja akan lebih maksimal jika didalamnya melibatkan peran teman sebaya. Layanan kesehatan remaja saat ini dapat dilakukan lebih fleksibel tidak harus diselenggarakan dalam suatu ruang tertutup dan formal, namun dapat dilakukan diruang-ruang terbuka/publik. Hal yang paling penting adalah kenyamanan dan keamanan dari privasi setiap individu. Bahkan kedepan layanan-layanan kesehatan bagi remaja dapat dilakukan dengan lebih inovatif yang mampu merespon gaya hidup yang remaja sukai. Misal, dapat memaksimalkan pemanfaatan perkembangan teknologi dan kemajuan IT seperti melalui jaringan media sosial.

Beberapa upaya di atas hanya secuil ikhtiar yang bisa dilakukan oleh kita dalam menyelamatkan kelompok remaja. Kunci utama dalam menjaga kesehatan remaja ini adalah pelajari karakter, potensi dan keinginan mereka sehingga memudahkan kita untuk mengajak mereka merubah pola hidupnya menjadi sehat. Selain itu, diperlukan kreatifitas orang tua untuk mengajak mereka berperan serta dalam menyiapkan makanan sehat kekinian dan gemar berolah raga. Sejatinya kita semua dapat berpegang tangan bersama-sama menjaga kehidupan para mereja, karena merekalah yang akan menyambung estapeta kehidupan dimasa mendatang. Remaja sehat, masa depan bangsa cemerlang.

 

Risni Julaeni Yuhan
Mahasiswa S3 Kependudukan UGM
Dosen Politeknik Statistika STIS
Ketua Departemen Pendidikan dan Penelitian PPNA