Jangan berpikir urusan personal branding hanya milik kalangan selebritis atau selebgram semata. Pada dasarnya, setiap orang ingin terkenal, dan ternyata Linkedln bisa membantu anda melalui unggahan, postingan, asal melakukannya dengan enggagement benar. Bahkan dalam satu dekade terakhir, para profesional muda hingga pelajar memanfaatkan “merek pribadi” untuk bisa bersaing di pasar kerja internasional.
Sederhananya begini, teman-temanmu menilai anda orang jujur, diam-diam mereka terpengaruh, lalu mereka mengikuti seluruh karakter baik itu. Poinnya, selalu tularkan energi positif, karena bisa bermanfaat untuk masa depan kalian. Tanpa sadar, presentasi diri yang baik melalui platform apapun akan menggambarkan prospek karier anda kedepan.
Sebagai praktisi sekaligus pengamat media sosial, saya sering mengamati sepak terjang para Generasi Z (Gen Z) bermedsos terutama ketika mereka membangun personal branding. Saya berbicara dengan para HRD perusahaan multi nasional termasuk perekrut karyawan perusahaan. Di era digital, mereka cukup mengamati calon karyawannya melalui media sosial, dan salah satunya Linkedln.
Gaya unjuk diri Gen Z umumnya dinamis, interaktif, berproses, dan mereka tidak menyukai kekakuan terlebih lebay. Gen Z lebih menyukai proses, sepak terjang serta tantangan yang ada, sekaligus mempengaruhi pengikut untuk berbagi ide dan saran perbaikan. Mereka ingin tampak apa adanya, serta berbagi kelemahan. Kata seorang HRD, kandidat-kandidat yang seperti itu justru lebih menonjol dari lainnya.
Dari fenomena-fenomena di atas, setidaknya kita dapat mengelaborasi 4 (empat) kiat untuk meningkatkan personal branding:
- Menjaga Kekinian
Perusahaan menghimbau para profesional memakai Linkedln untuk meningkatkan profil daring yang orisinil dan khas. Perusahaan akan melihat profil kalian untuk mengetahui bakat serta ketrampilan pelamar, lalu mencocokkan dengan tradisi perusahaan. Pentingnya kekinian, karena anda tidak selamanya bekerja di tempat itu, sehingga perlu menyegarkan profil daring dari waktu ke waktu.
Salah satu Manajer HRD memberiku klu, jangan menjual diri di Linkedln hanya dengan mencantumkan nama dan jabatan saat ini. Mereka perlu menambahkan detil spesifik tentang keberhasilan, dan kalau perlu meminta orang-orang di sekeliling anda untuk mengunggah dukungan atau testimoni. Bahkan, Sang HRD mengatakan beberapa perusahaan kini memilih beralih ke profil merek pribadi yang lebih lengkap ketimbang CV.
- Kekurangan Bukan Aib
Sekilas wajar menampilkan profil daring hanya tentang kekuatan dan kesuksesan semata. Tapi, berdasarkan pengamatan, Gen Z mendapatkan hasil ketika mengambil risiko dengan menampilkan kekurangan dan kelemahan. Postingan tentang perjuangan menempuh ujian sekolah, mengajar siswa, mengurusi orang tua, justru unik bagi para calon pemberi kerja. Keunikannya terlihat dari anda mampu merefleksikan diri untuk bangkit dari kekeliruan.
Beberapa Gen Z menyebutkan, unggahan semacam itu cukup populer saat ini, karena selain memantik diskusi juga menghasilkan personal branding yang kuat. Saya sendiri pernah mengunggah di media sosial tentang kemampuan menulis serta kiat-kiat meningkatkannya. Hasilnya sangat di luar dugaan, setelah postingan tersebut meminang ratusan likes dan komentar dari orang-orang di jaringan saya.
Alih-alih khawatir berbuat salah dan hanya terobsesi personal branding yang sempurna, sebenarnya hal ini justru mengundang penundaan, ketakutan berlebihan. Dan, hal tersebut justru akan menutup pintu rejeki pekerjaan anda. Seiring itu, lenyaplah kesempatan mendapatkan pekerjaan baru.
- Sering Berinteraksi
Personal branding bukan unjuk profil saja, tapi sesering apa anda terlibat membicarakan profesimu saat ini dengan orang lain. Penting bagi anda untuk bercakap-cakap, mengumpulkan ide dan umpan balik dari orang lain atas pekerjaanmu. Dalam sebuah obrolan ringan, seorang profesional muda berkata, “Kami sedang berkembang, saya akan mengatakan apa adanya kepada pemberi kerja ketimbang citra yang kosong. Saya adalah seorang pembelajar yang aktif.”
Narasi tersebut relevan dengan cerita peserta di sebuah kelas menulis. Ia bercerita tentang proses perbaikan tulisannya, meskipun terseok-seok di awal akhirnya ia mampu menyelesaikan harapan kurator. Postingan bernarasi kuat tentang kesuksesan atau kegagalan dapat memantik tanya-jawab, hal ini akan memperkuat personal branding anda sekaligus menarik minat perekrut kerja.
- Hati-hati! Kehidupan Pribadi
Tidak semua atasan menyukai ketulusan, maka anda perlu tetap menjaga profesionalisme. Salah satunya dengan menetapkan batasan jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yaitu melalui pengaturan privasi pada personal branding anda. Pemantauan profil media sosial secara teratur penting untuk mengelola persona daring anda.
Penting, menyesuaikan pilihan bahasa dan gaya penulisan di Linkedln dengan industri dan perusahaan yang ingin anda tuju. Postingan di situs profesional bisa bersifat pribadi, kecuali yang boleh dilihat oleh pemberi kerja. Bagaimana setelah kalian membaca artikel ini? Seperti para Gen Z, kalian pasti ingin nama anda terpampang di Google atau media sosial lainnya. Gambar atau postingan apa saja yang muncul sembari memantaunya dari platform tersebut.
Wahyu Agung Prihartanto, Penulis yang Nomaden.
https://www.instagram.com/asiapsiholog_family/