Menyikapi Kepercayaan dan Skeptisisme

Menyikapi Kepercayaan dan Skeptisisme
Sumber Gambar : Pexels-kindelmedia-7688460

(Gen Z di Tengah Informasi Pemerintah dan Hoaks)

 

Generasi Z, adalah kelompok yang lahir setelah tahun 1997 yang tumbuh di era kemajuan teknologi. Mereka saling terhubung di media sosial, sekaligus memberinya akses luas atas berbagai informasi. Satu sisi, Gen Z cenderung mempercayai informasi dari pemerintah, sisi lain, mereka kesulitan mendapatkan informasi valid, atau hoaks.

 

Kepercayaan terhadap Informasi Pemerintah

Salah satu alasan utama mengapa Gen Z cenderung mempercayai informasi pemerintah, karena lembaga tersebut memiliki otoritas dan kredibilitas yang tinggi. Dalam situasi krisis, seperti pandemi COVID-19, informasi dari pemerintah sering kali menjadi rujukan utama dalam pengambilan keputusan. Selain itu, banyak kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti pendidikan, kesehatan, kebijakan lingkungan, dan bersumber dari informasi resmi.

Untuk memperluas cakupan informasi, pemerintah membangun kerjasama dengan platform media sosial. Kolaborasi ini kian melegitimasi informasi para Gen Z, apalagi mereka sangat akrab dengan dunia medsos. Pemerintah juga melakukan kampanye digital yang menarik perhatian generasi muda, dengan balutan bahasa dan format yang ringan.

 

Tantangan dalam Mendeteksi Hoaks

Alih-alih tumbuh di era digital dan melek teknologi, Gen Z masih menghadapi tantangan besar dalam mendeteksi hoaks. Faktor awal yang melatarbelakangi hal tersebut, karena derasnya peredaran informasi melalui internet, sehingga menyulitkan pemisahan benar salahnya. Algoritma media sosial sering kali menciptakan konten berdasarkan preferensi pengguna, yang berpeluang menyebarkan informasi salah, namun tanpa perlawanan.

Selanjutnya, banyak hoaks yang tersaji secara meyakinkan, sehingga sulit membedakan informasi yang valid. Hoaks sering kali menggunakan teknik mirip dengan jurnalisme profesional, seperti penggunaan sumber yang terlihat kredibel dan bahasa yang formal. Hoaks juga dapat memicu emosi kuat, sekaligus membuai orang untuk mempercayai informasi, lalu menyearkannya tanpa verifikasi.

Terakhir, literasi media dan informasi di kalangan Gen Z masih bervariasi. Mereka memang menguasai teknologi, sayangnya tidak semuanya memiliki kemampuan dalam mengevaluasi informasi yang masuk. Pendidikan formal dan inisiatif literasi digital sangat penting membantu mereka mengembangkan keterampilan ini.

 

Dampak Kepercayaan Terhadap Informasi Pemerintah

Kepercayaan Gen Z terhadap informasi oleh pemerintah memiliki dampak signifikan terhadap cara pandang dan respons mereka. Saat mereka menerima informasi dari sumber pemerintah, Gen Z cenderung mengikuti panduan dan kebijakannya. Hal ini tampak dari ketaatan mereka saat pengumuman protokol kesehatan selama Covid-19 dan vaksinasi.

Namun, sisi negatif dari kepercayaan ini juga ada. Ketergantungan berlebihan dari informasi pemerintah, akan mengurangi kekritisan serta pendapat berbeda. Dalam situasi tertentu, ketika informasi pemerintah tidak akurat, Gen Z tidak siap mencari alternatif lain atas permasalahan yang ada.

 

Peran Media Sosial dalam Penyebaran Hoaks

Media sosial memiliki peran ganda dalam penyebaran informasi di kalangan Gen Z. Di satu sisi, platform memberikan akses cepat dan mudah ke informasi terbaru, selebihnya, medsos menjadi tempat berkembangnya hoaks yang disinformasi. Sialnya, hoaks yang menarik perhatian cenderung menyebar lebih cepat daripada informasi yang akurat.

Kecepatan penyebaran hoaks di media sosial menjadi tantangan besar bagi Gen Z. Kian memburuk, saat “filter bubble” atau ruang gema tercipta, dan algoritma media sosial hanya menampilkan konten yang sesuai preferensi pengguna. Akibatnya, mereka tidak terpapar pada keberagaman pandangan atau informasi yang dapat mengoreksi hoaks.

 

Upaya Peningkatan Literasi Digital

Peningkatan literasi digital di kalangan Gen Z sangat penting untuk menghadapi tantangan informasi era digital. Literasi digital bukan saja tentang kemampuan teknis, melainkan membangun keterampilan kritis dalam mengevaluasi sumber informasi, memahami konteks, serta mengenali bias. Selain itu, inisiatif dari organisasi non-pemerintah turut berperan penting untuk peningkatan keterampilan kritis tersebut.

Tanpa menafikan, penyedia layanan internet pun memiliki tanggung jawab untuk membantu mengurangi penyebaran hoaks. Mereka dapat mengembangkan alat deteksi untuk menandai informasi palsu, serta panduan pengguna untuk memverifikasi informasi. Kolaborasi pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil dapat menciptakan lingkungan informasi yang aman dan terpercaya.

 

Peran Pendidikan dan Keluarga

Pendidikan formal saja tidak cukup, keluarga juga berperan penting dalam membentuk kemampuan Gen Z untuk mendeteksi hoaks dan memahami informasi. Orang tua dan anggota keluarga menunjukkan cara mengevaluasi informasi secara kritis. Mereka dapat mengajarkan pentingnya memeriksa sumber informasi, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan tidak terburu-buru mempercayai informasi yang belum terverifikasi.

Keluarga menjadi tempat diskusi nyaman terkait isu-isu sosial atau politik, sehingga Gen Z mampu mengembangkan pandangannya sendiri. Lingkungan terbuka untuk sebuah diskusi, akan memunculkan perspektif alternatif mereka. Dengan demikian, keluarga dapat menjadi fondasi penting dalam pengembangan literasi informasi yang kritis.

 

Masa Depan Gen Z dalam Era Informasi

Di era informasi, Gen Z selalu menghadapi tantangan dan peluang yang terus berkembang. Kemajuan teknologi dan media sosial akan terus mempengaruhi cara mereka mengakses dan memproses informasi. Oleh karena itu, mereka perlu terus-menerus mengasah keterampilan literasi digital untuk terlibat dalam berinformasi.

Masa depan Gen Z bergantung pada bagaimana masyarakat secara keseluruhan menangani isu-isu disinformasi dan keamanan informasi. Dengan demikian, Gen Z dapat menjadi generasi yang lebih siap dalam menghadapi kompleksitas dunia informasi yang semakin kompleks. Karena, mereka memiliki potensi besar sebagai agen perubahan, maka perlu pembekalan keterampilan untuk menavigasi dunia informasi.

 

Penutup

Secara keseluruhan, Gen Z sebagai generasi kompleks, karena memiliki kepercayaan dan skeptisisme yang unik. Mereka cenderung mempercayai informasi dari pemerintah, terutama dalam situasi krisis. Namun, mereka menghadapi tantangan dalam mendeteksi hoaks, oleh volume informasi yang besar serta penyajian hoaks yang meyakinkan. Oleh karena itu, penting meningkatkan literasi digital di kalangan Gen Z, agar mereka dapat menjadi konsumen informasi yang bijaksana.